PDIP Kritisi Sikap Pemkot Tangerang soal Apel Hari Lahir Pancasila

Ketua Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD Kota Tangerang, Andri Septiawan Permana, menyayangkan pemerintah kota, khususnya saat melakukan apel peringatan hari lahir Pancasila beberapa waktu lalu.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 04 Jun 2024, 19:33 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2024, 19:29 WIB
Ketua Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD Kota Tangerang, Andri Septiawan Permana
Ketua Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD Kota Tangerang, Andri Septiawan Permana. (Foto: Istimewa).

Liputan6.com, Jakarta Ketua Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD Kota Tangerang, Andri Septiawan Permana, menyayangkan pemerintah kota, khususnya saat melakukan apel peringatan hari lahir Pancasila beberapa waktu lalu.

Menurut dia, Pemkot Tangerang tak menjalani Kepres Nomor 24 Tahun 2016 tentang hari lahir Pancasila, di mana saat apel hanya dihadiri pejabat teras pemerintahan saja.

"Bahwa 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila sebagaimana Kepres Nomor 24 Tahun 2016 harus diperingati serta dirayakan oleh seluruh lapisan masyarakat Kota Tangerang, dimana dalam implementasinya pemerintah daerah harus berperan aktif dalam mewujudkannya," kata Andri dalam keterangannya, Selasa (4/6/2024).

Dia pun mengingatkan, PDIP konsen akan hal ini, terlebih soal bagaimana semua pihak bisa menghormati hari lahir Pancasila. Karena itu, dirinya menyayangkan langkah Pemkot Tangerang.

"Harusnya pemerintah juga tahu kalau apel hari lahir Pancasila itu harus dilibatkan aktif seluruh masyarakat," jelas Andri.

"Kami juga mempertanyakan perihal minimnya keterlibatan seluruh lapisan masyarakat dalam proses peringatan hari lahir Pancasila pada tanggal 1 Juni 2024 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah," sambungnya.

Karena itu, pihaknya meminta Pemkot Tangerang memperhatikan masukan dan sikap kritis dari PDIP.

"Kami tegaskan apabila pemerintah daerah tidak mengindahkan catatan kritis sebagaimana dimaksud, maka kami akan menggunakan hak interpelasi sebagai upaya meminta keterangan kepada pemerintah daerah mengenai program dan kebijakan pembinaan ideologi pancasila di Kota Tangerang," kata Andri.

 

Megawati: Pancasila Lahir Tak Melalui Jalan Mudah

Presiden Kelima RI yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri mengatakan, bahwa peringatan Hari Lahir Pancasila yang dilakukan di Ende, bisa dimaknai untuk lebih memahami lahirnya Pancasila.

Sebab, Megawati menyebut Pancasila lahir tidak melalui jalan mudah ditengah tekanan bangsa kolonial saat itu.

Hal itu disampaikan Megawati melalui amanatnya yang dibacakan Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Lapangan Pancasila, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (1/6/2024).

“Peringatan hari lahirnya Pancasila yang kita lakukan di Ende ini tidak lain untuk lebih memahami, bahwa Pancasila lahir tidak melalui jalan mudah,” kata Megawati yang dibacakan Hasto.

Megawati mengatakan, bahwa di usia 16 tahun, Presiden Pertama RI Soekarno atau Bung Karno, sudah bergulat dengan pemikiran para tokoh-tokoh dunia.

Seperti Mahatma Gandi, Sun Yat Sen, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, Kemal Ataturk, Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh, Jean-Jacques Rousseau, Adler, Voltaire, Karl Marx, Friedrich Engels, Otto Bauer, Ernest Renan, hingga Mazzini dan Garibaldi.

“Seluruh pemikiran tokoh dunia itu dibumikan dalam problematika rakyat Indonesia, guna merumuskan ide dan imajinasi tentang Indonesia Raya,” ujarnya.

 

Dialetika Bung Karno yang Matang

Megawati menyebut, seluruh dialektika Bung Karno pun semakin matang, ketika bertemu dengan para tokoh pergerakan di Bandung.

“Di kota inilah Bung Karno merumuskan falsafah pembebasan dari sosok petani yang namanya Pak Marhaen. Dari perenungan ini, lahirlah asas perjuangan PNI, yakni Sosio Nasionalisme dan Sosio Demokrasi,” ucapnya.

Dalam keseluruhan proses lahirnya Pancasila, kata Megawati, Ende memiliki peran penting karena di sinilah kontemplasi itu dilakukan.

“Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Bung Karno: Di Pulau Flores yang sepi dimana aku tidak memiliki kawan, aku menghabiskan waktu berjam-jam dibawah pohon Sukun dan pohon di halaman rumahku, merenungkan ilham yang diturunkan oleh Tuhan yang kemudian dikenal dengan nama Pancasila. Lima butir mutiara yang indah itu aku gali jauh ke dalam bumi karena tradisi-tradisi kami sendiri,” imbuh Megawati.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya