Liputan6.com, Jakarta - Artificial Intelligence atau AI kini menjadi pendamping kehidupan umat manusia di pelbagai sektor. Sebuah sistem yang yang diprogram secara komputeristik, membuat segala lini kehidupan yang terhubung dengan teknologi menjasi semakin dimudahkan.
Namun di balik kemudahan yang dihasilkan, AI seakan menjadi pisau bermata dua, terutama bagi jenis pekerjaan yang berulang, template dan dapat dikerjakan dengan automatic.
Menjawab hal tersebut, Vasi Philomin seorang wakil presiden Amazon Web Service (AWS) generatif AI justru menjelaskan hal sebaliknya. Menurut dia, AI hadir untuk sebuah transformasi dari aktivitas kehidupan umat manusia.
Advertisement
“AI bisa menjalankan pekerjaan yang lebih expert lagi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, saya tidak terpikir AI akan mengancam dan mengilangkan pekerjaan , tidak sama sekali,” tegas Philomin pada sesi wawancara grup re:Invent 2023 di Las Vegas, Amerika Serikat, Kamis 30 November 2023.
Philomin menambahkan, hadirnya AI mampu menggenjot produktivitas tenaga manusia yang terbatas. Artinya, ketika semakin banyak manusia yang menggunakan AI maka yang tengah berkompetisi pada sisi tersebut bukanlah manusia dengan AI melainkan manusia dengan manusia lain yang juga menggunakan AI.
“Jadi saya mendorong agar kita berpikirnya ke arah sana dan tentang apa yang bisa kita kerjakan bersama dengan AI dari apa yang belum pernah dikerjakan sebelumnya,” saran dia.
Sinergi
Philomin yakin, umat manusia bisa naik kelas dengan memberdayakan AI untuk mengerjakan sesuatu yang manusia belum tentu dapat melakukannya. Hal ini menjadi sinergitas apik bagi kemajuan zaman dan teknologi.
“Terjadi kombinasi yang baik bukan? dan bukan malah menjadi akhir dari umat manusia sebab saya tidak melihatnya demikian,” yaking Philomin.
Philomin pun memberi contoh, bagaimana AI dapat bersinergi seperti dengan profesi jurnalistik. Alih-alih AI bisa menggantikan seorang jurnalis dalam menulis berita. Justru yang harus diluruskan adalah, AI mampu memberikan tambahan ide agar berita atau cerita yang ditulis oleh sang jurnalis lebih berkembang.
“Akan lebih banyak lagi cerita dan lebih berkembang lagi, jurnalis juga bisa lebih fokus dengan adanya AI, ketimbang harus berpikir cemas pekerjaannya diambil alih AI,” dia menandasi.
Advertisement