Hari Toleransi Internasional, Menag Yaqut: Keragaman Adalah Kekayaan

Menag Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, inti peringatan Hari Toleransi Internasional yakni untuk memastikan bahwa semua orang memahami pentingnya memberi ruang satu sama lain.

oleh Ika Defianti diperbarui 16 Nov 2021, 08:39 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2021, 08:03 WIB
Menag Yaqut Cholil Qoumas
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas saat memimpin sidang isbat awal Ramadan 1442 H. (Dok Kemenag)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengucapkan selamat Hari Toleransi Internasional yang diperingati setiap tanggal 16 November. Peringatan tersebut didasarkan pada hasil kesepakatan dari Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1995.

Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, inti peringatan itu adalah untuk memastikan bahwa semua orang memahami pentingnya memberi ruang satu sama lain.

"Setiap kita perlu terus menumbuhkan kesadaran bahwa keragaman agama, bahasa, budaya, dan etnis bukanlah dalih untuk konflik, tetapi kekayaan umat manusia. Keragaman adalah kekayaan," kata Yaqut di Jakarta, Selasa (16/11/2021).

Dia menjelaskan, keragaman adalah potensi untuk saling mengenal dan berkolaborasi dalam kebaikan dan mewujudkan kemaslahatan bersama. Sebab mereka yang bukan seiman adalah saudara dalam kemanusiaan.

Lanjut Yaqut, pihaknya tengah berupaya untuk melakukan penguatan moderasi beragama.

"Ada empat indikator dalam penguatan moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, dan ramah terhadap tradisi," ucap Menag.

Moderasi beragama

Yaqut mengatakan, moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama. Yakni dengan cara melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.

"Moderasi beragama bukanlah upaya memoderasikan agama, melainkan memoderasi pemahaman dan pengamalan kita dalam beragama," papar dia.

Karena hal itu, Yaqut berharap ASN di Kementrian Agama dapat menjadi pelopor dalam penguatan moderasi beragama.

"Mengajak para tokoh agama, akademisi, tokoh pemuda, dosen, guru, dan penyuluh agama, serta kalangan milenial untuk bersinergi dalam diseminasi dan gerakan meningkatkan toleransi antarumat melalui semua saluran. Perbedaan adalah fitrah," jelas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya