Pengacara Taruna STIP Tewas: Korban Sudah Lama Alami Pemukulan Senior

Tumbur menguraikan, almarhum Putu Satria Ananta Rustika sempat mencurahkan keluh-kesah terkait tindakan seniornya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta. Ada pesan WhatsApp yang dikirimkan kepada kekasih pada 15 Desember 2023.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 10 Mei 2024, 11:33 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2024, 08:42 WIB
Senior tingkat dua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Tegar Rafi Sanjaya (TRS), ditetapkan sebagai tersangka penganiayaan dan pembunuhan junior tingkat satu Putu Satria Ananta Rustika (19). (Merdeka.com/Rahmat Baihaqi)
Senior tingkat dua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Tegar Rafi Sanjaya (TRS), ditetapkan sebagai tersangka penganiayaan dan pembunuhan junior tingkat satu Putu Satria Ananta Rustika (19). (Merdeka.com/Rahmat Baihaqi)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah tangkapan layar percakapan WhatsApp antara Putu Satria Ananta Rustika alias P (19), mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta dengan kekasihnya viral di media sosial. 

Percakapan WhatsApp itu membuktikan bahwa dugaan kekerasan dialami oleh Putu berulang kali. 

Penasihat hukum Putu, Tumbur Aritonang mengungkapan tangkapan layar diambil dari telepon genggam milik almarhum Putu. Dari situ terungkap fakta Putu bukan kali pertama dianiaya oleh seniornya. 

"Kami dapat dari handphone korban. Tadi di share sama keluarga. Jadi dari sejak lama Putu dipukuli seniornya," kata Tumbur dalam keterangannya, Jumat (10/5/2024).

Tumbur menguraikan, almarhum sempat mencurahkan keluh-kesah terkait tindakan seniornya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta. Ada pesan WhatsApp yang dikirimkan kepada kekasih pada 15 Desember 2023.

Pada intinya, Putu mengeluhkan sakit pada bagian ulu hati akibat dianiaya senior. "Ada aja aku dipanggil terus sama senior, di pukuli terus-terusan. Sakit dadaku, ulu hati terus yg diincar," ungkap Tumbur membacakan isi pesan. 

Tumbur mengatakan, pihak keluarga bersama penasihat hukum masih mendalami lebih jauh perihal penganiayaan yang dialami oleh almarhum Putu, termasuk kepada siapa saja Putu mencurahkan isi hati selama mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta.

"Lagi kita cari tahu," ujar dia. 

Lebih lanjut, Tumbur mengatakan, bukti-bukti yang dikumpulkan akan diserahkan kepada pihak kepolisian sebagai bahan penyidikan. Pun dengan bukti chat antara Putu dengan kekasih. 

"Kemungkinan (kami serahkan ke polisi)," tandas dia.

Pelaku Tidak Meminta Maaf

Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta
Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta

Keluarga dari korban meninggal dunia akibat senioritas di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda Jakarta hingga saat ini mengaku belum pernah dihubungi keluarga pelaku.

“Belum, sampai sekarang saya wajahnya saja belum tau, keluarganya, ibunya, ayahnya, atau mungkin keluarga besarnya, sama sekali tidak ada permintaan maaf ke keluarga kami,” kata Nengah Rusmini, ibunda korban Putu Satria Ananta Rustika di Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis (9/5/2024).

Diketahui mahasiswa sekolah kedinasan Kementerian Perhubungan itu meninggal dunia pada Jumat (3/5) lalu akibat kekerasan seniornya, dimana hingga saat ini Polres Metro Jakarta Utara telah menetapkan empat orang tersangka atas kasus ini.

Hampir sepekan kejadian tersebut, tak satu pun keluarga dari pelaku berusaha menghubungi keluarga korban di Bali, sementara besok Jumat (10/5/2024) akan berlangsung upacara pengabenan jenazah Putu Satria di Desa Gunaksa.

“Sangat kecewa, keluarga pelaku tidak ada itikad baik sama sekali,” ujar Rusmini usai menerima kunjungan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di rumah duka, yang dikutip dari Antara.

 

Panutan Keluarga

Keluarga Putu Satria mengaku heran mengapa hal ini terjadi pada putra sulungnya yang baru berusia 19 tahun itu, padahal korban adalah siswa yang semangat bahkan menjadi panutan adik-adiknya untuk menempuh pendidikan di sekolah kedinasan.

Adik perempuannya yang bernama Kadek Ananta Pradnyaswari yang saat ini duduk di kelas 2 SMA 2 Semarapura bahkan sedang menyiapkan diri untuk mengikuti jejak kakaknya, karena semasa hidup sang kakak yang memberi semangat dan arahan.

“Artinya paling tidak kasih tau lah anaknya, ajarkan kasih sayang kepada anaknya, itu manusia bukan binatang, hal apa yang diajarkan sehingga kok bisa anak saya diperlakukan seperti itu,” tutur ibunda korban sambil menahan tangis.

INFOGRAFIS JOURNAL_Bagaimana Antisipasi dari Kejahatan Social Engineering?
INFOGRAFIS JOURNAL_Bagaimana Antisipasi dari Kejahatan Social Engineering? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya