Gempa Tektonik di Gunung Salak Meningkat, PVMBG Imbau Waspadai Erupsi Freatik

Kendati Gunung Salak tidak mengalami peningkatan aktivitas vulkanik, namun masyarakat dan wisatawan disarankan untuk tidak memasuki kawah dalam radius 500 meter.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 11 Des 2023, 16:43 WIB
Diterbitkan 11 Des 2023, 16:43 WIB
gunung salak
Pemandangan Gunung Salak di Bogor. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Bogor - Gempa tektonik di Gunung Salak mengalami peningkatan selama beberapa hari terakhir, pasca gempa bumi magnitudo 4,0 di Barat Daya Kota Bogor, pada Jumat (8/12/2023) dini hari.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat gempa tektonik lokal mengalami peningkatan jumlah gempa pada 6 Desember 2023 sebanyak delapan kejadian dan tujuh kali kejadian pada 7 Desember 2023. Kemudian tujuh kejadian pada 8 Desember 2023.

Dari pengamatan kegempaan periode 1-9 Desember 2023, tercatat gempa tektonik jauh yang terekam masih mendominasi yaitu sebanyak 31 kali kejadian dan gempa tektonik lokal sebanyak 22 kali kejadian.

"Gempa vulkanik sebagai indikasi aktivitas Gunung Salak tidak terekam. Dan Gunung Salak tidak mengalami peningkatan aktivitas vulkanik dan tetap berada di level I atau normal," kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam keterangan resminya, Senin (11/12/2023).

Meskipun dari kegempaan cenderung normal, namun ia mengingatkan masyarakat agar mewaspadai terjadinya erupsi freatik, berupa semburan lumpur atau erupsi uap air (steam explosion). Kejadian ini dapat terjadi tiba-tiba, setelah terjadinya kenaikan gempa tektonik lokal beberapa hari lalu.

"Di musim hujan, tingkat kelembaban udara di sekitar kawah akan lebih tinggi, sehingga gas-gas vulkanik akan sulit terurai, yang menyebabkan konsentrasi gas-gasnya akan meningkat dan dapat membahayakan kehidupan," terangnya.

Kendati Gunung Salak tidak mengalami peningkatan aktivitas vulkanik, namun masyarakat dan wisatawan disarankan untuk tidak memasuki kawah dalam radius 500 meter. Seperti kawah-kawah yang aktif di Gunung Salak yaitu Kawah Ratu, Kawah Hirup, dan Kawah Paeh.

"Terutama di musim hujan, untuk menghindari terjadinya akumulasi gas yang berbahaya," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Gunung Salak Terakhir Erupsi Tahun 1938

 

Gunung Salak merupakan salah satu gunung api strato Tipe A dengan ketinggian ± 2210 mdpl. Secara administratif berada di wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.

Gunung Salak terakhir erupsi tahun 1938 berupa erupsi freatik dari Kawah Cikuluwung Putri. Sejak itu kegiatan terakhir hanya berupa bualan lumpur di Kawah Ratu dan Kawah Hirup serta tembusan solfatara dan fumarol di Kawah Ratu.

Sementara itu, rumah warga terdampak gempa magnitudo 4,0 di Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, bertambah menjadi 139 unit.

Dari total jumlah itu, 113 rusak ringan, 19 rusak sedang, dan tujuh unit rusak berat. Sementara warga yang terdampak sebanyak 148 KK atau 479 jiwa.

Jumlah rumah yang terdampak tersebar di Kampung Cigarehong, Padajaya, Padajembar, Kampung Cimapag, Pondokpasar, Sidangreret, Pondokcau, Pensiun dan Kampung Lapang. (Achmad Sudarno)

Infografis Petaka Para Pendaki Saat Erupsi Gunung Marapi. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Petaka Para Pendaki Saat Erupsi Gunung Marapi. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya