Liputan6.com, Chicago - Sebelum adanya teknologi komputer 3D atau virtual reality headset, pabrikan otomotif selalu membuat prototipe mobil baru menggunakan tanah liat. Seharusnya, setelah adanya dua teknologi tersebut, tanah liat tidak lagi digunakan.
Tetapi kenyataannya tidak demikian. Seperti yang dikutip dari Fast Code Design pada Senin (25/5/2015), seni kuno menggunakan tanah liat dan menghabiskan waktu berbulan-bulan demi membentuk body mobil baru masih dipertahankan.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Menurut Joe Dehner, kepala desain eksterior Dodge & Ram Truck, hal ini disebabkan karena beberapa hal. "Salah satunya adalah karena tidak bisa secara efektif mengevaluasi penampilan," katanya.
Advertisement
Hal serupa dikatakan oleh Chris Svensson, direktur desain Ford Amerika Utara. "Proyeksi digital tidak bisa secara akurat menunjukkan bagaimana cahaya akan bermain di permukaan mobil. Anda tidak bisa meniru matahari," katanya.
Meskipun begitu, teknologi desain 3D memang telah mengurangi jumlah penggunaan tanah liat. Salah satu pabrikan Eropa misalnya, telah menghemat 70 persen tanah liat karena membangun model baru dengan alur kerja digital.
Jadi, meskipun tanah liat tetap digunakan dalam produksi mobil baru, ia tetap menjadi proses yang terancam punah, meskipun tidak dalam waktu dekat ini.
(rio/sts)