Cuaca Jabodetabek Hari ini 19 September 2024: Mayoritas Wilayah Jakarta Berawan

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca hari ini di Jakarta pagi, Kamis (19/9/2024) diprakirakan mayoritas berawan.

oleh Hisyam Adyatma diperbarui 19 Sep 2024, 06:15 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2024, 06:15 WIB
BNI City Tower.
BNI City Tower. Gedung ini termasuk gedung pencakar langit yang pertama kali hadir di Indonesia. (Dok wisma46.com)

Liputan6.com, Jakarta Langit pagi hari Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi seluruhnya diprediksi berawan cerah hingga tebal, kecuali Kota Depok yang diprediksi akan berkabut pada Kamis (19/9/2024).

Berdasarkan laporan cuaca yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Jakarta di siang nanti diprediksi keseluruhannya berawan cerah hingga tebal. 

Sementara itu, cuaca Jakarta di malam hari juga diprakirakan seluruhnya berawan cerah hingga tebal, tanpa ada hujan sama sekali. 

Wilayah penyangganya yaitu Bekasi, Depok, dan Bogor pada siang sampai malam hari diprediksi BMKG akan cerah berawan. 

Lalu, langit di Kota Tangerang pada siang sampai malam hari diprediksi akan berawan.

Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:

 Kota  Pagi  Siang   Malam 
 Jakarta Barat  Berawan  Berawan   Berawan 
 Jakarta Pusat   Berawan  Berawan   Berawan 
 Jakarta Selatan   Berawan  Cerah Berawan   Cerah Berawan 
 Jakarta Timur   Berawan  Cerah Berawan   Berawan 
 Jakarta Utara   Berawan  Berawan  Berawan 
 Kepulauan Seribu   Berawan Tebal   Berawan Tebal  Berawan Tebal
 Bekasi   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan 
 Depok   Kabut  Cerah Berawan   Cerah Berawan 
 Kota Bogor   Cerah Berawan  Cerah Berawan   Cerah Berawan
 Tangerang  Berawan Tebal  Berawan   Berawan

Dunia Catat Rekor Suhu Paling Panas Tahun 2024, Ada yang Sampai 52 Derajat Celcius

Gelombang Panas El Nino Jakarta
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif membuat musim kemarau tahun ini lebih kering dengan tingkat curah hujan rendah sampai sangat rendah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Ahli iklim mengungkapkan bahwa sebanyak 15 rekor panas nasional telah dipecahkan sejak awal tahun 2024, sebagian besar akibat cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi dan kerusakan iklim yang semakin parah.

Selain itu sebanyak 130 rekor suhu nasional bulanan juga telah dipecahkan bersama dengan puluhan ribu suhu tinggi lokal yang tercatat di stasiun pemantauan dari Kutub Utara hingga Pasifik Selatan.

Maximiliano Herrera mengatakan jumlah rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam enam bulan pertama 2024 sungguh mencengangkan.

"Jumlah peristiwa panas ekstrem ini melampaui apa pun yang pernah terlihat atau bahkan dianggap mungkin sebelumnya," katanya, seperti dilansir The Guardian, Jumat (16/8/2024).

"Bulan-bulan dari Februari 2024 hingga Juli 2024 telah menjadi bulan-bulan dengan rekor terbanyak untuk setiap statistik."

Fenomena ini mengkhawatirkan karena panas ekstrem tahun lalu sebagian besar dapat dikaitkan dengan kombinasi pemanasan global buatan manusia – yang disebabkan oleh pembakaran gas, minyak, batu bara, dan pohon – dan fenomena El Nino alami, pemanasan permukaan Samudra Pasifik tropis yang dikaitkan dengan suhu yang lebih tinggi di banyak bagian dunia.

 

 

Makin Memburuk, Indonesia Berisiko Hadapi Dampak Perubahan Iklim

6 Istilah tentang Perubahan Iklim dan COP26 yang Perlu Diketahui
Ilustrasi seruan untuk mengatasi perubahan iklim. (dok. Markus Spiske/Unsplash.com)

Indonesia menghadapi ancaman serius dari perubahan iklim, sebagaimana ditunjukkan oleh data dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). 

Sejak 1981 hingga 2018, terjadi peningkatan suhu sebesar 0,03 derajat C per tahun. Disertai kenaikan permukaan air laut sebesar 0,8-1,2 cm per tahun. Catatan ini disinyalir hadi ancaman signifikan, mengingat 65 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir. 

Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendra Gunawan mengatakan, data-data tersebut menegaskan perubahan iklim bukan lagi ancaman di masa depan. Melainkan tantangan yang sudah terjadi dan akan terus memburuk tanpa langkah mitigasi yang tepat.

"Kalau kita lihat dari Global Climate Risk Index, ini indeks kerentanan suatu negara terhadap dampak perubahan iklim, Indonesia menduduki peringkat ke-14. Jadi negara kita cukup rentan terhadap perubahan iklim. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memang sangat rentan terhadap risiko dan dampak perubahan iklim," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/9/2024).

Hendra juga mengungkit catatan World Energy Council, Indonesia memiliki lima variasi sumber energi. Untuk menghadapi tantangan ini, Indonesia harus seimbang dalam menjaga energy security, energy equity, dan keberlanjutan lingkungan. 

"Saat ini, kita berada di peringkat 58 dari 126 negara. Ini menunjukkan bahwa kita masih berada di papan tengah, sehingga perlu ada upaya untuk memperbaiki posisi ini agar indeks kita semakin baik," lanjut Hendra.

 

Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya