Liputan6.com, Jakarta Kabupaten Karanganyar lahir sebagai dusun kecil, tepatnya terjadi pada tanggal 19 April 1745. Pencetus nama Karanganyar adalah Raden Mas Said, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa.
Hingga saat ini, struktur perekonomian Karanganyar masih didominasi industri pengolahan dengan persentase sebesar 43,98%. Setelahnya ada pertanian yang menyumbang porsi sebanyak 22,39%.
Baca Juga
Berdasarkan data statistik yang tercantum di laman karanganyarkab.go.id, pertumbuhan ekonomi di wilayah ini merangkak perlahan dari tahun ke tahun. Contohnya di tahun 2011, persentase pertumbuhan berada di angka 5,5 lalu naik 0,32 poin ke 5,82 di tahun 2012.
Advertisement
Data terakhir tahun 2014 menunjukkan pertumbuhan ekonominya mencatatkan angka 5,94%.
Karanganyar hari ini memang telah tumbuh menjadi kawasan pusat perekonomian yang padat yang menyambung hingga ke Kota Solo.
Tidak hanya itu, kawasan juga menyimpan wilayah yang ditetapkan dalam program pengembangan kawasan industri yang menyangga Wilayah Surakarta dari arah Timur.
Berbicara infrastruktur, Karanganyar bisa dikatakan sudah cukup mapan karena memiliki akses jalan negara (17,50km) yang menghubungkan kota Yogyakarta-Solo-Surabaya. Bahkan akhir tahun 2016 wilayah ini akan dilengkapi Waduk Gondang yang bertujuan mengirigasi ribuan hektar sawah.
Dari sekian daya tarik yang ada lantas memicu pengembang besar sekelas Ciputra Group untuk menambah portofolio kota terpadunya di sini. Alhasil, area Colomadu (Kabupaten Karanganyar sebelah barat) menjadi incarannya.
Berada di di perbatasan Surakarta dan Boyolali –segitiga Surakarta-, wilayah Colomadu berdekatan dengan Bandara Adi Soemarmo. Lokasi strategis ini semakin diperkuat dengan jumlah pertumbuhan penduduk yang sangat besar, bahkan menandingi Solobaru di Sukoharjo.
(Simak juga: Berinvestasi Rumah Ekonomis di Kampung Halaman Jawa Tengah)
Harga rumah meroket
Bila Ciputra resmi menancapkan proyeknya di sini, bisa dipastikan wajah Kabupaten Karanganyar khususnya di Kecamatan Colomadu, akan berubah menjadi kota Satelit dengan sentuhan modern. Sayang, rencana bagus Ciputra masih terhalang oleh pasokan lahan yang terbatas.
Kendati demikian, masyarakat masih diberikan alternatif tempat tinggal di perumahan berkonsep klaster di bilangan Colomadu dengan kehadiran Palm Regency. Harga rumah di sini berkisar Rp450 Juta hingga Rp480 Juta.
Menurut pantauan Google, lokasi perumahan terpaut 6,7km dari Bandara Adi Sumarmo, 300 meter dengan Poltekkes Surakarta kampus II, dan 2,4km menuju kantor DPRD Kota Surakarta.
Sementara perumahan Fajar Indah Permata 2 justru lebih jauh sedikit dari ketiga fasilitas publik diatas.
Meski demikian, jarak klaster dengan Stadion Mahanan yang pernah menjadi tuan rumah event olahraga difabel terbesar di Asia Tenggara “ASEAN Paragames 2011” hanya 3,2km saja.
Lokasinya yang juga lebih dekat dengan jalan protokol Semarang-Surakarta menyebabkan harga rumah di sini dibandrol cukup tinggi. Untuk tipe terkecil yang dipasarkan (LB 98m2 dan LT 185m2), pengembang menghargainya Rp1,1875 Miliar.
Perumahan baru lain yang lahir di Karanganyar adalah Griya Adi Sawahan. Ulasan lengkap mengenai proyeknya bisa disimak di Rumah.com.
Pengembang perumahan yakni PT Restuadi Andiwarto mengakui, perkembangan yang belangsung di wilayah ini mengakibatkan terjadinya kenaikan harga bangunan sekitar 15% per tahun.
Bukti inilah yang kemudian memicu konsumen baik end user maupun investor untuk menginvestasikan dananya di Karanganyar.