Liputan6.com, Bontang Pj Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik mengatakan pihaknya tengah mengupayakan mengembalikan buaya Riska ke kampung halaman di Kota Bontang. Hal itu disampaikan Akmal usai membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ke-2 Masyarakat Sadar Wisata di Pendopo Wali Kota Bontang, Jumat (8/12).
Untuk memastikan kondisi keamanan, dia bahkan telah meninjau satu lokasi di Jalan Bete-Bete, RT 01, Kelurahan Tanjung Laut Indah yang dinilai sangat cocok untuk buaya Riska. Tidak hanya itu, dia juga sudah berkoordinasi dengan BKSDA Kaltim, dan telah mendapatkan persetujuan.
Baca Juga
131 Warga di Daerah Ini Dapat Bantuan Sarana Infrastruktur Air Bersih, Tak Lagi Cemas Saat Musim Kemarau Tiba
Jelang Hari Raya Idulfitri, MH Said Abdullah Berbagi Paket Lebaran untuk Warga Binaan Rutan Kelas IIB Sumenep
Kado Lebaran dari Pemerintah dan Pertamina, Harga BBM Non-Subsidi Turun Mulai 29 Maret 2025
"Tadi saya sudah lihat, pemilik lokasi juga berkenan. Kemudian lokasinya berada di Tanjung Laut Indah," kata Akmal.
Advertisement
Dijelaskannya, untuk mengembalikan buaya Riska ke Bontang, pihaknya harus meminta bantuan BKSDA Kaltim. Nantinya BKSDA Kaltim yang akan membimbing cara perawatan dan pengelolaan tempat penampungan atau penangkaran buaya Riska.
"Di lokasi itu dibuatkan lembaga penangkaran atau tempat penampungan dulu. Nanti di bawah koordinasi BKSDA karena persoalan keamanan," ujarnya.
Nantinya, lanjut Akmal, lokasi penangkaran itu akan menjadi ikon wisata berbasis lingkungan dengan konsep on stop tourism. Karena tidak hanya melihat Buaya Riska, tetapi juga wisatawan disuguhkan pemandangan indah hutan mangrove.
"Makanya kami dorong Bontang harus fokus pada potensi berbasis lingkungan karena di Bontang ini banyak hutan mangrove-nya," katanya.
Terkait masalah pembiayaan pembangunan, Akmal Malik mengaku akan menyiapkan dengan skema pembiayaan bersama atau inklusif, dimana leading sektornya adalah BKSDA Kaltim. Untuk itu, dia berharap masyarakat tidak lagi ribut-ribut masalah Riska. Pemerintah akan menyiapkan lokasi yang ideal untuk memfasilitasi objek wisata berbasis lingkungan, yang bisa dinikmati masyarakat.
"Jadi kita niatkan dulu. Nanti Bontang atau Kaltim sudah punya objek wisata terkenal. Orang tidak perlu lagi ribut masalah Riska. Kalau kangen dengan Riska silahkan datang ke Bontang, sekalian makan gammi bawis dan berkunjung ke hutan mangrove," ujar Akmal.
(*)