Liputan6.com, Jakarta - Modifikasi performa tentu bertujuan untuk mendongkrak tenaga sang tunggangan. Namun demikian, banyak orang yang hanya memperkirakan besaran tenaga yang dihasilkan oleh ubahan teknis.
Kemal A. Bachrie, Direktur Utama PT Khatulistiwa Suryanusa menjelaskan, untuk kendaraan yang mengalami ubahan teknis maka sebaiknya diukur dengan dynotest melalui dynamometer.
"Pengguna biasanya ingin tahu, misal, waktu beli knalpot atau chip ada kenaikan tenaga (Tk) atau enggak," ujar Kemal saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (9/11/2015).
Adapun dynotest ini, jelas Kemal, sering dilakukan oleh pemilik mobil balap. Kemal menjelaskan jika konsumennya memanfaatkan dynotest untuk mengecek penghematan BBM pada air fuel ratio sebelum dan sesudah di tuning.
Lebih lanjut, pria berkaca mata ini menjelaskan jika dynotest ini diukur melalui metode wheel on horse power. Ini dimaksudkan agar mengetahui tenaga mesin yang sudah tersalur pada roda setelah melakukan ubahan teknis.
"Dynotest ini musuhnya montir, janji surganya bisa tidak terbukti. Dia misalnya janjikan 50 Tk, tapi waktu di dynotest ternyata cuma 10 Tk," jelasnya.
Melalui mesin penguji ini, Anda tidak perlu turun ke jalan untuk menguji seberapa kencang tunggangan. Selain membahayakan, tes langsung di jalan juga penuh risiko.
(ysp/ian)