Jakbar 'Kebanjiran' Proyek Hunian Berkonsep TOD

Suatu kawasan TOD sendiri nantinya akan terdiri dari beberapa bangunan vertikal dengan varian fungsi seperti rumah susun, sekolah, pasar.

oleh Fathia Azkia diperbarui 05 Jun 2017, 11:20 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2017, 11:20 WIB
20160711- Jakarta Masih Lengang- Helmi Afandi
Suatu kawasan TOD sendiri nantinya akan terdiri dari beberapa bangunan vertikal dengan varian fungsi seperti rumah susun, sekolah, pasar.

Liputan6.com, Jakarta Pengembangan residensial berbasis Transit Oriented Development (TOD) semakin banyak digencarkan para pengembang real estat. Tujuannya tak lain adalah untuk menawarkan daya pikat dengan kemudahan akses yang umumnya sangat dicari konsumen kelas profesional.

Suatu kawasan TOD sendiri nantinya akan terdiri dari beberapa bangunan vertikal dengan varian fungsi seperti rumah susun, sekolah, pasar, perkantoran, apartemen, pusat perbelanjaan dan hotel.

Kawasan TOD juga akan saling terintegrasi dengan kawasan TOD lainnya. Di dalam sistem TOD, pembangunan permukiman penduduk harus berada satu kawasan dengan pusat bisnis. Cara ini bertujuan membatasi dan mempersempit aktivitas pergerakkan orang dan barang.

Terhitung saat ini ada lebih dari 15 proyek residensial yang dibekali konsep TOD. Lokasinya tersebar baik itu di area Serpong, Bekasi, Bogor, hingga Jakarta. Salah satu apartemen di Daan Mogot, Jakarta Barat, yakni Vittoria Residence pun mengusung konsep demikian.

Baca juga: Harga Apartemen Jakarta Barat Naik 0,51%

Kepada Rumah.com, Joy D. Lango, Sales & Marketing Director Duta Indah Land selaku pengembang apartemen Vittoria menuturkan, alasan tercetusnya mengikuti konsep pengembangan yang tengah ‘naik daun’ ini guna memenuhi kebutuhan penghuninya.

“Belakangan konsep pengembangan TOD semakin trend di kalangan property development seiring kian tingginya kebutuhan masyarakat urban akan hunian dengan dukungan kemudahan akses, terhadap moda transportasi umum yang memadai guna menunjang aktivitas mereka,” ucapnya.

“Melalui konsep itu, pengembang menawarkan kemudahan akses terhadap moda transportasi publik perkotaan berbasis rel, seperti mass rapid trasit (MRT), light rapid transit (LRT) maupun commuter line,” ia menambahkan.

Caranya, menurut Joy, membangun stasiun atau terminal terintegrasi di area hunian dengan biaya mandiri. Namun, tidak semua developer mengadopsi konsep TOD di setiap proyek apartemennya seperti yang diterapkan negara-negara maju Jepang, Singapura, dan Cina.

Boleh jadi mereka menjadikan konsep itu sekedar marketing gimmick untuk memikat calon pembeli. Karena faktanya, banyak diantara mereka yang mengklaim bahwa apartemennya mengusung konsep TOD, tapi jarak antara stasiun atau terminal dengan lokasi hunian cukup jauh.

“Namun tidak demikian dengan proyek Vittoria Residence. Kawasan hunian ini boleh dibilang mengusung konsep TOD sesungguhnya. Ini dibuktikan dengan pembangunan stasiun KRL di lokasi apartemen yang terintegrasi langsung dengan Halte Busway Samsat, MRT Sudirman, dan Soekarno Hatta Airport. Stasiun KRL ini kami bangun sendiri bekerjasama dengan PT KAI,” ujar Joy.

“Dengan kelengkapan fasilitas yang mendukung riil konsep pengembangan TOD, kami berani menawarkan keuntungan investasi hingga 200 persen selama 2,5 tahun. Mengenai pangsa, dominasi masih lebih banyak end user 80% ketimbang investor yang hanya 20%,” ia mengakhiri.

Simak juga: Pilihan hunian di Jakarta Barat harga mulai Rp500 Juta

Bawa Perubahan ke Pasar Properti Jabodetabek

Mina Ondang, Senior member of the Investment team Cushman & Wakefield, menggarisbawahi bahwasanya fungsi dari TOD sendiri ialah untuk mengatasi masalah kemacetan khususnya di area Jakarta yang hingga kini belum terpecahkan.

“Sebagai kota yang sibuk dengan kegiatan bisnis dan gaya hidup yang cepat, kemacetan di Jakarta makin hari terasa semakin sulit terurai. Oleh karenanya bagi kaum urban saat ini, punya rumah di luar Jakarta tapi dekat fasilitas transportasi jadi alternatif terbaik,” katanya.

Tak hanya pekerja urban, TOD ini juga dirasa mampu untuk memacu semangat para pekerja yang berdomisili di Jakarta, untuk menggunakan sarana transportasi massal ketimbang kendaraan pribadi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya