Bahan Bakar Apa yang Ideal di Masa Depan?

Industri otomotif Indonesia maupun global masih mengandalkan bahan bakar fosil.

oleh Septian Pamungkas diperbarui 21 Agu 2016, 09:00 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2016, 09:00 WIB
20151116-SPBG Keliling Segera Beroperasi di Jakarta-Jakarta
Petugas melakukan pengisian BBG ke sebuah mobil saat peluncuran Mobile Refueling Unit (MRU) atau SPBG Mobile oleh PT Pertamina (Persero) di Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (16/11). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Tangerang Selatan Industri otomotif Indonesia maupun global masih mengandalkan bahan bakar fosil. Jika terus digunakan maka lama kelamaan bahan bakar jenis ini akan habis.

Menyadari akan hal ini, pabrikan mobil mulai mengembangkan kendaraan yang tidak ketergantungan dengan bahan bakar fosil, contohnya seperti mobil listrik ataupun hidrogen. Mobil-mobil bukan hanya canggih, tapi juga ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan emisi gas buang.

Di Indonesia, era mobil listrik maupun hidrogen rasanya masih sangat jauh. Pasalnya infrastrukturnya belum memadai dan pemahaman masyarakat mengenai mobil-mobil ini masih sangat minim. Bahkan, perkembangan mobil berteknologi hybrid yang sudah beredar saja tak kunjung moncer.

Bahan bakar fosil alternatif yang dinilai ideal untuk menjaga ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) demi memenuhi kebutuhan kendaraan adalah gas. Saat ini bahan bakar gas (BBG) lebih banyak diekspor ataupun dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Perlu diketahui, jenis BBG yang digunakan oleh kendaraan berbeda dengan gas rumah tangga. untuk kendaraan biasanya menggunakan gas jenis compressed natural gas (CNG), sedangkan liquefied petroleum gas (LPG) digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.

Ketua Asosiasi Pengusaha CNG Indonesia Robbi R. Sukardi mengatakan, gas alam di Indonesia sangat melimpah bahkan lebih banyak daripada BBM. "Artinya agak lucu kalau kita malah mengekspor bukan memanfaatkannya," katanya.

Dia menyebutkan, penggunaan BBG membuat emisi gas buang lebih bersih ketimbang BBM. Itu disebabkan karena CO2 BBG lebih rendah. "Kalau mobil ada tes emisi, gas sudah pasti lolos. Jadi kita sudah gak perlu bicara Euro 2 dan Euro 3 karena ini sudah lebih dari Euro 4," katanya.

Sekadar informasi, gelaran GIIAS 2016 dimanfaatkan beberapa merek untuk menampilkan mobil ramah lingkungan. Honda Clarity dan Toyota Mirai contohnya yang merupakan mobil hidrogen. Mobil ini tidak menggunakan BBM melainkan hidrogen sebagai sumber tenaganya.

Selain itu ada mobil konsep Lexus LF-FC yang diproyeksikan menjadi basis mobil sedan Lexus di masa depan, terutama keluarga LS yang merupakan varian sedan termewah. Mobil ini diyakini menggunakan mesin hidrogen.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya