Liputan6.com, Jakarta Sejumlah wilayah terdampak kasut asap akibat kebakaran hutan makin kian dirasakan tak hanya warga Indonesia tapi dunia. Adapun kebakaran terjadi di Palangka Raya, Pekanbaru, kemudian ada juga di Gunung Lawu.
Terkait hal itu, Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni meminta polisi agar mengungkap pembakar sekaligus perusahaan yang mempekerjakan mereka agar kebakaran hutan ini tidak menjadi agenda tahunan.
Baca Juga
“Apa pun perdebatannya, yang jelas, faktanya titik api memang sudah ada di mana-mana. Make sense kalau situasi saat ini, Indonesia dianggap sudah memasuki fase darurat karhutla. Untuk itu, saya minta polisi dan segenap petugas terkait tegas dan cari tidak hanya pembakarnya, tapi juga perusahaan pembakingnya. Ini harus all out, agar kebakaran hutan tak jadi agenda tahunan kita,” kata dia dalam keterangannya, Selasa (10/10/2023).
Advertisement
Politikus NasDem ini meminta pihak kepolisian agar bertindak cepat dan tegas untuk menangkap para pelaku karhutla. Karena menurut dirinya, dari sekian banyak titik api yang terjadi, tidak semuanya akibat faktor alam murni.
“Saya minta Polri juga bergerak cepat dan tegas untuk tangkap para pelaku-pelaku karhutla. Ungkap juga siapa yang memerintah mereka. Karena saya yakin, tidak semua (karhutla) terjadi murni akibat faktor iklim saja. Pasti ada beberapa oknum yang memanfaatkan kemarau ini, dengan memantik api untuk kepentingannya. Dari yang sudah-sudah, biasanya untuk pembukaan lahan,” jelas Sahroni.
Dia pun menilai sinergitas seluruh institusi sangat diperlukan. Tak hanya untuk memadamkan api karhutla, namun juga untuk menyelamatkan jutaan masyarakat Indonesia yang tengah dihantui penyakit pernafasan.
“Tugas ini bukan serta merta tentang lahan dan hutan saja, tapi juga soal keselamatan jutaan penduduk Indonesia. Kalau terus dibiarkan, masyarakat dipastikan akan terkena penyakit pernafasan,” pungkas Sahroni.
Palangka Raya Darurat Kabut Asap Kebakaran Hutan
Kabut asap akibat kebakaran hutan yang makin berdampak ke warga, membuat Pemkot Palangka Raya, Kalteng, menentapkan status tanggap darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Pj Wali Kota Palangka Raya, Hera Nugrahayu, Senin (2/10/2023) mengatakan, penetapan ststus tersebut seiring dengan peningkatan kasus kebakaran lahan dan udara yang terus diselimuti kabut asap sehingga pemerintah perlu mengambil tindakan lebih lanjut, salah satunya dengan menetapkan status tanggap darurat karhutla.
Dia mengatakan, dengan penetapan status tersebut Pemerintah Kota Palangka Raya melalui dinas terkait akan memenuhi indikator-indikator yang harus dilengkapi saat status tanggap darurat karhutla bencana ditetapkan.
"Saat ini kita utamakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan pelayanan dasar lain disamping tim pemadam terus melakukan upaya pemadaman kebakaran lahan," katanya dikutip Antara.
Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) "Kota Cantik" Alman P Pakpahan menambahkan, saat ini kondisi kabut asap dampak maraknya kebakaran hutan dan lahan masih tebal.
Alman mengatakan, sejauh ini upaya pemadaman sejumlah titik karhutla di Kota Palangka Raya, terus ditanggulangi oleh BPBD bersama tim gabungan penanggulangan karhutla.
Termasuk dengan mengintensifkan kegiatan patroli pencegahan, seraya dibarengi penyuluhan, sosialisasi, dan mengaktifkan pengawasan terhadap indikasi kejadian karhutla.
Advertisement
Pekanbaru Diselimuti Kabut Asap Karhutla
Langit di Pekanbaru terlihat kelabu karena kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Sudah hampir satu pekan keadaan berlangsung sehingga kualitas udara berada di level tidak sehat.
Kabut asap Pekanbaru ini diduga hasil kebakaran lahan di sejumlah kabupaten di Riau. Ada pula kiriman provinsi lain seperti Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel) karena kabut asap Karhutla di sana terbawa angin ke Pekanbaru.
Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Pekanbaru, Ramlan Djambak, pergerakan asap dari Jambi dan Sumsel masih berpotensi mengarah ke Riau.
"Hal ini mengingat arah angin bergerak ke arah tenggara," kata Ramlan, Rabu petang, 4 Oktober 2023.
Keadaan ini juga dipengaruhi masih minimnya hujan di Pekanbaru dan sejumlah wilayah lainnya sehingga pergerakan asap belum dapat terhambat.
"Dari citra satelit tanggal 4 Oktober 2023 terpantau asap di wilayah Jambi dan Sumsel," jelas Ramlan.
Untuk asap dari sejumlah daerah di Riau masuk ke Pekanbaru, BMKG menyatakan sudah terkendali.
Ramlan menjelaskan, wilayah Riau pada umumnya sudah memasuki awal musim hujan sejak September lalu. Namun masih ada sebagian di wilayah Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir yang belum memasuki hujan.
"Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir masih musim kemarau," jelas Ramlan.
Momen Harimau Jawa Turun dari Gunung Lawu Akibat Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan dan lahan Gunung Lawu yang terjadi sejak Jumat 29 September 2023, membuat habitat dan ekosistem kawasan rusak. Akibatnya satwa yang menjadi penghuni turun gunung untuk mencari makan.
Seekor harimau jawa tampak melintasi semak belukar usai minum di sebuah sumber air di kawasan Kebun Teh Jamus, Kabupaten Ngawi. Penampakan harimau ini direkam oleh seorang guru PAUD pada Jumat (6/10/2023) pagi.
Selain harimau jawa. Ada juga harimau kumbang, rusa, babi dan monyet juga turun mencari mangsa dan air karena hutan tempat habitatnya terbakar.
Kepala Keamanan Lokasi Wisata Teh Jamus Bambang Sutrisno menuturkan, peristiwa hewan turun gunung bukan terjadi pertama kalinya. Setiap kali terjadi kebakaran di area Gunung Lawu, hewan-hewan dipastikan turun gunung. Menurut dia, hewan yang paling banyak turun gunung adalah harimau kumbang.
"Bahkan, pernah satu waktu, harimau kumbang yang turun dari Gunung Lawu menyerang peternakan warga. Bambang pun meminta warga sekitar Gunung Lawu untuk terus waspadam," ujarnya seperti dikutip dari Merdeka.com, Selasa (10/10/2023).
Ema Wijayanti, warga Desa Girikerto, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi mengungkapkan bahwa hewan turun dari gunung biasa terjadi setiap musim kemarau panjang.
Ia menceritakan, pada musim kemarau, hewan seperti celeng (babi hutan), harimau, rusa, dan monyet banyak mendekati permukiman warga. Kandang kambing milik warga pernah jadi sasaran empuk hewan Gunung Lawu yang kelaparan.
Advertisement