Kisah De Gadjah: Tak Punya Mimpi Terjun ke Politik, Kini Malah Pimpin Gerindra Bali

Pria kelahiran 12 Mei 1981 ini pun termasuk ke dalam jajaran ketua-ketua partai politik di Bali yang masih berusia muda.

oleh Fachri diperbarui 27 Des 2023, 17:35 WIB
Diterbitkan 27 Des 2023, 17:35 WIB
De Gadjah.
De Gadjah bersama Prabowo Subianto. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Denpasar Seiring berjalannya waktu, hidup seringkali membentuk jalannya sendiri dan membawa kita ke tempat-tempat yang tak pernah direncanakan sebelumnya. Langkah-langkah hidup yang dilalui oleh seseorang pun terkadang membawa pada sebuah perjalanan yang tak terduga.

Hal itu yang dirasakan oleh Made Muliawan Arya atau yang kerap disapa De Gadjah. Pria kelahiran 12 Mei 1981 ini pun termasuk ke dalam jajaran ketua-ketua partai politik di Bali yang masih berusia muda.

Menariknya, De Gadjah mengaku bahwa ia tidak pernah memiliki mimpi atau cita-cita untuk terjun ke dunia politik. Sampai pada akhirnya, setelah mendapatkan perintah dari Prabowo Subianto pada 2013 silam, dirinya pun masuk ke Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

“Saya ini pejuang politik, artinya politik sebagai alat perjuangan untuk membantu masyarakat,” ujarnya, Selasa (26/12/2023).

De Gadjah pun mengaku bahwa Prabowo Subianto sangat lekat dengan perjalanan hidupnya. Kedekatan dengan Calon Presiden nomor urut 2 itu pun berawal pada 2004 saat masih menjadi pesilat muda di Perguruan Satria Muda Indonesia (SMI).

“Dari beliau, saya belajar mengenai makna loyalitas, kejujuran dan no drama,” ucapnya.

De Gadjah kemudian berangkat ke Amerika Serikat pada 2005 untuk belajar dan bekerja. Ia bahkan sempat menjabat sebagai Chief Security di sebuah perusahaan pengelola resort wisata eksklusif di Karibia dan memiliki ketrampilan khusus dalam melatih anjing untuk pengawalan.

“Saya pun sempat keliling di sana untuk memberikan pelatihan,” ujarnya.

Jadi Tim Pengawal Prabowo

De Gadjah.
De Gadjah saat bertemu dengan warga kota Denpasar. (Foto: Istimewa)

Karena hubungan baik yang tetap terjaga, pada 2012 dia diminta untuk bergabung dengan tim pengawalan Prabowo. Lalu pada 2013, dia diminta kembali ke Bali dan mulai menjadi kader Gerindra.

De Gadjah menuturkan, kehadirannya sempat membuat sejumlah kader di Bali merasa tersaingi dan menghambat kemunculannya. Untungnya, Pengurus pusat Gerindra tak terpengaruh.

Bahkan setelah dia lolos ke DPRD Denpasar pada Pemilu 2014, dia mendapat kepercayaan untuk menjadi salah satu pimpinan Dewan. Di sana lah, alumni SMA 7 Denpasar ini benar-benar belajar politik secara langsung.

“Awalnya suka emosian, kalau ada yang komitmennya A tapi yang dilakukan malah B, tapi akhirnya saya cari cara untuk menghadapi yang semacam itu tanpa harus berkonflik,” tutur De Gadjah.

Ia mengaku selalu berusaha satya wacana atau menjaga konsistensi antara perkataan dan perbuatan seperti diajarkan orang tuanya. Posisinya pun makin kuat setelah dipercaya menjadi Ketua DPC Gerindra Denpasar pada 2017.

”Awalnya banyak yang mengira saya ini susah diajak bicara, tapi kemudian terbukti menjadi yang yang paling mudah diajak mencari solusi,” ucapnya.

Jadi Ketua DPD Gerindra Bali

De Gadjah.
De Gadjah saat melakukan kunjungan kepada warga lansia di Denpasar. (Foto: Istimewa)

Pada 2021, De Gadjah pun ditunjuk untuk menggantikan Ketua DPD Gerindra Bali yang meninggal dunia. Posisi itu tak serta merta diterimannya.

“Ini tentu tantangan yang lebih berat, saya baru menyatakan bersedia setelah ada persetujuan dari orang tua serta istri dan anak,” ujarnya.

Selang beberapa tahun kemudian, De Gadjah pun melangkah menjadi calon legislatif untuk DPRD Bali pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. 

“Soal lolos atau tidak, itu urusan belakangan. Saya hanya berjuang dan silahkan masyarakat yang menilai apakah saya memang tepat untuk melayani mereka,” ujar De Gadjah.

Sebagai calon legislatif, dirinya pun concern terkait beberapa isu di Bali. De Gadjah melihat bahwa kondisi Bali masih didominasi kuat oleh kelompok politik tertentu.

"Akibatnya, demokrasi tak berjalan dan tekanan politik pun terjadi dengan menggunakan perangkat kekuasaan. Hal ini menjadi penyebab, mengapa keberagaman gagasan kurang muncul," kata De Gadjah.

Di sisi lain, De Gadjah menilai, meski pariwisata di Bali berkembang pesat tetapi masih ada warga Bali yang hidup dalam kemiskinan.

"Persaingan kerja juga makin ketat sehingga angka pengangguran meningkat. Sementara masalah rill seperti soal sampah belum juga terselesaikan," ucapnya.

Jadi Ketua TPN Prabowo-Gibran Bali

Prabowo-Gibran
Pasangan Capres-Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menghadiri debat Pilpres 2024 di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Selasa (12/12/2023) malam. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, De Gadjah dipercaya menjadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Gibran di Bali. De Gadjah mengatakan, dari hasil survey, pasangan itu masih tertinggal lumayan jauh sampai bulan Desember 2023.

"Namun saya yakin, pada pemilu bulan Februari nanti akan mencapai target antara 45% hingga 50% suara di Bali," tegasnya.

“Mimpi kami, beliau akan menjadi presiden,” imbuh De Gadjah.

Dirinya menilai, Prabowo merupakan sosok yang tidak pernah membeda-bedakan kadernya.

“Saya juga selalui menjaga etika ketika di hadapan beliau,” ucap De Gadjah.

Selain itu, dirinya pun mengungkapkan bahwa dari segi kepemimpinan, Prabowo merupakan sosok yang selalu cepat tanggap terhadap kesulitan masyarakat.

"Misalnya, saat mendapat informasi adanya warga di Bali yang mengalami kesulitan air, dia langsung meminta saya membuat identifikasi lokasi untuk dapat segera mengirimkan bantuan," ungkap De Gadjah.

“Dananya bisa jadi dari kantong pribadinya,” imbuhnya.

 

(*)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya