Perginya Sang Pakar `X-Files` Indonesia

Tak ada lagi sosok 'detektif' ala serial televisi terkenal dari Amerika Serikat X-Files di Indonesia. Dunia forensik pun berduka...

oleh Tan diperbarui 28 Sep 2013, 00:07 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2013, 00:07 WIB
munim-doa-130927c.jpg
Tak ada lagi sosok 'detektif' ala serial televisi terkenal dari Amerika Serikat 'X-Files' di Indonesia. Tanah Air kehilangan sosok penting, yang bekerja untuk mengungkap kebenaran di balik kasus berbuntut kematian. Ya, Dokter ahli forensik Rumah Sakit Ciptomangunkusomo (RSCM) Abdul Mun'im Idries telah wafat, ia menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 66 tahun pada Jumat (27/9/2013) pukul 02.45 WIB.

Mun'im kemudian disemayamkan di bagian forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Salemba. Pria yang lahir di Pekalongan, 25 Mei 1947 ini akan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Tebet, Jakarta, usai salat Jumat.

Suasana duka dan haru menyelimuti proses pemakaman ahli forensik Abdul Mun'im Idries di TPU Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan.

Tak hanya keluarga besar, Indonesia juga kehilangan salah satu putra terbaiknya di bidang kedokteran, khususnya bidang forensik. Diantar ratusan sahabat, kerabat, dan keluarga besar, jenazah Mun'im dimakamkan. Anak-anak, cucu, dan istri almarhum tak mampu membendung deraian air mata.

Di meja autopsi, Mun'im mungkin bak 'pendekar' yang mengungkap banyak kasus. Sejumlah kasus yang menyedot perhatian masyarakat pernah ditanganinya. Namun, sang dokter yang kerap mengenakan jaket hitam dan topi itu harus kalah dengan kanker pankreas yang merenggut hidupnya.

Berdasarkan data dari dokter yang menanganinya dr. Priyambodho Sp. An di Jakarta, Mun'im menderita diabetes selama 10 tahun, jantung koroner (coronary arterial disease) selama tiga tahun, dan keganasan kanker pankreas selama 3 hari.

Berbagai penyakit yang diderita oleh Mun'im juga dibernarkan oleh anaknya, Elita Mirnawaty. Ia menjelaskan bahwa bapaknya meninggal dunia akibat mengalami komplikasi penyakit.

"Awalnya didiagnosa hepatitis, tapi setelah di USG ternyata ada batu di empedu. Lalu Kamis minggu berikutnya, tadinya kalau batu empedu mau ditembak. Ternyata bukan batu, itu adalah kanker pankreas," kata putri almarhum, Elita Mirnawaty di ruang Jenazah RSCM, Salemba, Jakarta Pusat.

Ratusan orang pun melayat ahli forensik terkemuka itu. Akibatnya, puluhan mobil berjejer, parkir di kedua bahu Jalan Salemba dan Kramat Raya. Jalan tetap bisa dilalui, hanya lalu lintas sedikit tersendat.

Tak hanya para kerabat, sahabat dan mahasiswanya yang datang melawat. Kapolri Jenderal Timur Pradopo juga menyelawat.

Ahli yang Salah Jurusan

Sang Ahli Forensik Abdul Mun'im Idries yang 'salah jurusan', karena tak kesampaian melanjutkan studi di bidang Kimia dan nyemplung ke kedokteran, ternyata memiliki kenangan tersendiri bagi orang-orang yang ditinggalkan.

Seperti dari istrinya, Kiswati Ratu Mustika yang mengenakan pakaian warna hijau dan kerudung hitam tampak dipapah karena lemas saat pemakaman. Ia mengungkapkan jika suaminya itu adalah sosok pria yang tak romantis.

Menurut Kiswati, Mun'im adalah pribadi yang tertutup soal pekerjaan. Mendiang suaminya itu tak pernah menceritakan mengenai kasus yang tengah ditanganinya. Tak pernah juga Mun'im menyatakan perasaannya secara langsung.

"Dia itu enggak pernah menyatakan seperti 'Saya sayang kamu'. Enggak ditampakkan," tutur Kiswati.

Sebagai seorang tenaga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), adik kandung psikolog Dadang Hawari dikenal sebagai sosok yang penyabar dan disiplin.

"Dia orang yang sangat penyabar. Namun disiplin dalam mentransfer ilmunya," ujar salah seorang mahasiswi FKUI, Sumi (25) di Rumah Duka FKUI, Salemba Raya, Jakarta Pusat.

Sementara menurut sahabat-sahabatnya, Mun'im dikenal sebagai sosok 'kakek' yang bisa menyimpan rahasia. Sedangkan bagi Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo, Muni'm yang kala muda gemar main band itu, sangat ia kagumi. Menurutnya, almarhum merupakan salah satu pakar forensik terbaik di Indonesia, yang tak bisa dipisahkan dari institusi kepolisian.

Bagi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo, dirinya mengaku pernah mendapat pesan khusus dari almarhum.

"Beliau pernah menitipkan kepada saya kata-kata, 'mas kalau anda benar, kalau anda yakin sesuai dengan pengetahuan katakanlah. Apapun resikonya'," kata Roy di sela pemakaman Mun'im di TPU Menteng Pulo, Jakarta.
 
Roy menilai almarhum adalah sosok yang memiliki integritas yang tinggi.

Pengungkap Kasus Teri Hingga Kakap

Sebutan X-Files yang melekat pada Abdul Mun'im Idries muncul dari buku yang ia tulis. Judulnya "Indonesia X-File" , yang berisikan kasus-kasus kematian yang menyedot perhatian masyarakat dan ia tangani.

Kasus dalam lembara-lembaran karya tulis yang dibukukan itu sangat beragam, mulai dari kasus kelas teri hingga kakap. Mulai dari kasus autopsi masyarakat umum hingga tokoh-tokoh besar. Salah satunya mengenai kematian Proklamator Indonesia Soekarno alias Bung Karno.

Dalam buku tersebut, Mun'im mengatakan Bung Karno meninggal karena sejumlah penyakit yang diidap, yaitu ginjal dan jantung. Dalam buku itu, Mun'im menulis ginjal Bung Karno tinggal 1 buah. Dengan mengutip keterangan Rachmawati, 1 ginjal Bung Karno telah diangkat di Wina, Austria, pada 1960. Satu ginjal Bung karno itu hanya berfungsi 25% saja.

Namun, menurut Mun'im, tak hanya itu saja yang menjadi penyebab kematian Bung Karno. Selain faktor fisik, ternyata ada faktor psikologis yang turut andil dalam kematian Bung Karno. Selama Orde Baru, Bung Karno harus menjalani tahanan rumah. Soekarno diisolasi, dijauhkan dari rakyatnya.

Mun'im juga mengautopsi jenazah gembong teroris Noordin M Top. Salah satu fakta menarik yang diungkap Mun'im, adalah ciri khusus yang ditemukan dubur teroris yang tewas dalam baku tembak di Kampung Kepohsari, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, pada September 2009.

Ia mengungkapkan ada kelainan. Dari ciri yang ditemukan, Noordin M Top diduga mengalami penyimpangan seksual.

"Ada berbentuk corong di duburnya," kata Mun'im Idries kala itu. Mun'im mengatakan, tanda-tanda seperti itu menandakan seseorang sering disodomi. Namun saat itu, Mun'im tidak memastikan dugaannya ini.

Kasus menarik lain, adalah ketika menangani jenazah Fernando Helio Perada pada tahun 2000 silam. Fernando yang merupakan rekan Hercules Rosario Marshal tewas setelah ditikam. Setelah selesai mengautopsi, ia malah sempat disandera Hercules yang tak terima jasad rekannya terdapat banyak luka jahitan. Ia pun kembali membuka sa tu-persatu jahitan itu, padahal sudah melakukan autopsi sesuai prosedur.

Atas perlakuan hercules dan kawan-kawannya, sang The X- Files Indonesia itu pun sempat mogok selama 3 hari karena trauma.

Kematiannya juga meninggalkan misteri bagi keluarga Antasari Azhar. Kata kuasa hukum Antasari, pria kelahiran Pekalongan 66 tahun silam ini baru saja menulis buku X-Files: Mengungkap Fakta Kematian Bung Karno Sampai Munir, namun tiba-tiba saja 'pergi'.

"Tapi kok tiba-tiba meninggal? Beliau juga membuat buku X-Files. Terus terang menimbulkan misteri bagi kami," ungkap Boyamin.

Kasus pembunuhan yang melibatkan Antasari Azhar memang memiliki kaitan dengan Mun'im. Dia dijadikan saksi ahli untuk mengusut misteri kasus penembakan terhadap Direktur PT Putra Rajawali Nasrudin Zulkarnaen.

Dalam penyelidikannya, Mun'im Idris mengatakan ada kejanggalan terhadap kematian Nasrudin. Salah satunya adalah jumlah peluru yang berada di tubuh Nasrudin.

Tuhan memang telah memberikan tempat yang terbaik untuk Mun'im, yang sempat dibawa ke instalasi gawat darurat (IGD) pada 7 Juli 2013 akibat penyakit yang dideritanya kemudian dipindahkan ke ruang rawat di gedung A lalu ke gedung ICU pada 24 September karena sempat kritis setelah menjalani operasi. Kondisinya pun sempat membaik pasca operasi terakhir, namun tak disangka ia malah menhembuskan napas terakhir.

Ahli Forensik yang senang memakai jaket hitam dan bertopi itu meninggalkan istri, 6 anak, 9 cucu dan 1 cicit untuk selama-lamanya. Ia sudah 'pergi' dengan tenang menghadap Sang Khalik. (Tnt/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya