Liputan6.com, Jakarta Sekjen Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Hasto Kristiyanto mengatakan acara debat pamungkas kandidat cagub cawagub DKI Jakarta yang digelar KPU DKI di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (12/4) lalu mendapat antusiasme tinggi dari warga Jakarta.
Bahkan, Hasto menilai banyak warga yang datang di lokasi penyelenggaraan debat, meskipun mereka tidak bisa masuk ke dalam ruangan debat. Hal ini lantaran KPU DKI membatasi jumlah pendukung yang hadir hanya 120 orang, termasuk tamu VVIP dari masing-masing kubu pasangan calon.
“Ya acara debat itu telah menunjukkan antusiasme masyarakat yang sangat tinggi. Yang membuat kami terharu tadi (kemarin), ibu-ibu datang dan bilang, Pak Ahok jangan takut dengan berbagai fitnah dan intimidasi,” kata Hasto di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.
Advertisement
Hasto mengungkapkan Ibu tersebut meminta Ahok untuk tetap bergerak dengan keyakinannya dalam melanjutkan program-program pembangunan dan kebijakan yang prorakyat.
“KJP dan KJS diterima dengan sangat baik. Keberadaan pasukan oranye, kuning, hijau, biru, merah ternyata sangat
membantu masyarakat Jakarta. Sehingga kepemimpinan yang mampu membawa perubahan inilah yang didambakan warga. Begitu juga kepemimpinan yang antikorupsi,” ujar Hasto.
Meski ada penggunaan isu SARA yang kerap menyudutkan dan menyerang pasangan Ahok-Djarot, Sekjen Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan itu tetap yakin bila warga Jakarta akan terus setia berdiri di belakang Ahok-Djarot guna memenangkan mereka di putaran kedua Pilgub DKI ini.
Terlebih lagi, dalam debat yang berlangsung, Ahok dinilai tetap tampil apa adanya. “Ahok-Djarot mampu menjawab dengan ilustrasi yang mampu mematahkan serangan dari pertanyaan yang tidak fair tersebut,” ujarnya.
Guna memenangkan putaran kedua, Hasto mengatakan, pihaknya akan terus semakin kencang bergerak ke bawah. Yaitu dengan cara melakukan pendidikan politik dan mendengar lebih banyak lagi aspirasi langsung dari rakyat.
“Ternyata rakyat sangat cerdas. Rakyat tidak terpengaruh oleh berbagai isu SARA. Karena budaya demokrasi kita adalah demokrasi yang santun, bukan orang yang pura-pura santun,” tukasnya.
Sebagai catatan, berdasarkan hasil survei yang dirilis Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), dukungan warga Jakarta terhadap pasangan Anies-Sandi sejak awal Oktober 2016 hingga awal April 2017 mengalami pasang-surut. Semantara bagi pasangan Ahok-Djarot terus mengalami peningkatan.
Dari hasil survei yang dilakukan SMRC pada 1-9 Oktober 2016, elektabilitas Anies-Sandi mencapai 36,9 persen, masih di bawah Ahok-Djarot yang mencapai 47,9 persen. Elektabilitas Anies-Sandi terus meningkat menjadi 39,6 persen (survei 13-19 Oktober 2016), lalu melonjak menjadi 47,4 persen (10-17 November 2016), kemudian sempat turun menjadi 43,9 persen (6-14 Desember 2016), turun lagi menjadi 42,5 persen (14-22 Januari 2017), lalu naik lagi ke 46,7 persen (3-9 Februari 2017) dan terus meningkat menjadi 50,7 persen (2-9 Maret 2017).
Tetapi dalam survei terakhir yang digelar 31 Maret-5 April 2017, elektabilitas Anies-Sandi turun lagi menjadi 47,9 persen. Elektabilitas Ahok-Djarot yang pernah mencapai titik nadir dengan 31,7 persen pada survei 6-14 Desember 2016, kemudian rebound dan terus naik hingga ke posisi 46,9 persen dalam survei terakhir SMRC.
(*)