Edukasi dan Praktik Anti-Kekerasan Fisik dan Non-Fisik di Indonesia Masih Rendah

Perilaku body shaming atau penghinaan mengenai penampilan fisik orang lain sering kali jadi sorotan di masyarakat.

oleh Ika Defianti diperbarui 26 Nov 2022, 18:35 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2022, 18:35 WIB
Kampanye Stop Bullying
Warga melintas di depan banner tanda tangan dukungan Stop Bullying saat Car Free Day di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (13/5). Bullying adalah tindakan mencoba untuk menyakiti atau mengontrol orang lain dengan kekerasan. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Mengomentari atau menghina penampilan orang lain atau body shaming sering kali ditemui di kehidupan sehari-hari. Kadang kala tindakan body shaming dibungkus dalam bentuk candaan yang dapat memojokkan orang lain.

Pengamat sosial Universitas Indonesia, Devie Rahmawati menyatakan berdasarkan hasil studi Indeks Keadaban Digital pada 2021, Indonesia masuk dalam kategori masyarakat paling kasar di Asia Tenggara.

Selain itu, kata Devie ada penelitian lain yang menyatakan hal yang sering mendapatkan perlakuan kasar atau perundungan yaitu mengenai penampilan seseorang. Jika dipersentasekan, angka tersebut mencapai 60 persen. Atau diatas permasalahan politik dan agama.

"Penampilan ini kaitannya erat dengan body shaming, nah ini menjadi satu keprihatinan yang tinggi bagi kita semua, udah kita disurvey sebagai negara paling tidak santun se-Asia Tenggara dan ketidaksantunan itu nomor satunya di link set yang lain oleh lembaga lain itu adalah urusan penampilan," kata Devie kepada Liputan6.com.

Menurut Devie, terdapat sejumlah alasan hal tersebut terjadi di Indonesia. Salah satunya dikarenakan kurangnya pendidikan mengenai kekerasan fisik dan non-fisik di Indonesia. Entah melalui media digital maupun non digital.

Lalu kurangnya kesadaran masyarakat mengenai dampak dari perilaku kekerasan kata-kata yang menyasar penampilan seseorang. Yakni adanya potensi munculnya sebuah konflik

"Karena itu menyinggung dan melukai hati seseorang dan kalo orang itu tersinggung di sosial media itu bisa ditindaklanjuti dengan aksi kekerasan di ruang nyata. Jadi sudah banyak kejadian, saling hina, saling ledek di sosial media kemudian diteruskan dengan kekerasan di ruang nyata," papar dia.

Hal terpenting, kata Devie, edukasi tersebut disarankan untuk dipraktikan dalam kegiatan sehari-hari. "Bahwa memang tidak boleh melakukan penghinaan terhadap orang lain apapun bentuknya, baik itu suku, agama, ras, apalagi fisik, jadi memang ini butuh waktu untuk menyadarkan tentang hal ini," ujar Devie.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kasus Body Shaming ke Ibu Negara

Iriana Jokowi dan Ibu Negara Korea Selatan
Usai jamuan minum teh, Ibu Iriana terlihat mengantar Madam Kim ke hotel tempatnya bermalam. Momen keakraban mereka tak luput dari perhatian masyarakat. [Foto: Biro Pers Istana Negara] Penulis: Mufiidaanaiilaa Alifah S.

Sebelumnya, nama Ibu Negara Iriana Jokowi pada Kamis sore, 17 November 2022, mendadak jadi trending topic pertama di Twitter. Usut punya usut, nama Iriana Jokowi menjadi bahan perbincangan warganet setelah salah akun bernama @KoprofilJati melakukan celaan fisik alias body shaming terhadap dirinya.

Akun @KoprofilJati mengunggah foto Iriana bersama Madam Kim Keon Hee, istri Presiden Korea Selatan, Yoon Seok Yeol. Namun, bukannya pujian yang dilontarkan, sang pemilik akun justru menulis keterangan yang seolah-olah menggambarkan Iriana Jokowi adalah pembantu Kim Keon Hee.

"Bi, tolong buatkan tamu kita minum."

"Baik, nyonya," begitulah bunyi caption yang ditulisnya.

Setelah unggahan tersebut viral, bahkan sampai diperbincangkan di banyak akun-akun base, @KoprofilJati kembali membuat unggahan pembelaaan.

"Sorry, gaes. Postingan dengan gambar ibu negara saya hapus. Kayaknya banyak yang salah paham menganggap saya merendahkan orang di gambar tersebut," tulisnya.

"Menjadi ibu negara enggak ada hubungannya dengan tampilan fisik. Semua orang tahu itu fakta. Semua ras dan suku bangsa itu setara."

"Justru kebiasaan masyarakat kita yang suka menilai sesuatu dari tampilan fisik. Itu sepatutnya jadi bahan ejekan," pungkasnya.

Bisa jadi pemilik akun Twitter @KoprofilJati saat ini ketar-ketir. Pasalnya, Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri tengah memburunya terkait aksi body shaming terhadap Iriana Jokowi.

Dirtipidsiber Bareskrim Polri Brigjen Pol. Adi Vivid Agustiadi membenarkan pihaknya tengah menyelidiki identitas pemilik akun meski publik sudah tahu namanya Kharisma Jati.

"Betul (kami mencari pemilik akun). Kami sedang lidik identitas pelaku,” katanya terkait aksi @KoprofilJati mengunggah foto Iriana Jokowi dengan Ibu Negara Korea Selatan, pekan ini.

 


BCL Jadi Korban Body Shaming

BCL Bakal Gelar Konser Internasional Perdana di Singapura
Penyanyi sekaligus bintang film Bunga Citra Lestari (BCL) berpose usai konferensi pers BCL Blossom Intimate Concert di kawasan Gunawarman, Jakarta Selatan, Selasa (5/7/2022). Bunga Citra Lestari (BCL) akan menggelar konser tunggal internasional pertamanya di Resorts World Sentosa (RWS), Singapura. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Penyanyi Bunga Citra Lestari atau BCL baru-baru ini juga kena gosip miring. Istri almarhum Ashraf Sinclair itu disebut-sebut sedang berbadan dua. Isu ini berawal dari video yang viral di TikTok. Dalam platform tersebut, ada video yang memperlihatkan ibu satu anak ini sedang menyanyi di atas panggung.

Dengan mengenakan crop top berwarna putih, perut ibu satu anak ini tampak lebih buncit. Hal ini berbeda dengan penampilannya yang biasa, apalagi dia dikenal gemar berolahraga.

Asumsi bergerak liar. Dia disebut-sebut sedang mengandung tiga bulan. Dalam sebuah kesempatan wawancara bersama media Malaysia, BCL pun menepis isu ini.

Penyanyi berusia 39 tahun tersebut merasa menjadi korban celaan fisik alias body shaming. Tentu saja hal ini membuatnya sedih.

"Aku lebih sedih karena di-body shaming. Kayak, hey, aku juga makan. Oke, kalian mau lihat?" tuturnya dilansir dari YouTube Budiey Channel, Jumat (10/11/2022). Dia lantas berdiri dan memperlihatkan perutnya yang lebih ramping daripada video yang beredar di medsos.

Menurut BCL, banyak faktor yang bisa memengaruhi perutnya tampak lebih buncit dalam video yang viral tersebut.

"Enggak semua orang mengerti angle, enggak semua orang mengerti bloathing, atau sedang datang bulan. It's okay tapi sedih aja," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya