Liputan6.com, Paris - Mondial de l'Automobile, atau yang juga dikenal sebagai Paris Motor Show, akan dihelat mulai 1 Oktober nanti. Selama 16 hari, gelaran itu akan jadi tempat bagi industri otomotif meraup beragam keuntungan.
Paris Motor Show sendiri pertama kali dilaksanakan pada 1898, dan secara reguler dihelat dua tahun sekali. Ajang otomotif dua tahunan ini adalah salah satu yang terbesar di dunia, selain daripada Frankfurt Motor Show, di Jerman.
Dengan nama besar yang dimiliknya, Paris Motor Show seharusnya memberikan kesempatan bagi industri otomotif untuk pamer, baik ke masyarakat umum atau ke media massa. Caranya beragam, dari mulai memperkenalkan teknologi terkini atau mobil konsep.
Namun faktanya tidak demikian. Jika dilihat dari peserta, banyak pabrikan raksasa yang justru tak ikut bagian. Ford, raksasa otomotif asal Detroit misalnya, dipastikan tidak akan bergabung. Lalu juga Mazda dan Volvo melakukan hal serupa.
Baca Juga
Advertisement
Begitu pula dengan merek-merek mobil high end semisal Rolls Royce, Bentley, Lamborghini, dan Aston Martin. Semuanya tidak mau ikut di ajang ini. Tentu alasan mereka beragam. Namun, apa garis besarnya?
Jurnalis BBC, Theo Leggett, mengatakan bahwa faktor utama dari banyaknya pabrikan yang undur diri adalah karena persoalan biaya. "Motor show besar tentu spektakuler.... tapi mereka pasti tidak akan murah," ujarnya, dikutip dari BBC, Kamis (29/9/2016).
Angka akurat, diakui oleh Leggett, sulit didapat. Namun, ujarnya, merek-merek besar umumnya bisa menghabiskan hingga jutaan dolar untuk mengungguli pesaingnya dengan, misalnya, membuat booth seluas dan secanggih mungkin.
Pilihan ini semakin rasional bagi pabrikan yang memang tidak punya uang terlalu banyak, atau yang sedang menghadapi masalah seperti Volkswagen (VW). Dua anak perusahaan VW tidak bisa ikut pameran karena VW mereka telah mengucurkan dana yang sangat besar untuk membayar denda akibat masalah emisi diesel yang dilakukan.
Kemudian, banyak juga pabrikan yang menganggap persaingan dalam merebut atensi juru warta relatif sulit. "Meski jurnalis berdatangan ke acara itu, akan ada kompetisi untuk headlines," ujar Leggett. Jadi menurutnya, ketimbang membuat konferensi pers, pabrikan-pabrikan itu menggelar kegiatan lain sejenis.
Misalnya Ford, pada akhir November nanti lebih memilih menggelar acara di Cologne, kantor pusat mereka di Eropa, khusus bersama para wartawan. "Ford jelas berpikir itu membuat uang habis dengan cara yang lebih baik," tambah Legget.