`Kerja Maut` si Gadis Copywriter

Meninggalnya Mita Diran menjadi pekerjaan rumah bagi sistem ketenagakerjaan, khususnya di dunia advertising.

oleh Aditya Eka Prawira pada 17 Des 2013, 00:09 WIB
Diperbarui 25 Jan 2017, 08:26 WIB
mita-diran-131216b.jpg
"30 hours of working and still going strooong." Itulah status terakhir Mita Diran melalui akun Twitternya, @mitdoq yang ditulisnya pada pukul 05.47 WIB, Sabtu 14 Desember 2013.

Sehari setelah menulis di Twitter tersebut, teman-teman di Twitter-nya dikagetkan dengan kabar meninggalnya Mita pada Minggu 15 Desember 2013. Kabar ini cukup menghebohkan dunia maya, khususnya di jejaring sosial Twitter.

Perempuan berumur 27 tahun yang berprofesi sebagai copywriter di agency Y&R (Young & Rubicam) Asia itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Status terakhir di Twitter-nya tersebut menguak penyebab utama dia harus pergi selama-lamanya. Mita diduga mengalami kelelahan setelah bekerja selama 30 jam nonstop.

Sebelum ramai di Twitter, kabar duka ini muncul untuk pertama kalinya di jejaring sosial Path. Sang ayah, Yani Syahrial mengabarkan gadis kesayangannya telah tumbang dan harus dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP).

"Hi everyone, since last night and until now my daughter who is a copywriter in Y&R in coma in RSPP. Chances not very good. She collapsed after continuous working overtime for 3 days last night. Working over the limit. I have not slept since then," tulis Yani di Path-nya.

Sebelum masuk ke rumah sakit, Mita memang sempat pulang ke rumahnya untuk sekedar mandi setelah 30 jam bekerja. Ia juga berpamitan untuk bertemu temannya dari Singapura. Belum ada beberapa jam Mita keluar rumah, kabar buruk diterima keluarga. Mita pingsan, dan segera dibawa ke RSPP.

"Setelah Mita pingsan, dibawa ke RSPP, dan koma. Tidak sampai 24 jam, Mita meninggal dunia," kata salah seorang sahabat dekat ayahanda Mita, Handoko Hendroyono.

Kabar meninggalnya Mita dibenarkan pihak Y&R Group Indonesia, tempat Mita bekerja. Bahkan, demi menghormati Mita yang dikenal sebagai karyawati murah senyum dan ceria ini, Y&R Group Indonesia meliburkan seluruh karyawanya selama sehari.

Semua karyawan Y&R Group Indonesia mengantarkan jenazah gadis cantik itu ke peristirahatan terakhir, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut pada Senin 16 Desember pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Namun, hingga Selasa 16 Desember sore, belum ada pernyataan resmi dari pihak Y&R Group Indonesia terkait meninggalnya Mita.

Dehidrasi Berujung Kematian

Di Twitter, beberapa teman Mita juga menyebutkan, selama bekerja ekstra tersebut gadis cantik berambut pendek ini sempat mengonsumsi minuman berenergi yang memiliki kafein tinggi. Ditilik dari segi medis, kasus kematian Mita memang kemungkinan besar disebabkan karena mengalami dehidrasi. Dehidrasi yang tidak segera ditangani dapat berakibat fatal, bahkan kematian.

Staf Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSUPNCM, dr H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP mengatakan, jika seorang karyawan lembur tandanya tubuh mengalami kelelahan.

Saat kondisi tubuh lelah, Ari mengimbau agar tidak mengonsumsi minuman berkafein dan segeralah rutin mengonsumsi air putih. Jika tidak, tubuh akan mengalami dehidrasi. Jika sudah dehidrasi, darah di dalam tubuh akan pekat. Akibatnya, penyakit pun dengan mudah masuk ke dalam tubuh, bahkan tak jarang berujung kematian.

"Biasanya akan sakit kepala, emosi yang tak dapat dikontrol, dan ngantuk. Selain itu, buang air kecil dan buang air besar akan susah. Susah buang air besar, akan ada dampak buruk lainnya," kata Ari.

Lantas berapa manusia idealnya bekarja? menurut Ari, jam bekerja maksimal bagi manusia 50 per minggunya. Atau maksimal manusia bekerja sehari 8 jam. Di atas 8 jam kemampuan manusia akan menurun. Konsentrasi manusia akan menurun jika harus bekerja di atas 8 jam, bahkan bisa berisiko pada gangguan memori. Dalam sehari manusia pun harus tidur 8 jam atau minimal 6 jam.

Tuntutan Kerja

Manusia hidup memang harus bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya lebih layak. Namun tak baik jika bekerja terlalu diforsir dan senantiasa memperhatikan kesehatan. Istilah sehat tidak ternilai harganya, bukan hanya menjadi jargon semata, tetapi betul-betul diterapkan dalam keseharian.

Seperti kata Wakil Ketua Komisi IX DPR Nova Riyanti Yusuf. Meninggalnya Mita membuatnya miris. Ia menganalogikan pandangannya bahwa manusia modern bak budak waktu. "Saya perhatikan manusia modern seperti budak waktu, target, dan tenggat. Seperti tidak ada ruang untuk istirahat karena kompetisi," ujar perempuan yang akrab disapa Noriyu itu.

Sebagai anggota dewan yang membidangi ketenagakerjaan, Noriyu pun mendukung langkah hukum jika memang kematian Mita akibat tekanan pihak perusahaan tempat dia berkerja. Pihaknya juga siap memanggil pihak perusahaan Y&R Group Indonesia untuk mengklarifikasi kasus kematian Mita. Karena jika memang ini benar akibat tuntutan pekerjaan, jelas sudah melewati batas kewajaran. Sama halnya perbudakan.

Menurut anggota Komisi IX DPR Djamal Aziz, bila Mita terbukti dipaksa bekerja lebih dari 30 jam maka Komisi IX DPR tidak hanya akan memanggil perusahaan Y&R, tapi mengancam akan memidanakan perusahaan karena jelas ini melanggar aturan ketenagakerjaan.

Kecaman juga dilayangkan dari Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I). P3I juga siap memanggil pihak Y&R. Karena nasib tragis bukan hanya dialami Mita. Banyak kasus serupa yang terjadi di dunia periklanan yang berujung pada kematian. Namun pada praktiknya, banyak perusahaan yang tidak mengindahkan.

"Kasus seperti ini sebenarnya korbannya itu sudah banyak. Tempo hari pun 2 karyawan PH meninggal dunia karena kecelakaan. Kecelakaan terjadi karena keduanya kurang tidur. Akibatnya, mobil masuk ke kali," ujar salah satu staf P3I yang juga Ketua Bidang Branding dan Advertising Handoko Hendroyono.

Menurut Handoko, di dunia periklanan sendiri memang tidak ada aturan resminya berapa lama karyawan harus lembur. Semuanya dikembalikan kepada klien masing-masing. Persaingan waktu dan harga jadi malapateka sendiri untuk karyawan yang bekerja di bidang itu.

Awasi Minuman Berenergi

Bagi kalangan medis, minuman berenergi justru tidak dianjurkan, apalagi minuman berkafein tinggi jika kondisi tubuh mengalami dehidrasi. Mengonsumsi minuman bernergi secara berlebihan tentu berakibat buruk. Terlebih jika kondisi tubuh dalam keadaan drop, minuman berenergi justru akan memaksa tubuh menggenjot energi yang sudah lemah bekerja lebih aktif.

Maka itu Noriyu selaku Wakil Ketua Komisi IX DPR mengingatkan kepada masyarakat agar berhati-hati mengonsumsi minuman berenergi. Komisi IX juga akan meminta Badan Narkotika Nasional dan BPOM agar mengawasi lebih ketat terhadap minuman berenergi tersebut.

"Melibatkan berbagai pihak, termasuk juga BNN, apabila ternyata zat yang terkandung di dalamnya dapat menimbulkan efek tidak lelah dan pastinya adiktif," tandas Noriyu.

Soal menjaga kesehatan, semua kembali kepada pribadi masing-masing. Semua keputusan ada di tangan pribadi manusia itu sendiri. Namun soal regulasi ketenagakerjaan, tentu stakeholder dalam hal ini jajaran pemerintahan harus lebih tegas mengawasi berbagai aturan yang diterapkan di instansi maupun di kalangan swasta. Jika tidak, tidak menutup kemungkinan akan ada Mita kedua dan seterusnya. (Rmn/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya