Kala Dedi Mulyadi Saksikan Derita Warga Pesisir Jabar

Para buruh harian lepas dan para nelayan, menurut Dedi Mulyadi, harus merasakan kehadiran Negara.

oleh Abramena diperbarui 11 Mar 2018, 17:06 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2018, 17:06 WIB
Dedi Mulyadi
Kondisi lingkungan di perkampungan Desa Samudera Jaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi mengundang keprihatinan calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (Liputan6.com/Abramena)

Liputan6.com, Bekasi - Kondisi lingkungan di perkampungan Desa Samudera Jaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi mengundang keprihatinan calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Sistem sanitasi di perkampungan tersebut kebanyakan beralas tanah dan berada dalam kondisi lembab. Buruknya keadaan tersebut masih harus bertambah saat rob (banjir air laut) menerjang perkampungan jika air laut sedang pasang.

Runi (38) salah seorang warga setempat mengeluhkan kondisi itu kepada calon wakil gubernur bernomor urut 4 tersebut. Rob yang datang tanpa bisa diprediksi membuat warga sekitar tidak bisa mempersiapkan diri sebelumnya.

"Kondisinya memang begini Pak. Apalagi banjir rob tidak bisa diprediksi," keluh Runi, Sabtu (10/3/3018) di hadapan cawagub Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Keadaan ekonomi warga yang desanya berbatasan dengan Laut Jawa tersebut juga tidak dapat dikatakan mapan. Mata pencaharian utama warga sebagai nelayan dan buruh belum mampu memperbaiki taraf hidup mereka.

Akibatnya, para ibu di desa tersebut bekerja sambilan menjadi buruh bleke (pengupas kerang) dengan penghasilan Rp3 ribu per hari saja.

"Kalau sehari-hari mah kita nge-bleke (ngupas kerang) Pak. Alhamdulillah dapat Rp3 ribu sehari juga. Bapak-bapak disini biasanya melaut atau menjadi buruh," jelasnya.

Keluhan warga dijawab oleh Dedi Mulyadi dengan mengungkapkan gagasan tentang penataan kampung nelayan. Letak geografis desa tersebut yang berada di pesisir pantai menurut dia, mengharuskan rumah berjenis rumah panggung.

"Masalah sosial di daerah pesisir memang cukup kompleks, apalagi kalau dilanda rob. Saya menawarkan penataan kampungnya, kita tata kembali dengan jenis rumah panggung. Insya Allah mereka bisa aman," jelasnya.

Para buruh harian lepas dan para nelayan menurut Dedi Mulyadi harus merasakan kehadiran Negara. Para buruh harus memiliki asuransi, sementara para nelayan harus diberikan teknologi baru agar mampu menangkap ikan dengan baik.

"Para buruh dan nelayan harus diberikan asuransi. Para nelayan juga harus update terhadap teknologi kelautan agar tangkapan mereka meningkat. Bantuan kepada para nelayan juga tidak boleh bersifat kredit, bantuan langsung saja," katanya.

 

Pendidikan Berkarakter ala Pesisir

Selain itu, menurutnya, anak-anak yang tinggal di pesisir pantai juga harus mendapat porsi pendidikan karakter ala pesisir. Mereka diajarkan tentang cara memahami teknologi kelautan, mulai dari budidaya sampai cara menangkap ikan.

"Kurikulum pendidikan untuk anak-anak pesisir harus dibedakan dengan wilayah lain. Anak-anak disini harus mengenyam pendidikan karakter kelautan. Semua tentang laut harus diajarkan," tegasnya.

Kondisi lingkungan yang cukup berat mengharuskan anak-anak tersebut untuk memiliki semangat juang yang lebih dari anak-anak di wilayah lain. Karena itu, Dedi Mulyadi meminta agar para orang tua menanamkan semangat tersebut kepada mereka.

"Pejuang maritim tidak boleh miskin. Anak pesisir pantai harus mau kerja keras dan berusaha," kata Dedi memberi semangat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya