Suara Vacum dan 'Tok-Tok' Bongkar Senyapnya Praktik Aborsi Ilegal di Jakpus

Suara bising dari rumah tetangga membuat Yani jengkel. Ternyata rumah dua lantai di sebelahnya dijadikan praktik aborsi ilegal.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jun 2023, 19:47 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2023, 19:47 WIB
Rumah di Jalan Mirah Delima Raya, Sumur Batu Kemayoran, Jakarta Pusat dijadikan tempat lokasi aborsi ilegal. (Merdeka/Bachtiarudin Alam)
Rumah di Jalan Mirah Delima Raya, Sumur Batu Kemayoran, Jakarta Pusat dijadikan tempat lokasi aborsi ilegal. (Merdeka/Bachtiarudin Alam)

 

Liputan6.com, Jakarta Kenyamanan Yani dan keluarga belakangan terusik. Hari-hari tenangnya di rumah sirna akibat aktivitas 'aneh' tetangga barunya di Jakarta Pusat. Suara bising dari rumah tetangga membuatnya jengkel.

Ternyata rumah dua lantai di sebelahnya dijadikan praktik aborsi ilegal. Rumah tersebut berada di Jalan Mirah Delima Raya, Sumur Batu Kemayoran, Jakarta Pusat.

"Kurang lebih dua bulan mereka ngontrak rumah itu. Setiap pagi selalu ada suara-suara bising dari dalam rumah," tutur Yani, Kamis (29/6/2023).

Rasa curiga Yani akhirnya terjawab saat Polres Metro Jakarta Pusat menggerebek rumah dua lantai itu. Polisi pun menangkap tetangga baru yang sama sekali tidak dikenalnya.

Mereka adalah dua wanita inisial, SN dan NA selaku eksekutor yang menggugurkan janin bayi. Sampai dengan SM, laki-laki selaku sopir yang bertugas mengantar jemput pelanggan.

"Jadi ada wanita sama laki-laki setiap pagi dia datang. Pakai mobil ada iklan (kaca film bertuliskan) Lalamove," kata Yani.

Dia pun menceritakan aktivitas yang terjadi di rumah tersebut. Biasanya, pada pagi hari, mereka datang dengan membawa alat vakum yang diturunkan dari mobil. Setelah itu, pada siang hari, biasanya datang beberapa wanita menggunakan mobil.

Pakai Penutup Wajah

Para wanita yang selalu beda, silih berganti datang ke rumah itu. Sering kali mereka memakai penutup wajah. Setelah para wanita memasuki rumah biasanya akan ada seorang pria yang berjaga di depan.

Pria itu seperti menunggu dan mengawasi kegiatan yang ada dari luar rumah. Kemudian saat memasuki sore atau malam hari, para wanita akan keluar sambil berjalan pelan seperti orang sakit lalu masuk ke mobil bertuliskan Lalamove jasa pesan antar barang.

"Pernah ngeliat ada wanita nanti keluar kaya orang sakit naik ke mobil. Tapi kok jalannya pelan gitu. Saya kira wanita-wanita itu karyawan Lalamove. Orang anak saya juga biasa make Lalamove jadi sempet 'De di sebelah juga ada Lalamove tuh," kata Yani.

Kerap Menghindar

Meski curiga dan merasa terganggu atas aktivitas tetangga barunya itu, Yani mengakui setiap kali dirinya ingin menegur, tetangganya itu kerap kali menghindar.

"Saya sempat mau negur karena terganggu tapi dia kayak menghindar. Orang mereka itu kata Pak RT gak pernah lapor dan pas dimintain dokumen (kependudukan) katanya entar-entar mulu," ujarnya.

 

Suara Vacum Sampai 'Tok-Tok'

Keanehan tetangga barunya itu tidak hanya dirasakan, Ezra anak Yani juga turut merasakan hal yang sama dengan ibunya. Ketika ia sering kali nongkrong di depan rumah kala sore hari melihat wanita muda datang dan pergi dari rumah.

"Saya ngeliat wanita ganti-ganti, biasanya rombongan masuk ke mobil Lalamove itu. Sempet juga pas malam mereka itu bawa-bawa alat vacumnya ke dalam mobil pas mau pergi," ucap Ezra.

Dia yang kaget dengan fakta rumah dua lantai itu dijadikan lokasi praktik aborsi. Terlebih ketika tahu, suara vacum itu ternyata proses menghilangkan nyawa janin yang tak berdosa digugurkan oleh calon ibunya.

Suara vacum itu berdengung kencang sampai ke rumah Erza. Bahkan tembok kamarnya yang tepat bersebelahan dengan tembok rumah tetangganya tersebut. Alhasil, dengan jelas dia bisa mendengar suara vacum berdengung kencang.

Anehnya, suara vacum itu berlangsung sekitar 30 menit saat siang sampai sore hari, namun tidak terdengar sama sekali teriakan atau rintihan wanita dari dalam rumah.

"(Enggak ada suara wanita) Enggak ada, mungkin ditutup kali mulutnya. Jadi cuman suara vacum aja kenceng sekitar 30 menit gitu," tutur Ezra.

 

Suara Ketukan Palu 'Tok Tok'

Kemudian, Erza mengungkap setelah terdengar suara vacum biasanya akan beberapa saat nanti akan terdengar suara 'Tok-Tok'. Seperti palu yang menghantam ke sebuah papan, palu itu terdengar tidak lama hanya 10 - 15 menit.

"Habis itu suara tok-tok-tok, kaya papan dipukul. Bukan tembok, saya tau persis kalau suara tembok itu gimana. Ini papan kaya mukulin sesuatu gitu dari kamar terdengar, habis suara vacum biasanya," tuturnya.

Meskipun tidak mengetahui aktivitas di dalam, namun dari dugaan Erza suara-suara itu erat kaitan dengan proses aborsi yang berlangsung di rumah tersebut. Sejalan dengan hasil pengungkapan yang dilakukan polisi dari hasil penggerebekan kemarin.

Karena diketahui bila para pelaku turut menggugurkan para bayi dengan metode sederhana. Bermodalkan vakum untuk menyedot janin biasanya jadi hal lumrah, dari setiap praktik aborsi ilegal yang diungkap kepolisian.

Termasuk adanya pengakuan dari hasil penyelidikan polisi, bahwa pelaku membuang janin yang digugurkan ke kloset. Dimana suara 'Tok-Tok' itu itu bisa berkaitan dengan proses pembuangan janin, karena suara itu muncul selepas suara vacum.

"Iya bisa aja, tapi yang jelas suara vakum sama tok-tok itu jelas. Selalu ada kalau mereka (pelaku) ada dirumah itu," akuinya.

 

Digerebek Polisi

Sebelumnya, sebuah rumah kontrakan di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat tak disangka menjadi lokasi praktek aborsi setelah satu bulan lamanya beroperasi. Sampai akhirnya bisnis ilegal itu terendus dan diungkap pihak kepolisian.

Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komarudin menyampaikan dari keberhasilan jajaranya mengungkap kasus ini. Telah berhasil mengamankan sebanyak tujuh orang, diantaranya tiga pelaku bisnis dan empat lainnya pasien.

"Dua orang ini pertama SN wanita selaku eksekutor dan SN ini bukan berlatar belakang medis, dia hanya dilihat dari KTP hanya IRT. SN dibantu oleh NA. Ini yang mensosialisasikan mencari termasuk sebagai asisten di rumah ini. termasuk juga menjemput pasien," beber Komarudin kepada awak media, Rabu (28/6).

Menurutnya, kedua pelaku bersama SM sebagai sopir antar jemput ini berhasil mengelabui warga. Karena bisnis yang mereka jalankan sangat rapih, dengan sistem antar jemput membuat aktivitas aborsi bisa tertutupi.

"Jadi ini sistemnya, sistem antar jemput sangat rapih sekali makanya pak RT dan warga sangat terkecoh dari aktivitas yang di dalam," katanya.

Dimana SN dan NA turut memasang tarif sekitar Rp2,5 juta - Rp8 juta tergantung usia dari pasien. Sementara SM mendapatkan upah sekitar Rp500 ribu sehari untuk tugas mengantar jemput pelanggan.

Dengan tarif biaya aborsi yang dipatok paling minimal sebesar Rp2,5 juta, diketahui jika rumah aborsi ini dalam satu bulan setidaknya telah menerima sekitar 50 pasien wanita. Dari sana, bisa dikalkulasikan bisnis haram itu minimal meraup untung sekitar Rp125 juta atau lebih dalam satu bulan.

"Dari pengakuan sementara, pelaku bahwa selama kurun waktu 1 bulan, sudah kurang lebih sekitar 50-an wanita yang sudah menggugurkan kandungan di sini melakukan aborsi," katanya.

"Semua janin itu selalu dibuang ke kloset inilah kita akan menindaklanjuti akan segera kita turunkan tim kedokteran forensik untuk melakukan langkah-langkah lebih lanjut mencari barbuk janin yang dibuang," sambungnya.

Bahkan, Komarudin mengungkap saat dilakukan penggeledahan juga didapati empat pasien diantaranya J, AS, dan RV yang baru selesai melakukan aborsi dan masih pendarahan. Sementara IT masih baru akan bersiap dilakukan tindakan.

"Jadi di dalam ada dua kamar, satu kamar tindakan satu kamar istirahat dan satu tempat pembuangan janin-janin yang setelah dilakukan tindakan. Atau disedot oleh para pelaku dibuang ke dalam closet," ungkapnya.

Adapun ketujuh orang yang diamankan sampai saat ini masih dalam proses penyelidikan oleh petugas. Dengan status belum sebagai tersangka, karena masih mendalami keterlibatan dari mereka.

 

Tak Miliki Latar Belakang Medis

Pada sisi lain, Komarudin menkelaskan terhadap tiga pelaku yang menjalankan bisnis ini. Yakni, SN dan NA selaku eksekutor yang menggugurkan janin bayi. Lalu SM selaku sopir yang bertugas mengantar jemput pelanggan.

"Kalo kita liat dari latar belakangnya yang bersangkutan bukan seorang petugas medis atau bukan seorang yang memiliki pengalaman medis," kata Komarudin.

Bahkan, ia mendapatkan keterangan sementara kalau SN selaku otak dibalik bisnis aborsi ini. Hanya bermodalkan pengalaman dimana dirinya sempat bekerja sebagai asisten di tempat praktik aborsi lainnya.

"Kami sedikit menyimpulkan bahwa sebelumnya yang bersangkutan ini SN ini asisten. Akan kita kejar dia asisten dimana (pelaku lain) akan kita buru," ucapnya.

Pasalnya dari hasil penggerebekan yang dilakukan petugas pada Rabu (28/6) kemarin. Terlihat kalau bisnis yang dijalankan ketiga pelaku ini hanya berbekal alat sederhana, bukan alat-alat profesional medis.

"Dari sini alat-alatnya sangat-sangat minim, sederhana bukan seperti alat-alat di klinik kedokteran. Disini hanya alat-alat sedotnya hanya menggunakan vakum terus ada beberapa alat suntik," sebutnya.

"Juga obat-obatan yang bisa dibeli di apotik dengan bebas. Obat antibiotik, obat anti nyeri. Kemudian sarana yang ada itu cuma vakum ya. Jadi disedot menggunakan vakum setelah itu dibuang di dalam kloset," tambah dia.

 

Reporter: Bachtiarudin Alam

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya