KKHI Makkah Siagakan 4 Tim Kesehatan Saat Puncak Haji, Ini Sebarannya

KKHI juga menyiagakan 16 unit mobil ambulans untuk melayani jemaah Indonesia selama periode puncak haji di Armuzna.

oleh Nafiysul QodarTim News diperbarui 08 Jun 2024, 20:55 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2024, 20:55 WIB
Menteri Agama (Menag) RI sekaligus Amirul Hajj Yaqut Cholil Qoumas saat mengunjungi KKHI di Arafah.
Menteri Agama (Menag) RI sekaligus Amirul Hajj Yaqut Cholil Qoumas saat mengunjungi KKHI di Arafah. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Liputan6.com, Jakarta - Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja (Daker) Makkah menyiapkan empat tim tenaga kesehatan yang akan bertugas melayani jemaah saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

"Untuk persiapan Armuzna khususnya Daker Makkah, kita menyediakan ada empat tim," ujar Kepala KKHi Daker Makkah Dr Enny di Makkah, Arab Saudi, Sabtu (8/6/2024).

Pertama, yakni tim Bawah Kendali Operasi (BKO) Arafah. Tim ini akan berjaga pada pos-pos kesehatan di Arafah dengan 26 personel yang terdiri dari dokter, perawat, apoteker, dan tenaga lainnya.

Kedua, tim Muzdalifah yang nantinya akan bertanggung jawab pada titik-titik pos kesehatan di Muzdalifah dengan 32 personel dan terdiri dari dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain.

"Nanti ada 11 pos, ini tenaganya dari KKHI," kata Enny, seperti dikutip dari Antara.

Ketiga yaitu tim safari wukuf untuk jemaah haji yang sakit. Tim ini akan mendampingi jamaah di bus untuk melaksanakan safari wukuf. Setiap bus yang ditumpangi jamaah Indonesia akan diisi satu dokter dan dua perawat.

Terakhir yakni tim KKHI. Tim tersebut akan menjaga jamaah yang sakit di KKHI, khususnya peserta calon haji yang kondisi kesehatannya sudah tidak memungkinkan untuk dibawa menggunakan kendaraan (transportable) untuk safari wukuf.

Sementara untuk ambulans, KKHI menyiapkan 16 unit yang akan melayani jamaah haji Indonesia selama masa puncak haji di Armuzna.

Enny kembali mengimbau kepada jemaah haji Indonesia untuk menjaga kondisi kebugaran jelang puncak haji. Jamaah diminta untuk banyak beristirahat dan makanan secara teratur, agar kondisi badannya fit.

Siapkan Safari Wukuf

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memfasilitasi ratusan jemaah yang sakit untuk melakukan safari wukuf di Arafah
Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memfasilitasi ratusan jemaah yang sakit untuk melakukan safari wukuf di Arafah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)

Sebelumnya diberitakan, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyiapkan pelaksanaan safari wukuf bagi jemaah lanjut usia (lansia) non-mandiri dan disabilitas. Hal ini dilakukan jelang menghadapi puncak ibadah haji di Arafah.

Persiapan pelaksanaan safari wukuf melibatkan petugas dari unsur layanan lansia dan disabilitas, tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama Pada Jemaah Haji (PKP3JH), serta Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).

Anggota Media Center Haji (MCH) Kementerian Agama (Kemenag) Widi Dwinanda mengatakan, pada tahun ini PPIH mengalokasikan 27 jemaah dari setiap sektor untuk program safari wukuf lansia non-mandiri.

Menurut dia, kuota tersebut telah mempertimbangkan jumlah petugas yang akan mendampingi jemaah yang disafariwukufkan.

"Petugas akan mengurus jemaah tersebut, termasuk memandikan, menyuapi, dan kebutuhan individu lainnya. Pelaksanaan safari wukuf lansia non-mandiri dilaksanakan tanggal 6 sampai dengan 17 Zulhijah 1445 H," kata Widi dikutip dari siaran persnya, Sabtu (8/6/2024).

Kriteria Jemaah yang Bisa Disafariwukufkan

Safari wukuf merupakan program yang difasilitasi Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk jemaah haji Indonesia yang tidak bisa melaksanakan rukun haji secara mandiri.
Safari wukuf merupakan program yang difasilitasi Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk jemaah haji Indonesia yang tidak bisa melaksanakan rukun haji secara mandiri. (MCH PPIH Arab Saudi 2023)

Dia menjelaskan, PPIH telah menentukan persyaratan jemaah haji lansia dan disabilitas yang akan mengikuti safari wukuf lansia non-mandiri. Adapun kriterianya adalah:

Pertama, jemaah haji lansia dan disabilitas yang tidak mandiri (tirah baring) dalam melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan dasar (makan, minum, mandi, mobilisasi).

"Kedua, jemaah haji lansia dan disabilitas yang tidak bisa berjalan/pengguna kursi roda karena sakit yang memerlukan perawatan lebih lanjut (home care)," katanya.

"Ketiga, jemaah haji lansia dan disabilitas yang memiliki komorbid penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, stroke (sedang-berat)," sambung Widi.

Keempat, jemaah haji lansia dan disabilitas yang pulang perawatan dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dengan kelemahan.

"Dan kelima, jemaah haji lansia dan disabilitas sesuai dengan kriteria risiko tinggi yang ditentukan petugas kloter," ujar Widi.

Infografis Alur Layanan Safari Wukuf Lansia Non-Mandiri
Infografis Alur Layanan Safari Wukuf Jemaah Haji Lansia Non-Mandiri. (Foto: Kemenag)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya