Liputan6.com, Jakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menggunakan drone untuk memantau Gunung Merapi. Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida mengatakan pihaknya telah melakukan perhitungan jarak luncur maksimal awan panas guguran yang selama ini dikeluarkan oleh Gunung Merapi. Pemantauan ini dilakukan dengan drone yang mengambil foto udara situasi Sungai Boyong.
"Hasil foto udara menunjukkan jarak luncur awan panas pada 27 Januari 2021 mencapai 3,5 km untuk jarak miring atau 3,2 km jika dihitung jarak horizontal. Jarak luncur awan panas guguran masih dalam rekomendasi jarak bahaya yang telah ditetapkan, yaitu pada jarak maksimum 5 km dari puncak Gunung Merapi," ujar Hanik, Jumat (29/1/2021).
Hanik menjabarkan bahwa awan panas guguran sudah terjadi sejak tanggal 7 Januari 2021. Hanik merinci pada Rabu, 27 Januari 2021, Gunung Merapi bahkan mengeluarkan awan panas guguran sebanyak 52 kali.
Advertisement
Awan panas diprediksi masih berpotensi terjadi di Gunung Merapi. Daerah yang berpotensi bahaya awan panas guguran dan guguran lava adalah alur Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.
Sedangkan peluang terjadinya erupsi eksplosif juga masih mungkin terjadi di Gunung Merapi. Potensi bahaya erupsi eksplosif ini berupa lontaran material vulkanik dalam radius 3 km dari puncak.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Imbauan pada Masyarakat
Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut, mengingat awan panas guguran dan lahar hujan dapat terjadi sewaktu-waktu.
"BPPTKG terus melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera kami tinjau kembali," pungkas Hanik.
Advertisement