Pemerhati Pangan Dukung Rencana Ekspansi Bulog di Kamboja

Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) berencana mengakuisisi perusahaan beras di Kamboja agar dapat menambah cadangan pangan nasional serta memperluas peluang pasar ekspor ke luar negeri.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 21 Jun 2024, 06:33 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2024, 08:11 WIB
Ratusan Ribu Ton Beras Tak Terpakai di Gudang Bulog
Pekerja saat mengangkut karung berisi beras di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Kelapa Gading, Kamis (18/3/2021) (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) berencana mengakuisisi perusahaan beras di Kamboja agar dapat menambah cadangan pangan nasional serta memperluas peluang pasar ekspor ke luar negeri.

Menanggapi hal itu, Rektor Universitas Triguna Bogor sekaligus Pemerhati Pangan Nasional, Octaria Vadilla Supratman mengatakan rencana tersebut bisa memberikan kepastian soal stok beras dalam negeri.

"Saya kira ini merupakan rencana yang baik dan patut didukung, karena akan memberikan kepastian mengenai ketersediaan pasokan beras nasional dan memberikan potensi pasar luar negeri," kata Octa.

Namun Octa mewanti, agar Bulog tetap memprioritaskan produksi dalam negeri dengan memaksimalkan penyerapan beras dari petani lokal. Tujuannya, agar memberi kepastian harga pascapanen bagi para petani Indonesia.

“Sehingga hal ini dapat menjaga stabilitas harga beras nasional,” jelas dia.

Octa meyakini, peran G to G sangat diperlukan dalam upaya B to B untuk mendukung hilirisasi pada komoditas beras tersebut. Pasalnya, dengan mengakuisisi perusahaan Kamboja, potensi pasar ekspor akan terbuka.

Langkah Strategis

Sebelumnya diberitakan, Perum BULOG akan melaksanakan langkah strategis melalui kerjasama ekonomi dan investasi pangan dengan negara Kamboja, guna menjaga stabilitas pangan dan melakukan keunggulan kompetitif rantai pasok beras.

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menyampaikan penugasan pemerintah untuk melakukan investasi pangan ke Kamboja bukan hanya tentang memperluas jangkauan geografis, tetapi juga tentang mewujudkan keunggulan kompetitif rantai pasok beras sehingga ketahanan pangan di Indonesia dapat terwujud.

"Hal ini sesuai dengan salah satu visi transformasi kami, untuk menjadi pemimpin rantai pasok pangan terpercaya," jelasnya.

Berdasarkan KSA BPS, diperkirakan pada Juni 2024, produksi beras mulai menurun menjadi 2,12 juta ton. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi penurunan produksi beras adalah krisis iklim.

"Kami siap melaksanakan penugasan tersebut, termasuk melakukan komunikasi dengan beberapa pelaku usaha beras di sana. Kerjasama perdagangan beras yang baik dan telah terjalin dengan Kamboja selama ini, diharapkan dapat meningkat sejalan dengan rencana kerjasama ekonomi dan investasi pangan Perum BULOG di sana," kata Bayu.

Infografis: Masjid-Masjid Besar di Indonesia
Infografis: Masjid-Masjid Besar di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya