PDIP Sebut Temukan Model Baru Kecurangan di Pilkada DKI 2017

Menurut Trimedya, seharusnya warga mendapat formulir C6 dari RT RW dengan cara dibagikan. Tapi yang terjadi tidak seperti itu.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 18 Feb 2017, 12:22 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2017, 12:22 WIB
trimedya-panjaitan130307c.jpg

Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPP PDI Perjuangan Trimedya Pandjaitan, mengaku pihaknya menemukan kecurangan model baru di gelaran Pilkada DKI Jakarta 2017. Hal tersebut dilihat dari formulir C6 atau formulir undangan untuk memilih, tidak dibagikan ke warga yang memiliki hak pilih.

"Di posko pengaduan PDIP saya lihat ada kecurangan baru dengan cara menahan formulir C6 di bebebrapa kota, termasuk DKI. Yang pegang C6 itu RT/RW. Itu harus diambil sendiri, bukannya dibagikan," ujar Trimedya dalam diskusi bertajuk "Spesial Pilkada" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (18/2/2017).

Padahal, kata Trimedya, seharusnya warga mendapat formulir C6 dari RT RW dengan cara dibagikan. Dari laporan yang ia dapat, oknum RT/RW tersebut melakukan deal politik untuk mendapatkan suara bagi jagoannya di pilkada, tentunya bekerja sama dengan tim sukses pasangan calon.

"Makanya RT RW itu penguasa," ujar dia.

Anggota Komisi III DPR ini menambahkan, pihaknya juga mendapat laporan jika oknum RT maupun RW itu sampai berani bermain politik uang kepada warganya yang memiliki hak pilih, untuk membujuk mencoblos salah satu calon di Pilkada DKI.

"Kalau C6 diberikan dalam bentuk uang, janji sembako itu sudah dipastikan memilih paslon tertentu. Ini cara baru dibanding pileg dan pilpres sebelumnya," Trimedya menandaskan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya