Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka meningkatkan kemandirian energi Indonesia, PT Pertamina (Persero) memulai pelaksanaan proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Proyek kerja sama strategis antara PT Bukit Asam Tbk, PT Pertamina (Persero), dan Air Product Chemicals, Inc (APCI), berguna untuk penggunaan sumber daya alam dalam negeri serta mengurangi ketergantungan pada impor Liquid Petroleum Gas (LPG) di Indonesia yang saat ini mencapai 80% dari total konsumsi LPG nasional atau sekitar 6,4 juta ton dari 7,95 juta ton LPG.
Hal ini pun ditegaskan Presiden Joko Widodo dalam sambutannya, sekaligus menyampaikan kegembiraannya karena groundbreaking proyek hilirisasi batubara ke DME dapat dimulai pada 24 Januari 2022.
Baca Juga
Dalam Grand Energi Strategi Nasional tahun 2015-2050, DME diproyeksikan akan menjadi salah satu energi baru pengganti LPG. Proyek hilirasi batu bara merupakan proyek strategis nasional (PSN) yang memanfaatkan batubara kalori rendah yang selama ini belum terkomersialisasi secara optimal, menjadi produk akhir yang bernilai tinggi.
Advertisement
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati yang turut mendampingi Presiden Joko Widodo dalam kegiatan groundreaking proyek tersebut mengatakan, Pertamina mendukung penuh upaya Pemerintah dalam meningkatkan penggunaan sumber energi dalam negeri sekaligus pengembangan Energi Baru untuk mewujudkan kemandirian energi Nasional.
"Setelah Pertamina sukses menjalankan program Biodiesel B30 yang menggunakan sumber energi dari kelapa sawit yang berlimpah di Indonesia, Pertamina akan menyerap DME dari batu bara dalam negeri. Produksi DME dari Tanjung Enim ini diestimasikan akan mengurangi impor LPG mencapai Rp7 triliun per tahun," jelas Nicke
Untuk mengurangi karbon emisi yang dihasilkan dari proses coal gasification, Nicke menjelaskan bahwa akan diterapkan teknologi CCUS (Carbon Capture, Utilization and Storage), dimana CO2 yang dihasilkan akan di injeksi ke dalam reservoir dari sumur-sumur migas di wilayah Sumsel yang dikelola oleh Pertamina group.
DME dari Tanjung Enim akan didistribusikan ke masyarakat di 6 wilayah yaitu Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung yang diprediksi sekitar 6,3 juta KK. Dalam menjalankan penugasan Pemerintah ini, Pertamina akan mengoptimalkan penggunaan infrastruktur LPG eksisting sehingga harganya bisa terjangkau bagi masyarakat.
“Selain mengurangi impor LPG, Proyek DME Tanjung Enim ini juga membuka lapangan kerja baru sekitar 12 ribu orang, serta membangun ekonomi di wilayah Sumatera Selatan,” tutup Nicke.
(*)