Liputan6.com, Jakarta - Pasca aksi bom bunuh diri di Gereja dan Mapolresta Surabaya, Jawa Timur, sejumlah tempat meningkatkan kesiagaan pengamanan baik di kantor polisi, pusat perbelanjaan, hotel dan juga rumah-rumah ibadah.
Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin mengatakan seluruh bom di Surabaya merupakan bom bunuh diri yang menggunakan mobil serta motor sebagai media bom.
Advertisement
Baca Juga
Oleh sebab itu, kendaraan juga tak luput dari pemeriksaan petugas setempat. Anda mungkin kerap melihat jika sepeda motor yang hendak masuk ke tempat-tempat tersebut akan menghadapi pemeriksaan terlebih dulu dengan membuka jok motor untuk dilihat bagasinya oleh petugas.
Hal ini guna mengantisipasi adanya barang yang mencurigakan atau bom, masuk ke tempat tersebut. Lalu apakah mungkin teroris akan menaruh bom di bagasi motor dengan ukuran yang terbatas?
Selanjutnya
"Kalau bom tidak mungkin di jok (bagasi), ada getaran-getaran kan bahaya. Tidak mungkin itu. Biasanya di badan (diikat)," kata Pengamat Kontra Terorisme Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (15/5/2018).
Lain hal jika teroris menggunakan remote kontrol dari jauh yang dipasangkan di kendaraan.
"Tapi secara teknis, mereka (pelaku) jarang sekali menyimpan di bagian jok. Kalau meledak, efeknya kan jadi gak maksimal karena tertutup," pungkas Harits.
Advertisement