BMKG Sarankan Masyarakat Bali Bangun Tempat Tinggal Ramah Gempa

Daryono mengatakan, gempa kecil di Pulau Bali kerap menimbulkan dampak tanah longsor.

oleh Yopi Makdori diperbarui 22 Okt 2021, 21:17 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2021, 21:17 WIB
Gempa magnitudo 4,8 terjadi di 8 kilometer barat laut Karangasem, Bali pada, Sabtu (16/10/2021) pukul 03.18 WIB.
Gempa magnitudo 4,8 terjadi di 8 kilometer barat laut Karangasem, Bali pada, Sabtu (16/10/2021) pukul 03.18 WIB.

Liputan6.com, Jakarta - Gempa mengguncang Bali dengan magnitudo 4,8 terjadi pada 16 Oktober 2021. Gempa Bali tersebut dianggap kecil namun begitu besar menimbulkan kerusakan.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan, gempa kecil di Pulau Dewata itu kerap menimbulkan dampak tanah longsor. Pasalnya banyak di daerah pegunungan tengah Bali yang memiliki topografi yang tinggi dan struktur tanahnya yang kurang kuat.

"Ini data terakhir kami bahwa earthquake hazard yang tercatat jelas pada gempa-gempa besar masa lalu, seperti tahun 1816. Ini membuktikan bahwa bahaya serupa yang terjadi itu pada saat ini terjadi berulang-ulang pada masa lalu. Longsoran dan hujan batu dapat terjadi saat terjadi gempa kuat, ini yang harus diantisipasi ke depan," katanya dalam konferensi pers daring, Jumat (22/10/2021).

Untuk memitigasi hal serupa ke depannya, Daryono meminta masyarakat yang berada di daerah pegunungan tengah Bali untuk membangun bangunan yang tahan gempa. Jika tidak lantaran terkendala biaya, bisa menggunakan bangunan ramah gempa.

"Sebagai upaya mitigasi, masyarakat yang tinggal di pegunungan tengah Bali tidak saja membangun bangunan yang tahan gempa atau bangunan yang ramah gempa kalau belum bisa membangun bangunan yang ramah gempa. Bangunan ramah gempa itu terbuat dari bahan ringan ya," ujar dia.

"Tetapi juga harus memperhatikan geologi tata lingkungan berbasis risiko gempa agar dalam membangun," lanjut Daryono.

Pembangunan tempat tinggal yang memperhatikan geologi tata lingkungan berbasis risiko gempa kata Daryono contohnya adalah tidak membangun rumah di lereng-lereng bukit terjal yang rawan longsor.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gempa Bali Timbulkan Kerusakan

Daryono mengatakan terdapat sejumlah sebab mengapa gempa di Pulau Dewata itu timbulkan kerusakan cukup parah.

"Ini karena kedalamannya sangat dangkal, kemudian bangunan yang berada di sekitar pusat gempa itu tidak standar, kemudian ditambah ada efek tanah lunak karen ada endapan lahar karena memang daerah gunung berapi," ujar Daryono.

Tanah yang tersusun dari lapisan lunak menurut Daryno mengamplikasi guncangan gempa. Kondisi seperti itu juga diperparah dengan efek topografi.

Di mana semakin tinggi bukit atau lereng, maka tanahnya akan semakin labil.

"Sehingga banyak sekali rumah-rumah yang ada di bukit itu rusak dan mengalami longsoran ya," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya