Kota Tua Jakarta Fasilitasi Permainan Tradisional, Memunculkan Kembali Nostalgia Orang Tua

Terdapat sejumlah stan yang berdiri di Taman Fatahillah tepatnya areal Plaza Lada, untuk mewadahi pengunjung mengenal sembilan permainan tradisional dan dapat memainkannya secara gratis.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Nov 2022, 14:09 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2022, 14:09 WIB
Kota Tua Jakarta
Wisatawan berfoto dengan latar belakang Museum Fatahillah di kawasan Kota Tua, Jakarta, Sabtu (8/6/2019). Selama libur lebaran 2019, jam berkunjung ke berbagai museum di kawasan wisata sejarah Kota Tua diperpanjang hingga pukul 20.00 WIB. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pengelola Kota Tua memfasilitasi kegiatan permainan tradisional di Taman Fatahillah Jakarta Barat pada Sabtu dan Minggu sebagai upaya melestarikan budaya di tengah masyarakat.

"Ya kami memfasilitasi supaya komunitas permainan tradisional bisa melaksanakan acaranya pada hari ini (Sabtu) dan besok (Minggu)," kata Kepala Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Dedy Tarmizi yang dikutip dari Antara, Minggu (13/11/2022).

Terdapat sejumlah stan yang berdiri di Taman Fatahillah tepatnya areal Plaza Lada, untuk mewadahi pengunjung mengenal sembilan permainan tradisional dan dapat memainkannya secara gratis. Di antaranya Gasing, Engklek, Congklak, Lompat Tali, Rangku Alu, Bola Bekel, Kapal Otok-Otok, Petak Umpet, dan Petak Jongkok.

Koordinator acara Ahmad Fadli menjelaskan untuk menarik minat anak bermain permainan tersebut, mereka menggunakan makanan ringan sebagai 'pancingan'.

Sebelum bermain, pengunjung akan diarahkan petugas untuk mengisi identitas nama, nomor telepon, dan alamat email di stan pendaftaran agar mendapat izin (pass) yang berisi daftar permainan untuk nantinya akan distempel petugas setiap satu kali permainan tradisional dimainkan.

"Setelah itu, minimal lima stempel dalam list (permainan) didapatkan, bisa ditukar dengan satu bungkus makanan ringan," kata Fadli.

Menurut Fadli, interaksi sosial antara orang tua dan anak atau antara anak dengan anak lainnya terjadi sangat intens dalam setiap permainan. Misalnya petak umpet atau petak jongkok, tentu membutuhkan tim.

"Minimal tiga orang baru kami mulai," katanya.

Sasarannya adalah anak usia 5 hingga 10 tahun, namun tidak menutup kemungkinan juga boleh dimainkan peserta dengan usia 18 tahun ke atas.

Karena tujuannya adalah mengenalkan permainan tersebut kepada sebanyak-banyaknya orang.

Setiap peserta yang tidak mengenal permainan tradisional tersebut bisa menanyakan kepada panitia, orang tua atau peserta lain yang mengetahui supaya mereka bisa sukses bekerja sama memainkan permainan tersebut.

"Kegiatan di Kota Tua ini kali kedua kami laksanakan, kegiatan pertama di Lapangan Banteng waktu itu bulan Agustus. Nah di Lapangan Banteng itu kami adakan permainan benteng yang awalnya kurang terdengar familiar. Tapi akhirnya peserta memahami sendiri permainan tadi berkat interaksi yang intensif di antara mereka," kata Fadli.

 

Bangkitkan Nostalgia Orang Tua

Selain untuk mengenalkan permainan tradisional, Fadli dan tim juga mencoba membangkitkan nostalgia para orang tua yang sudah lama tidak memainkan permainan tradisional tersebut.

"Tadi kita lihat ada orang tua juga yang ikut bermain congklak, permainan memindahkan biji-biji ke lobang begitu. Dengan memainkan permainan itu, mereka jadi teringat lagi cara memainkannya," kata Fadli.

Pihaknya juga menyediakan stan mewarnai sebagai kegiatan tambahan yang ternyata cukup menarik minat anak-anak untuk berpartisipasi.

Fadli mengatakan sebagai suvenir kegiatan, pihaknya mempersiapkan ratusan produk makanan ringan untuk apresiasi bagi peserta yang sudah berpartisipasi baik untuk kegiatan permainan maupun kegiatan tambahan.

"Kegiatan tambahannya selain mewarnai, juga ada tur sejarah Jakarta di Kota Tua. Kami bekerja sama dengan 'Jakarta Good Guide' mengajak peserta mengenal sejarah di Kota Tua. Kami siapkan suvenir makanan ringan untuk setiap peserta yang ikutan," kata Fadli.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya