Tersandung Masalah Emisi, General Motors Didenda Rp 2,3 Triliun

General Motors (GM) harus membayar denda sebesar US$ 145,8 juta atau setara sekitar Rp 2,3 triliun karena kesandung masalah aturan emisi gas buang

oleh Arief Aszhari diperbarui 08 Jul 2024, 20:06 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2024, 20:06 WIB
Anak Perusahaan General Motors Ramai-ramai Buat SUV
Dua anak perusahaan General Motors (GM), Chevrolet dan Cadillac, berencana memproduksi SUV lagi.

Liputan6.com, Jakarta - General Motors (GM) harus membayar denda sebesar US$ 145,8 juta atau setara sekitar Rp 2,3 triliun karena tersandung masalah aturan emisi gas buang. Hal tersebut, berdasarkan laporan dari Environmental Protection Agency (EPA). Demikian seperti disitat dari Carscoops, Senin (8/7/2024).

Dalam laporan EPA dikatakan, pabrikan asal Amerika Serikat ini menjual sekitar 4,6 juta unit kendaraan pada 2012 hingga 2018, yang telah mengeluarkan emisi CO2 lebih dari 10 persen dan lebih tinggi daripada yang diklaim oleh pihak perusahaan.

Selain membayar denda lebih dari Rp 2,3 triliun tersebut, GM secara sukarela telah menarik sekitar 50 juta ton kredit polusi karbondioksida yang dibelinya sekitar satu dekade lalu dengan harga sekitar US$ 100 juta atau setara Rp1,6 triliun.

Sementara itu, pabrikan asal Negeri Paman Sam ini belum mengakui kesalahan apapun, dan mengatakan semua kendaraannya mematuhi peraturan sertifikasi polusi dan jarak tempuh.

Sedangkan menurut juru bicara GM, Bill Grotz, masalah tersebut bermula dari perubahan prosedur pengujian EPA yang terjadi pada 2016.

"Kami yakin ini adalah tindakan terbaik untuk segera menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan dengan pemerintah federal terkait masalah ini," kata produsen mobil itu dalam sebuah pernyataan.

Sebagai informasi, model GM yang terkena dampak emisi ini, adalah yang dilengkapi mesin 2,4 liter, 5,3 liter, 6,2 liter, dan 4,3 liter, dan meliputi Chevrolet Equinox, Chevrolet Silverado, GMC Sierra, Cadillac Escalade, dan GMC Yukon.

Pabrikan AS Diminta Keluar dari China agar Lebih Kompetitif

Pasar mobil China memang jadi yang terbesar di dunia. Menurut data Asosiasi Mobil Penumpang China (CPCA), sepanjang 2023, sebanyak 21 juta unit lebih mobil baru terjual di Negeri Tirai Bambu ini.

Namun, dengan kondisi persaingan yang ketat antar produsen global dan lokal Tiongkok, produsen mobil lama Amerika Serikat (AS) seperti Ford dan General Motors (GM) disarankan untuk meninggalkan pasar China. Hal tersebut, untuk menjaga modal di tengah transisi kendaraan listrik yang semakin tinggi.

"Saya pikir Anda harus melihat (Detroit Three: Ford, General Motors, dan Chrysler) keluar dari China sesegera mungkin," ujar Analis Bank of America Securities, John Murphy, dalam presentasi tahunannya tentang Cars Wars, dikutip dari Reuters, ditulis Minggu (7/7/2024).

Saran dari analis terkemuka di Negeri Paman Sam ini mencuat di tengah diskusi terkait usaha efisiensi biaya yang harus dilakukan oleh Ford dan GM.

Menurut John, dua jenama AS ini memang perlu mengambil langkah yang lebih drastis untuk memotong anggaran agar bisa lebih kompetitif di era elektrifikasi.

"Loyalitas konsumen di dalam negeri terhadap produk atau merek lokal begitu kuat. China tidak ramah untuk produsen luar," kata Murphy.

Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya