Kapolri Paparkan Analisis Emosi Publik ke Polri, Mulai dari Percaya hingga Jijik

Kapolri Listyo instruksikan, jajarannya mesti terus mengikuti perkembangan persepsi publik yang muncul di sosial media.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 17 Des 2021, 17:44 WIB
Diterbitkan 17 Des 2021, 16:51 WIB
Polri Luncurkan Aplikasi Propam Presisi
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo saat peluncuran aplikasi Propam Presisi di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (13/4/2021). Aplikasi 'Propam Presisi' tersebut diciptakan oleh Divisi Profesi dan Pengamanan (Divpropam) Polri. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memaparkan hasil analisis emosi publik terhadap Polri yang diunggah masyarakat melalui social media. Mulai dari sikap netral, antisipasi, trust atau percaya, anger atau kemarahan, disgusted atau jijik, takut, surprise, senang, dan hingga sedih.

"Tentunya dari angka-angka yang ada ini harapan kita bagaimana kemudian warna kuning terkait dengan trust yang 10 persen ini bisa kita tingkatkan. Yang warna merah dan warna ungu, serta warna abu-abu itu bisa kita kecilkan," tutur Listyo dalam Rapat Koordinasi Itwasum Polri 2021di Yogyakarta yang tayang dalam kanal Youtube Div Humas Polri, Jumat (17/12/2021)

Listyo mengatakan, jajarannya mesti terus mengikuti perkembangan persepsi publik yang muncul di sosial media. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan zaman membawa masyarakat kepada perkembangan teknologi informasi.

"Sehingga kemudian kita paham, bisa lakukan langkah cepat, dan kemudian grafik analisa tersebut tentunya bisa bergeser utamanya terkait dengan trust, dengan joy, antisipasi atau netral, yaitu hal-hal baik yang tentunya ini yang harus selalu kita perhatikan," jelas dia.

Apabila angka analisis emosi negatif pengguna sosial media menguat, maka sudah menjadi kewajiban bagi Polri untuk melihat lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi. Apa saja langkah-langkah di lapangan yang belum berjalan dengan baik. Apakah sebenarnya sudah berjalan baik tapi tidak diketahui publik, ataukah memang respons anggota yang lambat.

"Kasus-kasus sensitif yang selalu tentunya menjadi perhatian masyarakat seperti masalah seksual, kepekaan terhadap gender, ini biasanya menjadi perhatian. Namun di sisi lain terkait dengan kepedulian Polri turun pada saat bencana, ini juga mendapatkan perhatian khusus juga dari masyarakat. Hal yang lain, penyimpangan ini juga tentunya langsung direspons cepat oleh masyarakat," kata Listyo.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Harus Diperbaiki

Listyo menyatakan bahwa seluruh dinamika tersebut menjadi hal yang harus dihadapi oleh kepolisian. Namun begitu, faktanya masyarakat masih memiliki harapan bahwa Polri akan menjadi lebih baik, dengan salah satunya lewat peran jajaran tinggi selaku pengawas bagi anak buahnya.

"Tentunya ini yang setiap hari harus terus menerus kita perbaiki, kita evaluasi, karena apapun yang terjadi organisasi kita adalah organisasi yang sangat besar dengan jumlah personel yang begitu besar, lengkap dari mulai pusat sampai dengan sektor terbawah yang tentunya ini tidak mudah, apalagi dihadapkan tugas kita kepolisian yang memang setiap saat terus berinteraksi," ujarnya.

"Pilihannya hanya satu, kita harus bisa keluar dari zona nyaman, kita harus melakukan perubahan sehingga organisasi kita betul-betul bisa menjadi organisasi modern, organisasi yang betul-betul bisa menyesuaikan dengan tujuan dan harapan organisasi, dan tentunya apa yang menjadi harapan masyarakat," Listyo menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya