Liputan6.com, Jakarta - Industri kreatif modifikasi kendaraan di Indonesia sudah tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak modifikator Tanah Air, baik roda empat maupun roda dua yang mampu menghasilkan karya yang luar biasa, bahkan sudah bisa sejajar dengan builder luar negeri.
Namun permasalahan yang terjadi saat ini, banyak para modifikator dalam negeri yang memang tidak bisa ikut kontes di luar negeri. Bahkan, PT HIN Promosindo sebagai penyelenggara kontes modifikasi Indonesia Automodified (IAM), yang sudah menggelar acaranya di luar negeri, seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura jarang membawa karya anak bangsa untuk menjadi peserta.
Advertisement
Baca Juga
Dijelaskan CEO PT HIN Promosindo, Reza Aliwarga, banyak kendala untuk melakukan pengiriman mobil ke luar negeri. Terlebih, pengurusan izin mobil untuk kembali masuk ke Indonesia, padahal saat keluar dari Indonesia tidak begitu sulit prosedurnya.
"Kami pernah kirim satu mobil ke Malaysia, namun saat balik tertahan di pelabuhan selama enam bulan. Mungkin mereka melakukan pemeriksaan, apa ada barang ilegal atau apa, saya juga tidak tahu. Kendalanya itu saja, agar karya anak bangsa bisa berkompetisi di luar negeri," jelas Reza saat berbincang dengan wartawan di bilangan Jakarta Selatan, belum lama ini.
Lanjutnya, untuk biaya pengiriman mobil dari Indonesia ke Malaysia, memang cukup mahal, hingga US$ 9 ribu atau setara dengan Rp 129 jutaan.
"Biaya balik (Malaysia ke Indonesia) juga sama, tapi tetap saja surat-surat izinnya lebih ketat," tegasnya.
Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Dengan begitu, para pelaku modifikasi di Indonesia berharap, untuk proses pengiriman kendaraan modifikasi, dan juga proses balik ke Indonesia bisa lebih cepat.
"Karena takut perizinan lama, mobil stay di Pelabuhan, jadi para pemilik mobil kecewa. Padahal saya yakin, Indonesia bisa menang karena hasil modifikasinya sudah bagus dan tidak kalah dibanding hasil negara lain," pungkasnya.
Advertisement