Hari Juang Kartika, Mengenang Pertempuran Ambarawa 76 Tahun Silam

Palagan Ambarawa sendiri mengacu pada pertempuran dahsyat antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pasukan Sekutu.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 15 Des 2021, 07:33 WIB
Diterbitkan 15 Des 2021, 07:33 WIB
Suram Tak Selalu Muram di Benteng Pendem Semarang
Benteng Fort Willem I atau Benteng Pendem di Desa Lodoyong, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jateng. (dok. Instagram @exploresemarang/Solopos.com)

Liputan6.com, Jakarta Tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Juang Kartika. Sebelumnya, peringatan Hari Juang Kartika disebut sebagai Hari Infanteri. Hari Juang Kartika pada hakikatnya dilandasi oleh sebuah peristiwa bersejarah dan penting dalam mempertahankan kemerdekaan 76 tahun silam di Kota Ambarawa.

Ambarawa sendiri adalah sebuah kota kecamatan yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pada era Kerajaan Mataram (Amangkurat II) kawasan ini bernama Limbarawa. Ambarawa juga pernah menjadi ibu kota Kabupaten Semarang yang kini sudah berganti menjadi Ungaran.

Ambarawa juga disebut sebagai Kota Palagan Ambarawa yang bahkan dibuatkan museumnya bernama Museum Palagan Ambarawa. Palagan Ambarawa sendiri mengacu pada pertempuran dahsyat antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pasukan Sekutu.

Pertempuran Ambarawa terjadi pada 20 November-15 Desember 1945. Peristiwa ini dipicu oleh kedatangan pasukan Inggris di Semarang pada 20 Oktober 1945.

Pada awalnya, kedatangan pasukan Inggris disambut baik karena dinilai tak memiliki maksud buruk. Namun ternyata, tentara Inggris menunggu kedatangan Netherlands Indies Civiele Administration (NICA) untuk membebaskan tawanan perang.

Setelah tawanan perang dibebaskan, Inggris pun mempersenjatai mereka. Tentara sekutu itu juga melucuti senjata TKR. Bahkan, pihak Belanda memasang benderanya di Ambarawa. TKR dan masyarakat Ambarawa pun marah besar. Situasi yang gaduh pun berujung pada pertempuran.

Konflik ini berubah menjadi sebuah pertempuran antara 1 batalyon TKR (Tentara Keamanan Rakyat) beserta para pemuda pejuang Angkatan Muda dengan para pasukan Sekutu.

Kapal HMS Grenroy milik Inggris yang mendaratkan satu batalyon tentara elit Gurkha dengan pengalaman tempur ini sebelumnya telah merapat di Pelabuhan Semarang pada 20 Oktober 1945. Mereka diperkuat dengan adanya brigade artileri dan bantuan belasan pesawat terbang serta kapal penyerang HMS Sussex.

Sementara Indonesia, saat akhir persiapan pertempuran Ambarawa, TKR dibantu oleh 3 batalyon dari Resimen Kedu, 6 dari Purwokerto, 7 dari Yogyakarta, 1 resimen gabungan dari Solo, dan 4 batalyon Divisi Salatiga.

Kekuatan tersebut masih ditambah dengan laskar rakyat Indonesia. Berdasarkan catatan, Panglima Besar Jenderal Sudirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar pada 11 Desember 1945.

Kehadiran dan keikutsertaan Sudirman bertujuan untuk membangkitkan semangat TKR dan rakyat setelah gugurnya Letkol Isdiman dalam pertempuran sebelumnya. Di sisi lain, tentara Sekutu juga tetap bertahan di Ambarawa.

 

Taktik Supit Urang

Sudirman memutuskan bahwa Sekutu harus diusir secepatnya. Serangan ke Ambarawa dari semua lini dilakukan pada 12 Desember 1945 tepat pukul 04.30 WIB. Komando penyerangan oleh setiap komandan sektor TKR, pasukan-pasukan dari laskar rakyat sebagai barisan pendukung pun dikerahkan dan Palagan Ambarawa dimulai saat itu.

Serangan dilakukan secara bersamaan dan mendadak dari semua sektor. Strategi ini disebut Sudirman sebagai taktik Supit Urang atau taktik mengunci dan mengurung lawan.

Akibat serangan dengan taktik ini, pasukan Sekutu benar-benar tekurung. Sebab, suplasi dan komunikasi dengan pasukan induk yang berada di Semarang menjadi terputus.

Ungaran kemudian dibombardir oleh pesawat Sekutu agar dapat membuka jalan bagi pasukannya untuk bergerak bebas. Serangan udara juga diperluas hingga Solo dan Yogyakarta.

Semangat TKR dan laskar rakyat Indonesia tetap kuat hingga mampu mengusir Sekutu dari Ambarawa. Perlawanan bersama-sama ini memberikan pelajaran bahwa sesuatu yang dilakukan bersama-sama akan memperoleh hasil yang maksimal

Pertarungan di Benteng Willem pada 15 Desember 1945 menjadi tanda kemenangan Indonesia atas pasukan sekutu. Sisa pasukan sekutu yang kalah mundur ke Semarang. Keberhasilan para pejuang mempertahankan Ambarawa dari sekutu inilah yang diperingati menjadi Hari Juang Kartika.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya