Mengajar dan Menulis Karya Ilmiah Harus Selaras Dilakukan Dosen

Para dosen dituntut untuk lebih meningkatkan professional dalam mengajar dan mampu menulis karya ilmiah, baik untuk jurnal maupun media lainnya. Mengajar dan meneliti pun dinilai harus menjadi kesatuan.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 12 Feb 2022, 16:40 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2022, 16:35 WIB
Acara Teras Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat-Akademi Televisi Indonesia (LPPM ATVI)
Acara Teras Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat-Akademi Televisi Indonesia (LPPM ATVI)

Liputan6.com, Jakarta - Para dosen dituntut untuk lebih meningkatkan professional dalam mengajar dan mampu menulis karya ilmiah, baik untuk jurnal maupun media lainnya. Mengajar dan meneliti pun dinilai harus menjadi kesatuan.

Dosen dan peneliti, Widodo menyayangkan selama ini para dosen masih mengutamakan mengajar, bukan meneliti dan menulis. Ada banyak alasan, yang paling umum adalah tidak adanya waktu. Sebab itu, dia mendorong para dosen untuk giat menulis karya ilmiah, terutama di jurnal yang terindeks Sinta, juga Scopus.

"Saya yakin para dosen mampu, hanya saja belum konsentrasi untuk menulis. Langkah paling mudah pelajari artikel yang ada dalam jurnal-jurnal, dan pelajari kriteria jurnal yang ada sehinga tulisan kita mudah diterima, tutur Widodo dalam acara Teras Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat-Akademi Televisi Indonesia (LPPM ATVI) yang dilaksanakan secara virtual, Jumat (11/2/2022).

Menurut Widodo, cara membaca dan mempelajari jurnal yang ada akan menghilangkan persepsi atau stigma bahwa menulis jurnal itu sulit. Padahal, jika lebih jeli dalam membacanya, malah mungkin akan menilai bahwa tulisan yang ada di jurnal itu biasa.

"Jadi, ya memang harus mulai menulis," jelas dia.

Widodo pun mengingatkan agar para dosen tidak memaksakan diri menggunakan metode yang tidak kuasai, baik itu kualitatif atau kuantitatif. Bagi yang suka angka maka dapaat memilih kuantitatif, sementara terkait rumpun ilmu sosial cenderung kualitatif.

"Tapi bisa jadi rumpun ilmu sosial didesain dengan metode kuantitatif, misal kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) atau kasus-kasus hukum lainnya. Jika ini bisa, sangat baik," ujar Widodo.

Lebih lanjut, Widodo mengatakan bahwa peradaban yang terus berubah dengan cepat di tengah perkembangan teknologi informasi dan sosial media memerlukan respons cepat dari kalangan perguruan tinggi, dalam bentuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

"Dalam realitasnya, pengembangan Iptek tidak akan dapat berjalan dan berlangsung dengan baik tanpa adanya penelitian. Inilah yang kemudian mendorong penelitian menjadi gatra kedua Tridharma Perguruan Tinggi setelah pengajaran. Artinya, penelitian memiliki posisi strategis dan menjadi pilar utama dalam arus pengembangan iptek yang harus ditegakkan dan diemban oleh perguruan tinggi dan para dosen," katanya.

Widodo pun turut memberikan kiat menembus jurnal. Seperti lewat pembuatan dan pemetaan jurnal yang sesuai dengan kualifikasi jurnal.

"Jika ingin nulis di jurnal Sinta 6, bacalah jurnal tersebut, begitu juga dengan Sinta yang lain.Tentang kualitas yang dimaksud antara lain, berapa banyak variabel yang diteliti. Level analisis, mau dianalisis dengan teori apa. Begitu juga untuk jurnal internasional, kita meski baca. Jika masuk ke jurnal Scopus, mulai terlihat persyaratan yang ketat," terang Widodo.

Untuk bisa melakukan penelitian dengan luaran artikel layak publikasi di jurnal terindeks Sinta maupun Scopus/WoS, Widodo melanjutkan, diperlukan strategi khusus, dari pemilihan topik, literatur, sampel, instrumen, alat analisis, penyajian hasil dan pembahasan, sampai penarikan kesimpulan serta menyampaikan saran, implikasi dan keteratasan penelitian.

"Setelah itu, supaya hasil penelitian layak dipublikasikan di jurnal tertentu, juga masih perlu penyesuaian dengan gaya selingkung atau spesifikasi/karakteristik jurnal yang dituju. Dengan demikian, penyesuaian tidak hanya sebatas teknis yang disyaratkan tetapi juga menjangkau segi kualitas yang diharapkan dari sebuah artikel, baik yang tekait dengan fenomena, literatur, metode, hasil dan analisisnya, kedalaman pembahasan, maupun penarikan kesimpulan yang tepat disertai penyampaian keterbatasan penelitian dan saran-saran yang relevan," Widodo menandaskan.

Acara Teras LPPM ATVI sendiri berlangsung setiap dua minggu dengan menghadirkan narasumber dosen-dosen ATVI dan selingan dosen dari perguruan tinggi lainnya. Ini merupakan kolaborasi antara LPPM ATVI dengan TBM Bukit Duri Bercerita, Mastepedia, dan didukung oleh dua penerbit yakni Prenada Jakarta dan Matapadi Yogya.

Dua penanya yang dinilai cukup baik akan mendapat hadian buku dari penerbit.

Infografis

Infografis Usulan Gaji Guru Honorer Setara UMR
Infografis Usulan Gaji Guru Honorer Setara UMR. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya