Liputan6.com, Jakarta Calon presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto berencana untuk mengembangkan energi terbarukan jika dirinya resmi terpilih dan dilantik.
Terkait hal ini, Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arangga Radiandra mendukung rencana Prabowo tersebut.
Baca Juga
Seperti dilansir dari Antara, Jumat (8/3/2024), dia menjelaskan Indonesia mempunyai sumber daya yang cukup, untuk menutupi kekurangan kebutuhan minyak mentah dalam negeri.
Advertisement
Daymas menegaskan, energi alternatif ini bisa saja bersumber dari energi terbarukan seperti singkong, tebu, sawit yang tumbuh subur di Indonesia sehingga dapat meminimalisir impor bahan bakar minyak (BBM).
Daymas menjelaskan total nilai impor BBM saat ini berkisar di atas 30 juta kilo liter per tahun. Selain itu, kebutuhan minyak mentah masih kekurangan sekitar 1 juta barel oil per hari.
Kata dia, untuk menutup keran impor BBM, maka pemerintah perlu menyiapkan strategi dengan memperluas sumber daya untuk dijadikan sebagai alternatif BBM.
Lanjut dia, strategi jangka pendek pemerintah melalui Pertamina perlu menggenjot produksi minyak nasional, untuk mengejar target konsumsi kebutuhan harian minyak yang mencapai 1 juta barel per hari.
Lanjut, alternatif lainnya pemerintah juga menggenjot hasil produksi komoditas singkong, tebu dan jagung sebagai bahan produksi bahan bakar etanol yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Dia mencontohkan salah satu alternatif energi yakni biodiesel yang menggunakan minyak sawit ataupun bioavtur yang menggunakan kelapa. Daymas optimis impor BBM yang membebani neraca keuangan negara secara bertahan dapat dikurangi bahkan dihentikan.
Â
Â
Banyak Tantangan
Calon presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto berencana untuk mengembangkan energi dari tanaman. Menurutnya, bensin bisa dibuat dari energi terbarukan yang berasal dari tanaman kelapa sawit, tebu hingga singkong.
Namun ternyata, untuk mewujudkan rencana tersebut tidak mudah. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dida Gardera mengatakan, masih ada sederet permasalahan terkait pengembangan energi bioetanol tersebut. Contohnya sumber asal tebu. Saat ini terdapat permasalahan dari ketersediaan lahan untuk ditanami tebu.
"Lahan kita masih banyak belum dioptimalkan, ini sedang kita petakan lagi," kata Dida kepada awak media di Kemenko Perekonomian di Jakarta Pusat, Rabu (6/3/2024).
Â
Advertisement
Ketersediaan Pendukung
Selain ketersediaan lahan. Dida menyebut, pengembangan tanaman tebu juga menghadapi tantangan dari kesediaan pupuk.
"Dengan Mentan kemarin, ternyata lahan sawah itu masih banyak perlu dioptimalkan. Salah satu permasalahannya adalah pupuk, itu akan kita sediakan," imbuhnya.
Dida menilai, ambisi Prabowo untuk mengembangkan bioetanol yang bersumber dari tebu untuk campuran BBM tak lepas dari pertimbangan efisiensi keuangan. Saat ini, pemerintah tengah memetakan potensi pengembangan tanaman tebu di Indonesia.
"Singkong, tebu untuk bioetanol, kajian itu kan ada dari skala tertentu, ekonomis. Lahan kita masih banyak belum dioptimalkan, ini sedang kita petakan lagi," pungkasnya.