Bertemu Mahasiswa Indonesia di Mesir, Ma’ruf Amin Minta Penguatan Islam Wasathiyah

Wapres Ma’ruf menuturkan bahwa kunci menjalankan ajaran Islam wasathiyah adalah memiliki rasa kepedulian dan tidak berlebihan dalam beragama.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 06 Nov 2022, 09:30 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2022, 09:30 WIB
Wapres Ma'ruf Amin bertemu mahasiswa Indonesia di Mesir. (Foto: BPMI Setwapres)
Wapres Ma'ruf Amin bertemu mahasiswa Indonesia di Mesir. (Foto: BPMI Setwapres)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menyempatkan mengunjungi mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Mesir. Hal ini dilakukan di sela-sela kunjungan kerja Wapres ke Timur Tengah. 

Pada kesempatan tersebut, Ma’ruf Amin berpesan kepada para mahasiswa Indonesia untuk memperkuat pemahaman Islam wasathiyah.

“Saya minta para mahasiswa agar kita memperkuat pemahaman ini sebagai bagian dari pemahaman Islam wasathiyah,” ujar Ma’ruf dalam keterangannya, (6/11/2022).

Menurut Ma’ruf, menjaga Islam wasathiyah merupakan upaya dalam memberikan kontribusi dalam menjaga perdamaian dunia yang sesuai dengan konstitusi negara.

“Itu juga dalam konstitusi negara kita untuk membangun ketertiban, keamanan, dan perdamaian dunia,” ungkapnya.

Lebih jauh, Ma’ruf mengakui bahwa penduduk Indonesia didominasi oleh masyarakat yang memeluk agama Islam, namun hal tersebut tidak mengurangi nasionalisme dan komitmen dalam menjaga keutuhan bangsa.

“Kebetulan kita Indonesia mayoritas muslim, tapi kita umat Islam menjaga komitmen kebangsaan yang sudah kita pegang,” terangnya.

Ma’ruf memberikan contoh langkah perdamaian yang dilakukan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu dengan datang langsung ke Ukraina dan Rusia dalam misi mendamaikan kedua negara yang tengah berkonflik tersebut.

“Presiden Jokowi juga melakukan langkah, yaitu dengan keberanian apapun hasilnya, tapi beliau melakukan upaya-upaya damai antara Ukraina dan Rusia, beliau datang sendiri. Itu memang selain perintah agama, juga perintah konstitusi untuk menghargai hak-hal manusia,” ucap Wapres.

Lebih lanjut, Ma’ruf menyebutkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan kesepakatan negara yang tidak dapat tergantikan di Indonesia.

“Saya nyebutnya menjaga kesepakatan dalam berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan NKRI,” tuturnya.

Ma’ruf menegaskan, keutuhan bangsa harus dijaga sebagai komitmen masyarakat Indonesia, baik bagi masyarakat dalam negeri maupun luar negeri.

“NKRI kita itu menjadi komitmen seluruh bangsa Indonesia dan itu yang kita jaga supaya kehidupan bangsa kita tetap utuh,” ucapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Usulan Penambahan Asrama Mahasiswa di Mesir

Wapres Ma'ruf Amin bertemu mahasiswa Indonesia di Mesir. (Foto: BPMI Setwapres)
Wapres Ma'ruf Amin bertemu mahasiswa Indonesia di Mesir. (Foto: BPMI Setwapres)

Lebih lanjut, Ma’ruf juga berjanji akan menindaklanjuti usulan penambahan asrama mahasiswa di Mesir, bersama dengan Duta Besar RI di Mesir.

“Usulan tentang asrama, saya menyambut baik usulan ini. Dan nanti Pak Duta Besar saya minta ini dimatangkan alasan-alasannya, pertimbangan rasionalnya semua,” pintanya.

Apabila pembangunan asrama ini terealisasi, sambung Wapres, ia mengusulkan untuk diberi nama Presiden RI saat ini yakni Joko Widodo.

“Mudah-mudahan ini saya akan sampaikan kepada Pak Jokowi supaya ini menjadi perhatian. Andaikata nanti bisa dibangun bukan asramanya Ma’ruf Amin tapi Joko Widodo,” tegasnya disambut tepuk tangan mahasiswa.

Selanjutnya, pada sesi tanya jawab, mahasiswi bernama Huna Ayu Rosyidah bertanya kepada Wapres bagaimana cara menjalankan ajaran Islam wasathiyah dengan tetap menjaga keseimbangan antara perkara dunia dan akhirat.

Terkait pertanyaan ini, Ma’ruf pun menjawab bahwa kunci menjalankan ajaran Islam wasathiyah adalah memiliki rasa kepedulian dan tidak berlebihan dalam beragama.

“Dalam beragama itu tidak boleh abai (tafrid), yakni tidak punya kepedulian terhadap masalah agama, masalah dakwah, tidak peduli. Itu tafrid. Tapi tidak juga ifrad, yakni berlebihan sampai memaksa orang, memaki orang, dakwahnya itu sampai berlebihan,” terangnya.

Termasuk, sambungnya, sebagaimana sejarah mencatat bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan damai dan tidak ada kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang toleran sehingga mudah diterima berbagai kalangan.

“Itu harus kita jaga terus sampai sekarang bahwa tidak ada kekerasan di dalam kita membangun agama itu dari dulu, sampai sekarang, sampai kapanpun. Inilah Islam wasathiyah yang kita bangun itu,” tegasnya.

Demikian halnya dalam urusan dunia, tutur Ma’ruf, menjalankan Islam wasathiyah itu misalnya tolong menolong dalam kebaikan tanpa memandang latar belakang agamanya.

“Kita yang muslim memberi bantuan kepada orang non muslim, itu kita tetap akan dapat pahala,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya