Situasi Politik Kian Menghangat Jelang 2024, Rekonsiliasi Antar Semua Pihak Diperlukan

Pemilu 2024 kian terasa menghangat, di mana masih ada residu politik dari Pilpres 2014 dan 2019 yang membuat masyarakat masih terpisah.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Nov 2022, 16:28 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2022, 08:14 WIB
Ilustrasi Kampanye Pemilu Pilkada Pilpres (Freepik/Rawpixel)
Ilustrasi Kampanye. (Freepik/Rawpixel)

Liputan6.com, Jakarta Pemilu 2024 kian terasa menghangat, di mana masih ada residu politik dari Pilpres 2014 dan 2019 yang membuat masyarakat masih terpisah.

Sekelompok organisasi yang terdiri dari sejumlah akademisi bernama Forum 2045 kembali menyampaikan semangat rekonsiliasi di 2024 ini. Hal tersebut digambarkannya melalui sebuah FGD dengan tema 'Common Project Rekonsiliasi dan Reintegrasi Nasional'.

"Tema rekonsiliasi dan reintegrasi penting untuk digaungkan dalam upaya menjaga eksistensi negara-bangsa yang kita cintai dari potensi perpecahan, pengkerdilan budaya dan involusi kebangsaan," kata Ketua Forum 2045, Untoro Hariadi dalam keterangannya, Selasa (15/11/2022).

Dia menegaskna, ajakan rekonsiliasi dan reintegrasi bangsa sangat relevan mengingat kehidupan politik Indonesia secara umum masih belum beranjak dari kebanalan dan pragmatisme.

Hal ini, lanjutnya, juga bermanfaat sebagai antisipasi menjelang Pemilu dan Pilpres 2024 mendatang. Terlebih lagi, wacana mengenai politik identitas yang merusak kembali marak belakangan ini.

"Literasi yang rendah dan daya kritis yang tumpul di tingkat akar rumputnya dapat disulut menjadi kayu bakar konflik, dengan api yang bernama populisme. Dalam situasi semacam itu, isu politik identitas dapat dimainkan untuk kepentingan kekuasaan, tanpa memperhitungkan dampaknya bagi bangunan kebangsaan kita," kata Untoro.

 

Tak Terjebak pada Polarisasi Politik

Sebelumnya, Dosen Departemen Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Zainuddin Muda Z Monggilo mengajak, para generasi muda untuk tidak terjebak pada polarisasi politik saat Pemilu 2024.

Hal ini disampaikan Zainuddin saat menjadi pembicara dalam acara diskusi online bertajuk "Youth Activism & Fact-Checking: Menjadi Pahlawan Perlawanan Hoaks Menghadapi Tahun Politik 2024" pada Kamis 10 November 2022.

Zainuddin memprediksi, polarisasi politik masih akan terjadi pada Pemilu 2024. Sebab, narasi polarisasi saat pemilu-pemilu sebelumnya masih menggema jelang Pemilu 2024.

"Misalkan (narasi) cebong kampret, komunis atau tidak. Nah ini masih diromansakan sampai saat ini. Kami berharap, teman-teman semua yang muda-muda tidak terjebak dalam polarisasi yang terjadi sebelumnya," kata Zainuddin.

Menurut Zainuddin, polarisasi politik tak lepas dari peran pendengung atau buzzer yang kerap dimanfaatkan oleh pendukung fanatik para pasangan calon.

Karena itu, ia berharap, generasi muda tidak terjebak dan terpengaruh pada narasi-narasi yang berpotensi mengarah kepada polarisasi. Termasuk hoaks hingga ujaran kebencian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya