Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Kota Bandung mengklaim akan membuka kerja sama dengan berbagai mitra dalam pembangunan infrastruktur drainase dan kolam retensi. Pembangunan tersebut dilakukan antara lain untuk penanganan banjir.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyampaikan, jumlah kolam retensi di Kota Bandung masih belum ideal.
Baca Juga
“Kolam retensi itu memang kurang, karena kecil dan sedikit, sedangkan itu harus besar dan dalam. Makannya kita akan cari mitra untuk pemerintah yang bisa membangun drainase sekaligus tempat saluran air limbah atau black water,” kata dia dalam keterangannya di Bandung, Minggu, 13 April 2025.
Advertisement
“Black water manajemen nantinya akan disalurkan, bermuara sebelum ke sungai. Itu menuju kolam instalasi pengelolaan limbah. Dari situ diharapkan jadi kolam retensi yang multiguna,” tambahnya.
Diketahui, hingga kini Pemerintah Kota Bandung telah membangun 14 kolam retensi. Dalam pembangunan selanjutnya, kata Farhan, nantinya di beberapa titikan akan ada kolam retensi yang memiliki nilai pariwisata.
“Di beberapa titik jadi kolam retensi untuk wisata, seperti Gedebage deket stadion GBLA, ada lahan bawah sawah yang luasnya 67 hektare akan diimanfaatkan. Sawahnya tetap ada tapi nanti air mengalir lebih baik di sana,” ungkapnya.
Selain itu, Farhan berencana untuk membangun konservasi Kampung Belekok di Gedebage. Hal itu direncanakan akan bermitra dengan pengembang.
“Kami akan membuat konservasi Kampung Belekok di Gedebage. Kerja samanya dengan Summarecon dan developer lainnya untuk sama-sama membangun danau retensi,” tuturnya.
Fokus Kesiapsiagaan Bencana
Sebelumnya, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengingatkan seluruh jajaran pemerintah kota dan warga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi akibat hujan lebat.
Menurutnya, kewaspadaan ekstra harus dilakukan terutama di kawasan Gunung Manglayang, Tahura, dan Lembang sebagai titik rawan yang berpotensi menimbulkan banjir bandang dan longsor.
Farhan menegaskan penanganan bencana tidak boleh hanya reaktif. Ia meminta semua OPD, khususnya yang berkaitan dengan kebencanaan, untuk bersiap dengan rencana kontinjensi dan skenario mitigasi.
“Kita harus tanggap dan cepat. Jangan menunggu kejadian dulu baru bergerak,” katanya.
Menurutnya, edukasi kepada masyarakat harus terus ditingkatkan, khususnya yang tinggal di kawasan rawan longsor dan banjir.
“Libatkan RT, RW, dan komunitas lokal untuk menjadi agen kesiapsiagaan. Deteksi dini dan peringatan dini adalah kunci,” jelasnya.
Ia mengajak masyarakat untuk menjaga kedisiplinan dan semangat gotong royong dalam menghadapi musim hujan ini.
“Tidak ada program yang berhasil tanpa kerja tim. Kita adalah satu tim besar yang bertugas melindungi warga,” kata dia.
Advertisement
