Liputan6.com, Jakarta - Hunian dengan konsep small home office home (SOHO) belakangan ini tengah menjadi tren di pasar properti Indonesia.
Walaupun pada 2005 silam sudah ada Cityloft Sudirman dan SOHO Slipi yang mengusung tema small office home office namun belum disambut dengan antusias oleh pasar.
Seiring dengan perkembangan waktu, banyak orang yang mulai melirik SOHO untuk dipilih sebagai tempat tinggal. Apa penyebabnya?
Advertisement
Di ibu kota, pertumbuhan konsep SOHO ini dinilai sangat praktis. Bertambahnya jumlah profesional dan enterpreneur muda menjadi pemicu utama akan kehadiran SOHO.
Baca Juga
Harga jualnya juga  relatif terjangkau dibanding harus menyewa unit kantor. Sementara itu, mereka bisa menghemat waktu dan energi karena bekerja di dalam rumah. Menariknya prospek pasar kantor sekaligus tempat tinggal itu menjadikan sejumlah pengembang berminat memasarkannya, seperti ditulis Rumah.com Selasa (5/1/2016).
Harus memenuhi standarisasi tersendiri
Jika ingin memilih SOHO sebagai tempat tinggal, Anda tetap harus mempertimbangkan beberapa hal. Di antaranya, SOHO bukanlah murni hunian. Oleh karenanya developer yang mengembangkan SOHO seharusnya menerapkan standar layaknya perkantoran yang dilengkapi oleh sistem internet, wi-fi, jaringan komunikasi, bahkan mungkin fasilitas ruang pertemuan untuk meeting.
Selain itu luas ruang yang Anda butuhkan, jika lebih dari 100 meter persegi maka ruko dinilai lebih memadai. Perhatikan juga kapasitas lift dan parkir, karena SOHO akan membutuhkan area parkir yang lebih luas selayaknya gedung perkantoran.
Bisa diaplikasikan pada hunian vertikal atau tapak
Small Office Home Office awalnya memang hanya diadopsi di hunian vertikal atau apartemen, seperti yang nampak di TreePark Apartement. Memiliki lokasi di kawasan Kota Tangerang, apartemen ini berupaya memenuhi kebutuhan profesional, para eksekutif muda dan pebisnis yang membutuhkan tempat tinggal dan bisnis di areal Cikokol.
SOHO yang mereka tawarkan khusus dua lantai dengan langit langit plafon yang tinggi dan dua tipe pilihan slope up atau slope down. Untuk slope up atau tipe A, luasnya sekitar 65,81 meter persegi dengan harga mulai dari Rp 920 jutaan. Sedangkan untuk slope down atau tipe B memiliki luas 70,72 meter persegi dengan harga jual sedikit lebih tinggi yaitu Rp993 jutaan.
Namun belakangan ini, hunian tapak juga menjadi lokasi incaran untuk mendirikan SOHO, contohnya bisa Anda temukan di Naya Townhouse. Berlokasi di kawasan Kemang Jakarta Selatan, harga yang ditawarkan pun cukup tinggi yaitu di kisaran Rp 6,4 miliar hingga Rp 9,5 miliar.
Namun harga tersebut sebanding dengan lokasi Naya Townhouse yang strategis, desain arsitektur yang canggih, konsep yang mumpuni, serta fasilitas umum yang hanya selangkah dari rumah.
Belum lagi kemewahan yang ditawarkan kawasan ternama Kemang, ada di genggaman tangan Anda.
Hunian ini memiliki dengan desain unik yang akan menyasar segmen middle-class business. Selain memanfaatkan ruang sebagai area kantor, Anda juga bisa memasang display produk layaknya showroom atau ruko. Hal ini didukung oleh material kaca tembus pandang yang lebih mendominasi. (Isnaini K/Ahm)