Profil Paslon Walikota dan Wakil Walikota di Pilkada Semarang yang Diusing KIM PLUS vs PDIP

Liputan6.com, Jakarta Semarang semakin memanas jelang Pilkada 2024. Dua pasangan calon dipastikan bersaing untuk memperebutkan kursi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang. Pilkada ini tak hanya menjadi ajang politik lokal, tetapi juga mencerminkan dinamika politik nasional, dengan masing-masing kubu didukung oleh kekuatan besar partai politik.

Pasangan Agustina Wilujeng Pramestuti-Iswar Aminuddin yang diusung oleh PDI Perjuangan akan menghadapi pasangan Yoyok Sukawi-Joko Santoso, yang diusung oleh koalisi sembilan partai. Persaingan ini menjadi sorotan publik karena kedua pasangan membawa visi besar untuk Kota Semarang ke depan.

Ketua KPU Kota Semarang Ahmad Zaini menyebut, "Hingga hari terakhir pendaftaran, hanya dua pasangan calon yang mendaftar. Dengan ini, kecil kemungkinan ada calon lain yang muncul," ujarnya saat diwawancarai. Dengan hanya dua pasangan calon, warga Semarang dihadapkan pada pilihan yang jelas untuk menentukan masa depan kotanya.

Agustina Wilujeng Pramestuti dikenal sebagai politikus senior PDI Perjuangan dengan pengalaman panjang di legislatif. Lahir di Semarang, 11 Agustus 1971, ia mengawali karier politik sejak bergabung dengan ranting PDI Perjuangan di Srondol Wetan tahun 1989. Gelar akademiknya mulai dari S-1 hingga S-3 diperoleh dari Universitas Diponegoro dan Universitas Islam Sultan Agung.

Karier Agustina tidak hanya berputar di politik, tetapi juga organisasi sosial. Ia menjabat sebagai Bendahara DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah sekaligus penasihat DPP IKA Undip. "Saya berkomitmen menjadikan Semarang kota yang ramah, modern, dan berdaya saing global," ujar Agustina.

Sementara itu, Iswar Aminuddin adalah sosok birokrat berpengalaman yang kini menjabat sebagai Sekda Kota Semarang. Dengan latar belakang pendidikan di Teknik Sipil dan Perencanaan Wilayah, ia membawa keahlian teknokratis untuk mendukung visi Agustina.

Yoyok Sukawi, atau Alamsyah Satyanegara Sukawijaya, adalah sosok yang dikenal luas sebagai CEO PSIS Semarang. Dengan latar belakang di bidang manajemen, ia membawa pengalaman sebagai anggota DPR RI dari Partai Demokrat. "Kami ingin menghadirkan pemerintahan yang transparan dan inklusif," kata Yoyok.

Pasangannya, Joko Santoso, adalah politisi kawakan Gerindra dan mantan pimpinan DPRD Kota Semarang. Ia dikenal memiliki jaringan politik yang kuat di tingkat lokal. Dengan kombinasi ini, pasangan Yoyok-Joko mengusung visi perubahan besar bagi Semarang.

Pasangan Agustina-Iswar didukung penuh oleh PDI Perjuangan, partai penguasa di Jawa Tengah. Sementara itu, pasangan Yoyok-Joko mendapat dukungan besar dari koalisi sembilan partai, termasuk Demokrat, Gerindra, dan NasDem.

Ahmad Zaini dari KPU Semarang menjelaskan, "Semua partai yang memiliki kursi di DPRD telah memberikan dukungannya, sehingga tidak mungkin ada calon lain yang muncul." Dengan konfigurasi ini, Pilkada Semarang menjadi ajang pertarungan ideologi dan strategi politik.

Pasangan Agustina-Iswar mengusung tema "Semarang untuk Semua" dengan fokus pada pembangunan infrastruktur berkelanjutan dan pelayanan publik. "Kami ingin memastikan kesejahteraan masyarakat melalui tata kelola yang profesional," ungkap Agustina.

Sebaliknya, pasangan Yoyok-Joko menawarkan perubahan dengan slogan "Semarang Bangkit." Mereka fokus pada ekonomi kreatif, pemberdayaan UMKM, dan penataan kota yang lebih modern.

Pilkada Semarang tidak hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga menjawab tantangan besar kota ini, seperti kemacetan, banjir, dan pemerataan pembangunan. Kedua pasangan diharapkan mampu menjawab isu-isu tersebut.

Menurut pengamat politik lokal, persaingan ini cukup ketat karena masing-masing pasangan membawa basis massa yang solid. Namun, pilihan masyarakat akan sangat bergantung pada strategi kampanye yang mereka jalankan.

Pasangan calon adalah Agustina Wilujeng Pramestuti-Iswar Aminuddin (nomor urut 1) dan Yoyok Sukawi-Joko Santoso (nomor urut 2).

Agustina-Iswar diusung oleh PDI Perjuangan, sementara Yoyok-Joko didukung oleh koalisi sembilan partai, termasuk Demokrat, Gerindra, dan PKS.

Agustina-Iswar fokus pada infrastruktur dan pelayanan publik, sedangkan Yoyok-Joko menitikberatkan pada ekonomi kreatif dan pemberdayaan UMKM.