Jokowi Sebut Medsos Bikin Semua Orang Bisa Jadi Wartawan Tanpa Ada Redaksi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut era digital membuat masyarakat semakin mudah mendapat informasi. Hal ini juga membuat media konvensional yang memiliki redaksi menjadi terdesak, sebab semua orang dapat melaporkan dan mendapatkan informasi melalui media sosial.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 09 Sep 2024, 00:15 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2024, 00:15 WIB
Kegiatan Presiden Jokowi Ajak Delegasi KTT G20 ke Hutan Mangrove
Presiden Indonesia Joko Widodo menunjukkan area pembibitan mangrove kepada wartawan sebagai bagian dari rangkaian agenda pertemuan KTT G20 di Hutan Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Indonesia, Rabu (16/11/2022). Agenda di Taman Hutan Raya Mangrove Ngurah Rai Bali merupakan bagian dari tema yang dipilih Presiden Joko Widodo dalam pelaksanaan KTT soal menangani krisis iklim. (Bay Ismoyo/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut era digital membuat masyarakat semakin mudah mendapat informasi. Hal ini juga membuat media konvensional yang memiliki redaksi menjadi terdesak, sebab semua orang dapat melaporkan dan mendapatkan informasi melalui media sosial.

"Media konvensional yang beredaksi mulai terdesak, yang dominan adalah media sosial, media online dan semua orang bisa menjadi wartawan, citizen journalism, tanpa ada dewan redaksi," ujar Jokowi saat membuka MTQ Tingkat Nasional ke-30 di Kota Samarinda, sebagaimana disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden, Minggu (8/9/2024).

Untuk itu, dia mengingatkan masyarakat harus mampu menyaring berita yang sesuai fakta dan hoaks atau berita bohong. Pasalnya, banyak masyarakat yang menyebarkan informasi di media sosial tidak memiliki dewan redaksi untuk memfilter berita hoaks dan benar.

"Setiap pembaca berita media sosial harus mampu untuk menjadi redaksi bagi dirinya sendiri, harus mampu menyaring berita mana yang baik dan mana yang tidak baik, harus cek dan recheck mana yang benar dan mana yang hoaks atau berita bohong," ujar Jokowi.

Di tengah banyaknya berita hoaks, Jokowi menuturkan masyarakat membutuhkan pegangan moral yang kuat yakni, agama. Dengan begitu, masyarakat dapat menyaring informasi yang beredar di medsos

"Di sinilah pentingnya Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Dan melalui MTQ ini tidak hanya menampilkan kemampuan dan keindahan membaca Alquran, tetapi juga momentum untuk mengagungkan Alquran, membumikan ajaran-ajaran Alquran, memperkuat moral dan spiritual bangsa dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara," tutur Jokowi.

Dalam kesempatan ini, Jokowi memuji pelaksanaan MTQ Tingkat Nasional ke-30 di Samarinda yang menggunakan inovasi digital. Dia berharap para peserta dapat menerapkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, perdamaian, dan persatuan dalam Alquran dalam kehidupan kita sehari-hari.

"Melalui MTQ ini kita mengedukasi diri kita sendiri untuk mencintai Alquran, beragama secara humanis dan terbuka, menyempurnakan akhlak bangsa hidup dalam kebersamaan, hidup dalam kerukunan, hidup dalam persatuan untuk membangun kemajuan bangsa dan negara kita," pungkas Jokowi.

Wawancara Settingan Jokowi Jadi Sorotan, Wartawan Sungguhan Tidak Dilibatkan

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Dok Humas Sekretariat Kabinet RI/Oi)

Sejumlah momen wawancara cegat atau doorstop Presiden Jokowi yang dilakukan oleh sejumlah orang di Istana Kepresidenan tengah menjadi  sorotan. Penyebabnya karena doorstop yang biasanya dilakukan oleh para wartawan Istana, namun dalam momen ini justru dilakukan oleh para pegawai Biro Pers Istana, yang seolah-olah seperti wartawan tengah mewawancarai presiden.

Alhasil, keterangan pers yang tampak dalam sejumlah video itu pun terlihat seolah-olah Jokowi tengah menjawab pertanyaan para wartawan. Padahal, pelempar pertanyaan adalah para Aparatur Sipil Negara (ASN) Istana. Momen doorstop settingan ini pun langsung menuai sorotan.   

Dalam video yang ramai beredar, tampak Jokowi baru keluar dari ruangannya lalu menghampiri mik dan handphone yang sudah ramai berjejer. Hal ini biasanya dilakukan awak media apabila bertemu dan bertanya narasumber di luar ruangan.

Lalu, muncul pertanyaan dari orang-orang yang diduga bukan lah wartawan. Momen itu terjadi pada 21 Agustus 2024, dimana penanya menanyakan soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait perubahan syarat pilkada kepada Jokowi.

Wawancara Pura-pura Terkait Putusan MK

Momen pura-pura doorstop ini kembali terjadi pada 27 Agustus 2024, dimana Jokowi memberikan keterangan pers soal aksi demonstrasi dan pembatalan pengesahan RUU Pilkada oleh DPR. Dari penampakan video yang beredar, wawancara yang diduga dilakukan oleh Staf Biro Pers Istana itu dilakukan di teras Istana Merdeka Jakarta. 

"Pak, ada tanggapan terkait sejumlah demo yang terjadi belakangan ini dan bagaimana juga dengan mahasiswa yang masih ditahan?" demikian bunyi pertanyaan pertama yang dilontarkan. 

Jokowi pun langsung menjawab pertanyaan dengan lugas. Terlihat beberapa kali melempar senyum di sela jawaban yang disampaikan. Dan sesekali menatap ke kamera.  

Isu terkait unjuk rasa mengawal putusan MK terkait ambang batas dan syarat usia di pilkada ini memang sedang hangat terjadi di masyarakat. Beberapa pengunjuk rasa saat itu masih ditahan polisi. 

Jika menyaksikan video dari Youtube Sekretariat Presiden, terdapat beberapa mik dan handphone untuk merekam pernyataan Jokowi dalam sesi wawancara itu.

Namun, tak tampak label statiun televisi dalam mik tersebut sebagaimana yang biasa digunakan oleh para wartawan ketika bertugas. Pertanyaan yang diajukan pun hanya satu hingga dua pertanyaan. 

Tidak ada suara-suara gaduh wartawan yang berebutan untuk mencoba menggali pertanyaan kepada Jokowi.

Kata Istana Soal Wawancara Settingan Jokowi

Saat wawancara settingan dilakukan, wartawan sebetulnya berada di Ruang Wartawan Istana Kepresidenan Jakarta. Hanya saja, wartawan tidak diajak wawancara dengan Jokowi dan tak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.

Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana membantah wawancara Jokowi itu gimmick . Dia mengeklaim wawancara tersebut sama saja dengan keterangan pers, meski bukan dilakukan dengan wartawan resmi.

"Tidak ada gimmick apalagi settingan. Bukankah itu dalam rangka memberikan keterangan pers," jelas Yusuf kepada wartawan, Jumat (30/8/2024).

Infografis Jokowi dan Keluarga Dilaporkan Kolusi-Nepotisme ke KPK. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jokowi dan Keluarga Dilaporkan Kolusi-Nepotisme ke KPK. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya