Liputan6.com, Jakarta - Melakukan pengisian daya untuk mobil listrik, tidak hanya bisa dilakukan dengan cara pengecasan di stasiun pengisian. Ada satu cara yang juga bisa dilakukan, yaitu dengan memanfaatkan proses regenerative braking atau perlambatan kendaraan.
Sejatinya, regenaritve braking ini sama seperti engine brake di mobil konvensional. Namun, energi yang dihasilkan dari proses tersebut, dimanfaatkan kembali untuk mengisi baterai dan berbeda dengan mobil bensin atau diesel yang menguap begitu saja ke udara.
Di Hyundai Ioniq 5 atau Ioniq 6, proses regenerative braking bisa diatur tingkatannya. Fungsinya, agar efek dari deselarasi mesin mobil ini tidak terlalu ekstrim terasa sehingga membuat tidak nyaman bagi pengemudi dan penumpang di dalam mobil.
Advertisement
"Ada empat tingkatan regenerative braking. Cara mengaturnya, dengan menekan tuas paddle shift di kanan atau kiri setir," ujar Bonar Pakpahan, Product Expert Hyundai Motors Indonesia (HMID), saat ditemui di Surabaya, Kamis (6/10/2023).
Tingkatan pertama, adalan nol yaitu tidak ada regenerative braking. Sehingga saat pedal akselarator diangkat, mobil akan tetap melaju. Kedua, adalah adalah level satu dengan porsi pengereman yang lebih terasa. Kemudian tingkat ketiga, yaitu level dua yang semakin terasa deselarasinya.
Kemudian, tingkat keempat atau level tiga, yang memberikan efek pengereman yang semakin terasa. Lalu, tingkat kelima atau i-Pedal, yaitu tingkatan regenerative braking sama seperti level tiga namun perlambatan dilakukan sampai berhenti dalam waktu singkat.
Perlu diketahui, teknologi i-Pedal ini juga memungkinkan operasi pergerakan mobil listrik menggunakan satu pedal akselerator. Selain terjadi proses regenerative braking, pengemudi juga jadi tak cepat lelah saat berkendara.
Cara kerja Regenerative Braking
Teknologi mobil listrik pastinya ada perbedaan dengan mobil konvensional. Salah satunya, adalah pemanfaatan regenerative braking. Di roda empat bertenaga baterai, seperti Hyundai Ioniq 5, proses perlembatan kendaraan atau deselerasi bisa digunakan untuk mengambil energi listrik dan disimpan ke baterai.
Sejatinya, deselerasi ini juga pastinya ada di mobil bensin, namun bedanya energi yang dihasilkan dari proses tersebut dibuang begitu saja. Sedangkan di kendaraan listrik, energi yang didapat dimanrfaatkan kembali untuk baterai seperti pemilik melakukan pengisian daya.
Bonar Pakpahan, Product Expert Hyundai Motors Indonesia (HMID) menjelaskan, proses regenerative braking dilakukan dengan mengangkat pedal akselarator atau menginjak rem. Di saat ini, ada proses kinetik dari roda yang bergulir, yang kemudian mekanisme elektromagnetik ini mengubah friksi menjadi panas.
"Energi kinetik di mobil bermesin pembakaran yang seyogyanya dihasilkan sistem pengereman berbasis friksi, diubah menjadi panas dan menguap di udara begitu saja, padahal energi ini bisa dipakai keperluan lain," jelas Bonar, saat ditemui di Situbondo, Jawa Timur, Rabu (5/10/2023).
Sementara itu, regenerative braking di mobil listrik, dikatakan juga sebagai sistem recovery enery. memanfaatkan komponen beberapa komponen vital di sistem penggerak.
"Di motor listrik, ada dua komponen stator dan rotator shaft yang terhubung reduction gear axle hingga roda. Saat pedal diangkat, roda masih berputar, rotornya ini menghasilkan listrik yang disimpan balik ke baterai," tegas Bonar.
Proses mendapatkan energi baru dari regenerative braking ini, bekerja ideal saat kondisi stop and go. Pasalnya, ada proses akselerasi kemudian deselerasi kembali, sehingga ada energi yang tidak terbuang sia-sia.
Advertisement