Liputan6.com, Michigan - Umumnya, ketika membeli pizza via delivery order, petugas akan mengetuk pintu rumah kita. Tinggal bayar, pizza pun siap kita santap. Tapi apa jadinya kalau tidak ada orang yang mengetuk, melainkan yang datang hanya mobil tanpa sopir?
Kejadian ini bisa terjadi di masa depan. Ford, bekerja sama dengan Domino, sedang berusaha merealisasikan itu secara melalui Fusion yang telah dilengkapi fitur otonomos. Kini, masa uji coba di sekitaran Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat (AS), sedang dilakukan.
Dilaporkan CNN, bagi Ford ini jadi langkah yang tepat untuk mempromosikan kendaraan otonomos ke masyarakat umum. Dengan semakin ada di jalanan harapannya masyarakat akan bisa menerima. Sebab selama ini masih banyak orang ragu, terutama soal keselamatannya.
Advertisement
Baca Juga
"Uji coba ini bukan tentang apakah mobil bisa mengemudi sendiri atau tidak. Tapi tentang penerimaan konsumen tentang teknologi tersebut," terang Ford.
Begitu juga dengan Domino. Presidennya, Russel Weiner, bilang kalau yang akan mereka lihat adalah bagaimana efektivitas layanan. "Kami perlu memastikan bahwa ini jelas dan sederhana," terangnya.
Selama masa pengujian, seorang insinyur dan sopir berada di dalam mobil. Tapi jendela dibuat sangat gelap sehingga pelanggan tidak bisa melihat apapun. Keduanya juga telah diinstruksikan untuk tidak berinteraksi sama sekali dengan siapapun selama masa uji coba.
Mereka yang akan diantarkan pizza pakai mobil otonomos akan diberi tahu terlebih dulu. Ketika mobil sampai, mereka harus memasukkan sejumlah kode. Kalau benar, maka jendela belakang akan turun. Pizza akan keluar. Uji coba akan dilakukan selama lima minggu ke depan.
Mobil otonomos memang tidak bisa serta merta dipakai secara luas. Para ahli mengatakan kalau layanan seperti ini akan jadi salah satu industri pertama yang secara luas mengadopsi otonomos.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Kendala Infrastruktur
Kendaraan otonomos, sederhananya, adalah kendaraan yang dapat berjalan sendiri dalam tingkat atau kondisi tertentu.
Agar dapat berkendara mandiri seperti itu, mobil dilengkapi dengan sensor atau radar. Sensor ini yang bakal mengidentifikasi beragam objek yang ada di sekitar kendaraan, termasuk "membaca" marka jalan dan rambu, dan mengirimkannya ke "otak" mobil.
Tepat di titik inilah pengembangan mobil otonomos di Indonesia mandek. Sebagaimana diketahui bersama, infrastruktur seperti itu masih jauh dari sempurna di sini.
Jadi, meskipun teknologinya sudah tersedia, belum tentu ia bisa beroperasi di sini.
Hal seperti itu juga yang mengganjal BMW Indonesia dalam mengadopsi teknologi ini. Meski secara global bisa dibilang mereka salah satu yang paling depan.
"Di Indonesia untuk menuju ke arah sana tergantung dengan infrastruktur. Jadi dari BMW Group akan sangat diterima apabila infrastruktur jelas," ujar Jodie O' tania, Vice President Corporate Communication BMW Group Indonesia, dalam acara yang dihelat di Jakarta, Selasa (13/6/107).
Meski sulit, Jodie mengatakan kalau dalam waktu dekat BMW Indonesia bakal menjadi pelopor penerapan teknologi nirawak, tetapi baru sebatas fitur semi otonomos, yang tetap butuh manusia sebagai pihak yang sentral dalam mengontrol kendaraan.
Advertisement