WFH Jadi Tren, Karyawan Kini Butuh Perangkat Level Bisnis

Survei menunjukkan banyak yang memilih untuk berinvestasi jangka panjang pada berbagai inisiatif untuk meningkatkan pengalaman dan produktivitas karyawan

oleh Tira Santia diperbarui 01 Jun 2021, 21:11 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2021, 20:32 WIB
Kerja dari Rumah atau WFH.
Kerja dari Rumah atau WFH. Unsplash/ Screenpost

Liputan6.com, Jakarta Pandemi yang berlangsung lebih dari setahun mengubah sistem kerja para karyawan, termasuk di Indonesia. Di mana, bisnis dan organisasi terus beradaptasi dengan kebiasaaan baru, seperti menerapkan kerja dari rumah kepada karyawannya.

Kondisi ini dikatakan juga mengubah berbagai kebutuhan karyawan yang harus ada di rumah. Intel Vice President - Sales, Marketing & Communications Group and Managing Director – APJ Territory Santhosh Viswanathan, menuturkan jika pandemi mendorong penggunaan alat kerja menjadi bertambah.

"Kita bergantian atau malah berebut dengan anggota keluarga lain yang juga membutuhkan laptop untuk bekerja, sekolah atau keperluan lain ketika dalam semalam semua terpaksa harus bekerja dari rumah," jelas dia, Selasa (1/6/2021).

Dia pun mengaku tak heran ketika terjadi lonjakan besar penjualan PC. Pada 2020 tercatat tumbuh 13,1 persen dipicu oleh maraknya bekerja dari rumah, belajar online dan melonjaknya permintaan konsumen, meskipun ada kendala pada rantai pasokan secara global.

Berdasarkan sebuah survei dengan pelanggan dan mitra di kawasan Asia Pasifik, hasilnya menunjukkan banyak yang memilih untuk berinvestasi jangka panjang pada berbagai inisiatif untuk meningkatkan pengalaman dan produktivitas karyawan (44 persen responden), otomatisasi (43 persen) dan layanan cloud (41 persen).

"Kondisi di Indonesia tak jauh berbeda. Misalnya, ketika Telkomtelstra membahas tentang tren untuk tahun 2021 di Indonesia, salah satu tren utama yang diprediksi adalah lonjakan investasi di bidang teknologi digital," tambah dia.

Dia membuktikan jika kini teknologi digital telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Baik untuk menjalankan bisnis, membuat karyawan tetap bekerja dan produktif, memastikan bahwa anak-anak dapat terus menimba ilmu di rumah, berolahraga bahkan untuk mencari hiburan di rumah.

Digitalisasi yang masif di semua aspek kehidupan ini telah mendorong perusahaan-perusahaan Indonesia untuk memandang transformasi digital tidak lagi sebagai eksperimen inovasi, melainkan sebagai infrastruktur utama untuk berbisnis.

Mereka berinvestasi besar-besaran di sektor solusi komunikasi terpadu, termasuk perangkat konferensi video, mempercepat adopsi cloud maupun solusi-solusi teknologi komunikasi lainnya yang menggabungkan perangkat otomatisasi dan digital.

Bahkan sekitar 84 persen pemimpin bisnis di kawasan Asia Tenggara menjadikan hal ini sebagai prioritas utama mereka, melampaui rata-rata global sebesar 74 persen.

Lebih lanjut, survei Gartner yang melibatkan 317 Chief Financial Officer dan direktur keuangan dalam organisasi, menemukan bahwa 74 persen perusahaan berencana menerapkan sistem bekerja dari manapun karyawan berada secara permanen setelah pandemi COVID-19 usai.

"Faktor pendorong terbesar dari perubahan permanen ini adalah tidak adanya kehilangan produktivitas, karena berbagai solusi teknologi membantu membangun kerja sama tim yang efektif dan aman, sekaligus menjaga biaya operasional tetap rendah," jelasnya.

Karena itu, tidak mengherankan jika para pemimpin bisnis kini mulai menyadari bahwa penggunaan perangkat, yang kualitasnya dirancang untuk penggunaan level konsumen (consumer-grade), hanyalah langkah sementara saja.

Gagasan untuk dapat bekerja di manapun berada dengan WiFi memang memberdayakan, tetapi manajer TI sekarang menyadari dengan semakin tersebarnya keberadaan karyawan, maka penggunaan perangkat yang kurang optimal akan mempengaruhi produktivitas sumber daya manusia dan meningkatkan risiko keamanan bagi organisasi.

Jadi bagaimana seseorang bisa mendapatkan kinerja kelas bisnis saat bekerja di manapun mereka berada dari mana saja?

Dikatakan jika di sisi produktivitas, platform komputasi bisnis seperti platform Intel vPro menawarkan kinerja level bisnis begitu dioperasikan.

"Seperti kita ketahui, beberapa organisasi mencoba menghemat biaya dengan menyediakan perangkat yang kualitasnya dirancang untuk penggunaan level konsumen bagi para karyawannya," kata dia.

Tatkala digunakan untuk berbisnis, barulah terasa perangkat level konsumen ini memiliki keterbatasan, di antaranya kurangnya beberapa keamanan perangkat keras bawaan yang biasanya sudah ada di dalam platform bisnis.

Kondisi ini berakibat langsung pada produktivitas dan kinerja jaringan secara signifikan, terutama jika kita perlu terhubung ke jaringan perusahaan yang terpercaya.

Para karyawan yang melakukan konferensi video setiap harinya, memahami bahwa teknologi prosesor terbaru memberikan manfaat kinerja yang nyata dengan adanya fitur akselerasi video dan AI.

Fitur ini menjadikan beragam aplikasi bekerja lebih baik, proses login yang lebih cepat, mengurangi suara bising di latar belakang saat konferensi video hingga masa pakai baterai yang lebih lama.

Dikombinasikan dengan Thunderbolt 4 dan Wi-Fi 6 yang ditingkatkan, juga membuat para karyawan tidak khawatir tentang cara mengkoneksikan perangkat mereka ke beragam periferal atau mendapatkan konektivitas yang sangat cepat, sehingga bisa menggunakan waktu lebih maksimal untuk bekerja.

Pada saat yang sama, perangkat komersial untuk bisnis biasanya dirancang dengan mempertimbangkan masa pakai yang lebih tahan lama.

 

Saksikan Video Ini

Sistem Keamanan

Kerja dari Rumah atau WFH. Unsplash/ Ben Hershey
Kerja dari Rumah atau WFH. Unsplash/ Ben Hershey

Para manajer TI memiliki alasan yang kuat untuk mengkhawatirkan kemampuan sistem mereka guna mendukung para karyawan yang sebagian besar bekerja dari rumah.

Hanya dalam kurun waktu 10 bulan antara Januari dan Oktober 2020, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Indonesia mendeteksi adanya 324 juta serangan siber yang menargetkan Indonesia saja.

Menurut BSSN, jumlah serangan siber telah meningkat hampir enam kali lipat dibandingkan pada tahun 2019. Lebih lanjut, seiring dengan memburuknya pandemi pada Mei 2020, Indonesia juga menjadi negara yang menjadi target tertinggi kedua di Asia Tenggara untuk serangan phishing.

Jumlah serangan phishing meningkat 56 persen dari tahun sebelumnya, dan sebagian besar menyasar Usaha Kecil Menengah (UKM). Faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan serangan ini adalah kebijakan bekerja dari rumah.

"Menurut saya, ada tiga faktor yang akan memengaruhi keamanan di Indonesia, maupun kawasan kawasan lain di Asia Pasifik, di mana bekerja dari manapun karyawan berada kini menjadi hal yang biasa," kata dia.

Hal pertama, keamanan perlu dibangun di dalam platform perangkat keras PC. Keamanan pada perangkat keras yang telah ditingkatkan kemampuannya untuk mendeteksi ancaman dan keamanan dapat berjalan beriringan dengan perangkat lunak keamanan untuk melindungi karyawan dan data perusahaan kita dari ancaman terbaru seperti ransomware dan cryptomining.

Jika lingkungan kerja dan data Anda aman, karyawan akan merasa tenang dan aman untuk bekerja sehingga tim TI dapat fokus pada hal-hal lain.

Kedua, pergeseran cara kerja baru ini juga memberi tekanan lebih besar kepada tim TI karena semakin banyak karyawan yang harus bekerja bersama dari jarak jauh dibanding masa-masa sebelumnya.

Semakin banyak karyawan yang bekerja dari rumah maka semakin banyak pula perangkat yang harus dikelola dari jarak jauh, di mana sebagian besar di antaranya berada di luar jaringan perusahaan.

Kemampuan manajemen untuk mengelola perusahaan dari manapun menjadi faktor sangat penting; Tim TI harus dapat mengelola baik jaringan maupun armada PC mereka dengan mudah, sembari tetap mempertahankan keamanan. Hal Ini harus diterapkan di dalam maupun di luar firewall, sekaligus juga di dalam fasilitas cloud perusahaan.

Terakhir, berinvestasi dan menerapkan langkah-langkah keamanan seharusnya tidak cukup hanya dilakukan satu kali. Sama seperti ancaman dunia siber yang terus berkembang, demikian pula komunitas keamanan dan tim TI harus bekerja lebih keras untuk menemukan cara yang lebih baik agar selalu selangkah di depan dari ancaman siber.

"Saat kita melangkah lebih jauh ke tahun 2021, para pemimpin bisnis harus memiliki pandangan yang jelas tentang bagaimana mereka menyiapkan organisasi mereka untuk sukses dan berinvestasi untuk menyediakan perantilevel bisnis untuk memastikan agar karyawan hybrid (sebagian bekerja di kantor, sebagian di rumah) mereka tetap efisien dan aman bekerja dari mana saja," dia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya