5 Orang Meninggal Saat Banjir Jakarta, Ini Kata Anies Baswedan

Lima orang menjadi korban banjir Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengucapkan duka cita atas meninggalnya kelima warga tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Feb 2021, 14:41 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2021, 14:41 WIB
Anies Baswedan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah) saat melakukan memantau Pintu Air Manggarai, Jakarta, Selasa (30/1). Sebagai Ibu Kota, Jakarta menghasilkan sekitar 7.000 ton sampah per hari. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - Lima orang menjadi korban banjir Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengucapkan duka cita atas meninggalnya kelima warga tersebut.

Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, lima korban ini meninggal saat banjirpada 18-19 Februari 2021.

"Kita berduka cita bahwa ada korban meninggal jumlahnya 5 orang, dan 4 dari 5 ini adalah anak-anak," kata Anies saat meninjau Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan, Minggu (21/2/2021).

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu meminta orang dewasa menegur dan melarang anak-anak bermain-main saat banjir.

Sebab, informasi yang didapatnya, anak-anak kerap bermain di tengah banjir tanpa menyadari bahaya arus, tegangan listrik atau lubang dalam yang dapat membahayakan nyawa.

"Bermain di tempat-tempat seperti ini sering berisiko. Ada lubang, arus yang tak terduga akhirnya terjadilah peristiwa yang tidak kita inginkan," ucap Anies Baswedan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


1 Korban di Antaranya Tewas karena Terkunci di Rumah

1 Orang di antaranya yang meninggal saat banjir Jakarta adalah seorang kakek berusia 67 tahun, warga RW 06, Jatipadang, Jakarta Selatan. Sutarmo diketahui tinggal di RT 013.

Ketua RW 06 Arief membenarkan salah satu warganya itu meninggal akibat terendam banjir dengan ketinggian hampir sekitar 1 meter di kediamannya.

"Iya betul (meninggal), jadi memang dia hidup itu kan sendiri di rumah itu. Tetapi dia ada saudara-saudaranya yang jarak rumahnya 200 meter dari rumah almarhum," kata Arief saat dihubungi Merdeka, Sabtu (20/2/2021).

Ia menjelaskan, saat kejadian tersebut kondisi rumah almarhum dalam keadaan telah terkunci dari luar rumah. Karena, hal ini memang sudah terbiasa dilakukan oleh saudaranya sebelum adanya musibah banjir.

"Memang kebiasaannya setiap jam 9 malam itu sudah dikunci sama saudaranya dari luar, dikunci ditinggalah dan buka lagi subuh kan. Nah karena ini datangnya (air) jam 1 malam secara tiba-tiba ya langsung tinggi, kebetulan memang almarhum ini tidurnya di bawah begitu. Jadi langsung ya tenggelam begitu," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya