Liputan6.com, Jakarta Galeri Indonesia Kaya menyuguhkan berbagai pertunjukan menarik bagi penikmat seni di akhir pekan. Di bulan Juni 2023, Galeri Indonesia Kaya akan mengajak para penikmat seni untuk memahami tentang keragaman suku dan kebudayaan yang membentang dari ujung barat hingga timur pulau Jawa dengan mengangkat tema tentang keragaman budaya yang ada di pulau Jawa.
Bersama Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih berkolaborasi dengan Ary Kirana menyuguhkan pertunjukan teater dengan balutan komedi bertajuk “Kuntilanak Mangga Dua”.
“Kolaborasi antara Ary Kirana dan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih merupakan salah satu upaya kami untuk mengenalkan serta mengingatkan kembali para penikmat seni dengan kebudayaan Sunda yang dibalut dengan sentuhan komedi. Selain menghibur, keduanya sukses menyampaikan pesan dan nilai-nilai kebudayaan ke hadapan para penikmat seni. Kami harap, pementasan ini dapat menambah wawasan para penikmat seni tentang ragam kebudayaan yang ada di Indonesia,” ungkap Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya.
Advertisement
Pada pertunjukan “Kuntilanak Mangga Dua” seorang pemuda pekerja keras dan jujur bernama Tisna yang berniat untuk membahagiakan sang kekasihnya, Acih. Setelah menikah, Tisna dan Acih pun pindah ke Jakarta dan menempati sebuah rumah yang ternyata angker. Dalam pertunjukan ini, Ary Kirana mendapatkan kesempatan untuk memerankan sosok Acih.
“Berkolaborasi dengan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih yang sudah malang melintang sejak lama di dunia panggung seni pertunjukan tanah air merupakan sebuah pengalaman yang menyenangkan dan cukup menantang. Dalam pertunjukan “Kuntilanak Mangga Dua” ini, saya ditantang menjadi sosok Acih seorang perempuan sunda. Peran ini mengasah kemampuan dalam berimprovisasi tanpa skrip. Semoga kolaborasi kami dapat menghibur dan diterima dengan baik oleh para penikmat seni,” ujar Ary Kirana selaku penyanyi, presenter dan juga penyiar radio.
Sejarah didirikannya Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih berawal dari seorang gadis asli Sumedang, Jawa Barat, yang bernama Tjitjih, bergabung dengan Opera Valencia yang dipimpin oleh Abu Bakar Bafagih pada 1926. Tjitjih berparas cantik, kreatif, dan penuh disiplin dalam berkesenian. Sebagai wujud penghargaan terhadap kelompok opera tersebut, pada 1928, Opera Valencia diubah menjadi Miss Tjitjih Tonil Gezelschap. Kelompok opera yang awalnya berbahasa pengantar Melayu ini lantas berubah bahasa pengantar menjadi Sunda.
Di pekan depan, pada Sabtu (10/6) mendatang, penikmat seni akan diajak untuk menyaksikan sentuhan kebudayaan Jember dengan pertunjukan bertajuk “Dari Jember Untuk Dunia“ oleh Lingkar Kreatif Independen (Linkrafin) yang merupakan sebuah kelompok pemberdayaan karya yang memiliki tujuan untuk memperkaya khazanah budaya dan instrumen kesenian di lingkup industri kreatif. Dalam pementasan ini, Linkrafin akan akan menampilkan akulturasi budaya melalui musik, tari, dan bahasa, untuk memperkenalkan kota mereka yang tumbuh dalam ruang harmoni keluhuran tradisi dan keagungan imaji.
Sementara, di pertengahan bulan Juni, (17/6) mendatang, penikmat seni akan dibawa untuk bernostalgia dengan pertunjukan bertajuk “Arek Suramadu“ yang akan dibawakan oleh tiga seniwati asal Jawa Timur, antara lain Nina Tamam, penyanyi yang tenar dengan grup vokal Warna, Mariska Setiawan, seorang soprano, seniman panggung yang juga memerankan sosok Eulis Andjung dalam Serial Musikal Payung Fantasi, dan Kathy Permata, balerina sekaligus seniman panggung dan konten kreator. Ketiganya akan berbagi kisah dan cerita mengenai tanah asal mereka melalui lagu-lagu yang akan membawa kenangan indah serta sebagai pengingat akan makna perjuangan dalam berkesenian dan berkarya.