Rupiah Bikin Penjualan Mobil dan Motor Runtuh

Momen manis Ramadan dan Lebaran yang biasanya dipetik industri otomotif tiap tahun tak berlaku untuk kali ini.

oleh Gesit Prayogi diperbarui 29 Jun 2015, 10:45 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2015, 10:45 WIB
Antusiasme Pengunjung di Pameran IIMS 2014
Banyaknya pengunjung di hari pertama IIMS menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap acara ini, Jakarta, (18/9/14). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Momen manis Ramadan dan Lebaran yang biasanya dipetik industri otomotif tiap tahun tak berlaku untuk kali ini. Penjualan mobil dan motor jelang lebaran pun turun.

Untuk mobil, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan pada Mei hanya mencapai 79.236 unit, turun tiga persen dibandingkan bulan sebelumnya dengan 81.600 unit.

Bisa dibilang, penjualan Mei tahun ini merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi penyebab buruknya rapor penjualan mobil nasional tahun ini.

"Kami laporkan periode sama pada tahun lalu sampai saat ini bahwa ada penurunan ‎untuk wholesale 16,6 persen. Sedangkan untuk penjualan retail turun 13,7 persen," kata Ketua Umum Gaikindo Sudirman M Rusdi. Target penjualan 1,2 juta unit seperti performa tahun lalu pun dikoreksi jadi 1-1,1 juta unit saja.

Sudirman menjelaskan, penurunan ini merupakan imbas melemahnya rupiah. Efek lanjutannya adalah turunnya daya beli masyarakat. Sudirman menilai bahwa sebenarnya minat masyarakat untuk membeli mobil masih tinggi dari data pembelian mobil secara kredit memperlihatkan peningkatan.

"Ekspor komoditi menurun dan membuat ekonomi di sejumlah daerah melambat dan membuat daya beli menurun," tuturnya.

Putar otak 

Melemahnya rupiah membuat pemain industri otomotif putar otak. PT Toyota-Astra Motor (TAM) perlu melakukan penyesuaian agar penjualan tak babak belur.

"Nilai tukar dolar mempengaruhi industri otomotif itu pasti. Kenapa? karena cost atau biaya membuat kendaraan pasti naik," kata Direktur Pemasaran PT TAM, Rahmat Samulo ketika berbincang dengan Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Kondisi ini pun tak serta merta dilimpahkan Agen Pemegang Merek (APM) ke konsumen. Toyota misalnya, kata Samulo, melakukan efisiensi ke dalam.

"Kalau kenaikan itu langsung diteruskan ke konsumen (dengan menaikan harga mobil), dengan situasi ekonomi yang kayak sekarang, konsumen makin nggak mampu beli," katanya.

Tak cuma di roda empat, kondisi ini pun turut dirasakan PT Astra Honda Motor (AHM), selaku APM sepeda motor merek Honda di Indonesia.

"Kami putar otak untuk hadapi rupiah. Pasti kami melakukan penyesuaian, tapi tidak kami bebankan langsung ke konsumen. Kami lakukan efisiensi," kata Direktur Produksi AHM David Budiono beberapa waktu lalu.

Data Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI), total penjualan (wholesale) sepeda motor baru dalam lima bulan pertama tahun ini, turun 24,7 persen.

Sama seperti roda empat, penjualan sepeda motor pun menggambarkan rapor buruk yang pernah dicatatkan industri dalam lima tahun terakhir. Dari Januari-Mei penjualan hanya berada di angka 2.599.448 unit, turun dari periode yang sama tahun lalu dengan 3.451.377 unit.

(gst/sts)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya