Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin (BTC) telah mengalami lonjakan sekitar 10% sehingga mendorong kenaikan harga hingga mendekati USD 95.000. Gerakan ini cukup luar biasa dan memicu aktivitas yang cukup besar dalam lanskap mata uang kripto.
Pelaku atau investor kripto tidak hanya berkonsentrasi pada Bitcoin saja tetapi juga mengantisipasi reli yang kuat dalam altcoin dalam momentum yang dinilai cukup luar biasa ini.
Advertisement
Dikutip dari coinmarketcap, Kamis (24/4/2025), selama beberapa hari terakhir terlihat kenaikan yang luar biasa pada aset Bitcoin dari kisaran USD 80.000 menuju USD 95.000. Hal ini telah menumbuhkan lingkungan yang positif di pasar kripto.
Advertisement
Lonjakan ini terjadi pada saat pasar saham AS relatif stagnan, yang memungkinkan Bitcoin untuk menonjol dan memperbarui kepercayaan investor.
Banyak pelaku kripto optimistis bahwa kenaikan yang konsisten yang dipimpin oleh Bitcoin dapat membuka peluang besar, terutama untuk mata uang kripto berkapitalisasi menengah.
Analis menyarankan bahwa jika Bitcoin stabil dan mengalami sedikit kemunduran, altcoin mungkin menemukan ruang untuk berkembang. Teori yang selalu dipegang selama ini adalah bahwa penurunan dominasi Bitcoin akan mendorong diversifikasi di antara investasi.
Tanda-tanda teknis juga menjanjikan, dengan kapitalisasi pasar altcoin melampaui rata-rata pergerakan 50 hari, mengisyaratkan potensi tren naik. Kejadian ini secara historis menjadi pendahulu pasar bull sebelumnya.
Meskipun Bitcoin mendominasi pasar, investor altcoin tetap harus berhati-hati. Waktu dan strategi di balik aksi ambil untung akan berdampak langsung pada keberlangsungan kenaikan harga altcoin.
Analsi meminta investor untuk memprioritaskan strategi jangka panjang daripada pergeseran harga jangka pendek. Diversifikasi portofolio sangat penting untuk manajemen risiko yang efektif selama kondisi pasar yang berfluktuasi.
Meningkatnya volume perdagangan dalam proyek altcoin menunjukkan bahwa pasar secara aktif mencari arah dan peluang baru, yang menunjukkan adanya pergeseran fokus di antara para pedagang mata uang kripto.
Analis Prediksi Harga Bitcoin bakal Meroket dalam 7 Hari ke Depan, Apa Penyebabnya?
Sebelumnya, dua aset kripto raksasa, Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), diperkirakan akan menunjukkan dinamika harga yang kontras dalam tujuh hari ke depan.
Analisis dari Bitget memprediksi tren harga Bitcoin akan naik, sementara Ethereum masih berkutat dengan pergerakan harga yang terbatas.
Kepala Analis Tim Riset Bitget, Ryan Lee, mengungkapkan Bitcoin menunjukkan momentum bullish yang kuat memasuki periode 21–27 April 2025.
BTCÂ diperdagangkan dalam rentang USD 83.000 hingga USD 90.000 (sekitar Rp 1, 4 miliar sampai Rp 1,5 miliar). Keberhasilan menembus level USD 87.000 mengindikasikan pembalikan tren yang signifikan.
"Beberapa faktor fundamental mendorong kenaikan harga Bitcoin, termasuk peningkatan aliran dana ke Spot Exchange Traded Fund (ETF) Bitcoin dan berkurangnya tekanan jual dari para penambang pasca-halving," Lee memaparkan, dikutip Selasa (22/4/2025).
Selain itu, ia menambahkan, pelemahan nilai Dolar AS dan penguatan harga emas secara makroekonomi turut memperkuat daya tarik Bitcoin sebagai aset investasi yang dianggap lebih aman saat ini.
Sebaliknya, Ethereum (ETH), aset kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, masih menunjukkan pergerakan harga yang lebih lemah.
Advertisement
Tarif Trump Jadi Penyebab?
ETH terpantau bergerak dalam kisaran USD 1.520 hingga USD 1.700 (sekitar Rp 22,5 juta sampai Rp 28,5 juta). Lee menjelaskan bahwa terbatasnya aktivitas pada jaringan Layer 2 Ethereum dan rasio nilai ETH terhadap BTC yang lemah menjadi penyebab utama perbedaan kinerja ini.
Untuk mengubah sentimen pasar, menuut Lee, harga ETH perlu menembus di atas level USD 1.700.
Lebih lanjut, Lee menekankan pentingnya bagi investor untuk mencermati kondisi ekonomi makro dalam memprediksi arah pasar.
Isu-isu global seperti kebijakan tarif Trump yang sedang hangat diperbincangkan dapat memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan harga berbagai instrumen investasi.
Perlu dicatat, analisis ini juga perlu dievaluasi kembali jika muncul fenomena atau kebijakan baru yang dapat mengubah lanskap ekonomi global secara drastis.
