[OPINI] Startup dan Tantangannya dalam Meraih Pendanaan

Pendanaan bagi startup menjadi sangat penting karena biasanya para pendiri startup kurang memiliki akses terhadap pendanaan.

oleh Liputan6 diperbarui 24 Feb 2016, 14:23 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2016, 14:23 WIB
Guntur S Siboro
Guntur S Siboro (Liputan6.com/Deisy Rika)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah sudah mencanangkan untuk memfasilitasi kelahiran 1.000 digital startup (usaha rintisan berbasis teknologi digital) dalam kurun waktu 5 tahun mendatang atau hingga 2020.

Bahkan dari hasil kunjungan Presiden Joko Widodo baru-baru ini ke Silicon Valley, Pemerintah Indonesia mengajak beberapa perusahaan modal ventura (venture capital) dari Silicon Valley untuk mendorong investasi industri digital di Indonesia.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyampaikan, beberapa perusahaan modal ventura seperti F50, Global Silicon Valley, dan Plug and Play sudah diajak untuk berinvestasi. Bahkan sejumlah korporasi Indonesia seperti Telkom, Indosat, Djarum Group, dan Bank Mandiri juga sudah aktif menyelenggarakan perlombaan aplikasi hingga pendanaan.

Pendanaan bagi startup menjadi sangat penting karena biasanya para pendiri startup memiliki ide bisnis dan teknologi digital cemerlang, namun kurang memiliki akses terhadap pendanaan.

Biasanya para pendiri startup belajar dari internet atau dari teman-teman yang sudah mendapatkan pendanaan tentang berbagai model pendanaan startup seperti crowdfunding, investor angel, investor series A, series B, series C, dan bahkan investor Mezzanine.

Saat ini sudah mulai banyak startup Indonesia yang meraih pendanaan dari perusahaan modal ventura, di antaranya yang tercatat paling besar adalah pendanaan Tokopedia senilai US$ 100 juta oleh SoftBank Internet and Media Inc dan Sequoia.

Melalui pencanangan peran pemerintah dalam memfasilitasi pendanaan startup, para startup Indonesia perlu mempersiapkan diri dengan baik untuk merebut kesempatan pendanaan tersebut. 

Kebanyakan investor tidak akan mendanai startup yang masih dalam tahap ide. Investor mencari startup yang sudah mengeksekusi ide dan paling tidak, sudah menunjukkan semacam proof-of-concept (bukti dari konsep).

Ide hanyalah 1 persen, sedangkan eksekusi adalah 99 persen dari dinamika startup. Pendiri startup jangan datang kepada calon investor hanya dengan formulasi visi, misi, dan ide semata. Pendiri startup harus lebih dahulu menyiapkan rencana bisnis dengan proof-of-concept.

Tetapi, startup tidak perlu menyiapkan rencana bisnis yang komprehensif setebal 50 halaman karena investor tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan review. Startup harus berhati-hati dalam membuat rencana bisnis yang menunjukkan potensi pasar yang tidak besar atau potensi pasar yang sangat besar namun tidak realistis.

Kalau startup menunjukkan proyeksi pendapatan hanya Rp 10 miliar dalam 5 tahun, tidak banyak investor yang tertarik dengan potensi pertumbuhan yang kecil. Demikian juga jika startup memiliki rencana bisnis dengan proyeksi pendapatan Rp 5 triliun dalam 3 tahun, ini jelas sangat tidak realistis.

Startup harus menghindari asumsi proyeksi yang sulit dijustifikasi, seperti pertumbuhan 400 persen pada pendapatan dengan pertumbuhan 20 persen dalam biaya operasi.

Berbeda dengan investor pada perusahaan konvensional, biasanya investor yang memiliki ketertarikan pada startup tidak berencana untuk masuk secara operasional ke startup, dan ikut secara aktif membuat rencana bisnis, karena ini dapat mematikan kreativitas dan pemikiran out-of-the box dari startup.

Investor mencari pendiri startup yang mengetahui persis apa yang mau dilakukan dengan pendanaan yang diberikan, dan bagaimana investor akan mendapatkan pengembalian investasinya (return on investment).

Dengan risiko investasi startup yang cukup tinggi, investor memberikan pendanaan startup dengan target pengembalian paling tidak 10 kali lipat. Oleh karena itu, startup perlu menunjukkan rencana bisnis yang bisa dieksekusi dengan baik.

Selain rencana bisnis dengan proof-of-concept, investor juga ingin melihat apakah startup memiliki tim yang mumpuni untuk menjalankan rencana bisnis tersebut. Startup harus mengetahui posisi-posisi apa yang sangat penting dalam bisnisnya, dan itu harus diperankan dengan baik.

Misalnya, kalau startup tersebut adalah startup layanan berbasis aplikasi seperti Go-Jek, Grab, atau Uber, posisi pengembang desain UX (UXD/user experience design), yang memberikan user experience yang baik, menjadi sangat penting.

Startup harus terus mengasah kemampuan timnya dan menunjukkan kepada investor bahwa startup tersebut memiliki cukup talenta untuk mengeksekusi rencana bisnis. Dalam banyak hal, peran tim lebih penting daripada ide bisnisnya. Ketika anggota tim penting dari startup dibawa bertemu dengan calon investor, jangan biarkan CEO saja yang berbicara.

Tujuan investor dalam memberikan pendanaan adalah pasti terutama untuk mencari keuntungan. Namun investor masuk bukan hanya semata-mata untuk keuntungan, tetapi juga memberikan pendanaan terhadap ide bisnis yang investornya juga memiliki passion (antusiasme) terhadap ide bisnis tersebut.

Jika tim startup hanya tertarik semata-mata pada keuntungan, investor akan lebih enggan untuk mendanai. Di sisi lain biasanya investor memiliki spesialisasi dan ketertarikan hanya pada bidang industri tertentu seperti bioteknologi, internet, atau media digital.

Startup harus melakukan penelitian kecil-kecilan terlebih dahulu tentang calon investor yang sesuai dengan bidang industri dari startup tersebut. 

Investor akan merasa lebih nyaman jika mengetahui bahwa pendanaan yang diberikan ke startup tidak akan hilang sama sekali. Startup harus bisa memberikan exit strategy (strategi untuk keluar) yang masuk akal kepada investor.

Para pendiri startup harus menyiapkan jawaban yang jelas kepada investor saat pertanyaan exit strategy ditanyakan, terutama ketika rencana bisnis tidak bisa berjalan mulus.

Dalam praktiknya, calon investor atau perusahaan modal ventura dihubungi oleh banyak sekali startup yang mencari pendanaan. Kompetisi startup untuk mencari pendanaan sangatlah ketat karena entry barrier untuk memunculkan ide bisnis sangat rendah. Setiap orang bisa merasa memiliki ide bisnis cemerlang dan merasa bisa mengubah dunia.

Oleh karena itu, penting sekali bagi startup untuk melakukan langkah-langkah tepat dalam pendekatan kepada calon investor atau perusahaan modal ventura. Investor biasanya tidak mengindahkan e-mail yang datang dari startup tanpa referensi dari orang yang mereka kenal seperti dari konsultan hukum, startup lain, atau perusahaan modal ventura lain.

Secara global, proses mencari pendanaan bagi startup akan luar biasa sulitnya dan membutuhkan kesabaran, kegigihan, perencanaan matang, dan sedikit keberuntungan. Namun dengan Pemerintah Indonesia telah mencanangkan kelahiran 1.000 startup dalam 5 tahun, serta bahkan secara aktif mengajak perusahaan modal ventura khususnya dari Silicon Valley untuk melihat peluang di Indonesia, tantangan yang dihadapi startup Indonesia akan menjadi lebih ringan, paling tidak bagi 1.000 startup tersebut.

Pertanyaannya adalah bagaimana menjadi 1 dari 1.000 startup tersebut atau menjadi 1 dari 1.000 ide bisnis terbaik Indonesia dalam 5 tahun ke depan. Selamat berkompetisi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya