Liputan6.com, Jakarta - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengimbau masyarakat agar tidak membuang limbah kotoran hewan qurban pada perayaan Idul Adha 1444 H. Hal itu menyusul fenomena masyarakat yang mengeluhkan adanya limbah hewan kurban di sekitaran pemukiman masyarakat.
Heru mengaku pihaknya telah berkodinasi dengan membentuk panitia dan telah dikerahkan kepada masyarakat.
Baca Juga
"Mudah mudahan gak ada yang buang limbah sembarangan. Nanti diurus PB Dharma Jaya. Kan kemarin sudah ada panitia juga yang memberikan arahan, penjelasan sosialisasi," kata Heru di Balai Kota, Kamis (29/6/2023).
Advertisement
Heru hanya menyebut untuk mengantisipasi adanya masyarakat yang nakal membuang limbah sembarangan akan diserahkan kepada masing-masing lurah. Sedangkan untuk sanksinya ia tidak menyebutkan secara jelas.
Diberitakan sebelumnya, Warga Jalan Cikoko Barat III, Kelurahan Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan, resah dengan limbah kotoran sapi yang ada di sekitar permukiman.
Salah satu warga, Hasan Alhabsy menceritakan, permasalahan limbah sapi ini sudah berlangsung selama 21 tahun atau sejak 2002. Namun hal itu tak kunjung menemukan solusi.
Hasan sudah berulang kali mengeluhkan persoalan kotoran sapi ini. Apalagi istrinya sedang hamil dan sangat sensitif akan bau. Sang istri harus dibawa ke rumah sakit karena demam tinggi.
"Atas dasar itu lah saya melaporkan ke RT ke RW. Kan ibu hamil kalau demam sangat rawan, bisa keguguran, bisa janinnya cacat," ujar Hasan di lokasi.
Tak ada kemajuan, Hasan lapor ke pihak kelurahan. Dia juga menyambangi peternakan sapi.
"Saya datangi orangya juga. Tidak bisa diomongin baik-baik. Akhirnya dimediasi kelurahan," katanya.
Bantah Cemari Lingkungan
Disisi lain, Salah satu pengelola peternakan sapi, Yusuf menyesalkan kabar tersebut. Dia membantah mencemari lingkungan permukiman warga.
Yusuf mengaku selalu menyaring kotoran sapi sebelum keluar dari peternakan. Dia menunjukkan ada empat saringan atau yang disebut sebagai bak kontrol.
Dia menjelaskan, saringan pertama memiliki kedalaman 2 meter. Lalu, yang kedua dan ketiga sedalam 3 meter.
"Dari saringan pertama, ini ada tukang kita yang bersihkan, mengangkat. Mungkin ada yang kebawa yang ringannya," jelas Yusuf kepada merdeka.com
Peternakan sapi itu sudah berdiri sejak tahun 1968. Ini merupakan usaha turun temurun. Pada 2007, cerita Yusuf, usahanya itu seharusnya dipindah ke Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Namun perpindahan tersebut tak kunjung dilakukan tanpa dia tahu penyebabnya.
"Lurah pun enggak ada konfirmasi tiba-tiba sudah penuh di sana," kata Yusuf.
Â
Reporter: Rahmat Baihaqi
Sumber: Merdeka.com
Advertisement